Twenty Seven

277K 17.3K 1K
                                    

"Jangan salahkan aku jika aku marah, aku cemburu,dan aku penasaran. Itu adalah bukti bahwa aku peduli dan takut kehilangan kamu. "

---------------

Given memarkirkan motornya dihalaman rumah Gladys. Ia mengulurkan tangan membantu Gladys turun dari motornya.

Diam-diam Given terus mengamati wajah Gladys yang sejak tadi terlihat pucat dengan kelopak mata memerah. Selama perjalanan Given berfikir keras mencari alasan kenapa gadisnya marah. Given tidak merasa melakukan kesalahan apapun.

"Aku capek mau tidur, kamu pulamgnya hati-hati ya,"Gladys menyerahkan helm pada Given kemudian mulai melangkahkan kaki menjauh.

"Kamu kenapa? "tanya Given dengan sebelah tangan menahan lengan Gladys memaksa gadis itu kembali berbalik dan menatap kearahnya.

Gladys menggelengkan kepala dengan seulas senyum tipis dibibir. "Aku cuma capek, bentar istirahat juga udah baik lagi. "

"Bukan itu yang aku maksud," Given meletakkan helmnya di sepion motor beralih menangkup wajah Gladys memebelai lembut kedua pipinya. "Kalau kamu nggak jujur, gimana aku bisa tahu dimana kesalahanku? Lebih baik kamu marah,kalau perlu pukul aku dari pada kamu diem tiba-tiba minta udahan. "

Gladys menggigit bibir bawahnya, mulai luluh melihat tatapan teduh Given. "Bukannya aku nggak mau ngomong, aku cuma takut kamu marah setelah denger penjelasan aku."

"Aku lebih marah kalau kamu diem, Glad. " ucap Given tegas. "Posisiku bukan orang asing, aku pacar kamu,Glad.Kamu berhak tegur aku kalau aku punya salah, dan aku berhak tahu apa alasan kamu marah. Jangan sampai ada dalah paham. "

Gladys menurunkan tangan Given dari pipinya, ia menunduk berusaha menyembunyikan matanya yang kembali memanas. Gladys menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan berusaha menguatkan diri.

"Tadi Ivan ganggu aku lagi,"ucap Gladys lirih dengan suara bergetar.

Given mengeraskan rahang,emosinya tersentil mengetahui cowok bejat itu kembali mengganggu Gladys.Padahal sekarang gadis itu sudah menjadi pacarnya, itu berarti Ivan memang mengibarkan bendera perang untuknya.

"Ivan ngapain kamu?"tanya Given berusaha terlihat tenang padahal jika bisa,saat ini juga Given ingin menghampiri rumah Ivan dan menghabisi cowok itu dengan tangannya sendiri.

Gladys menggeleng pelan dengan bibir terkatup rapat. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya pada Given bahwa Ivan hampir saja mencuri keperawanan bibirnya.

Jika mendengar itu pasti Given akan langsung menghabisi Ivan,melihat bagaimana latar belakang Ivan sebagai anak teladan sudah pasti Given justru akan disalahkan. Gladys tidak ingin semua orang kembali menatap Given dengan sebelah mata.

Melihat Gladys terdiam dengan tubuh bergetar, Given menarik tangan gadis itu membawa tubuhnya kedalam pelukan.

"Cerita sama aku,kalau kamu diem aku nggak bakalan bisa lindungin kamu. Jangan sampai aku nyesel karena gagal melindungi orang yang aku sayang,"Given mengeratkan pelukan membiarkan Gladys menangis dipundaknya.

"Gimana kamu mau lindungin aku kalau kamu udah punya yang baru? " ucap Gladys disela sela tangisnya.

Given mengerutkan kening bingung. "Baru apaan? "

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang