Di dunia ini hukum karma memang terbukti nyata terjadi dalam putaran kehidupan manusia. Siapa yang menanam suatu saat akan menabur. Jika bibit yang ditanam adalah kejahatan, maka bersiaplah akan menuai hasil yang telah ditanam. Karma dapat hadir kapanpun dan lewat banyak perantara, seperti melalui orang lain dengan cara tak terduga.Tidak perlu contoh yang terlalu berlebihan untuk memperlihatkan balasan atas tindakan yang dilakukan, dalam kasus ini Ivan adalah orang yang menanggung karma atas perbuatan yang dilakukan ibunya.
Tadi, Given menemukan Natasya dalam keadaan terikat dan babak belur dan sekarang Ivan harus berada dalam posisi itu. Bahkan lebih parah karena harus terkunci dalam suatu ruangan dengan tubuh babak belur dan pergelangan tangan patah. Kondisinya terlihat sangat menyedihkan, namun Given, Gladys, dan Hans tidak peduli sama sekali.Setelah memastikan pintu ruangan tempat Ivan berada terkunci, mereka bertiga langsung bergegas mencari keberadaan Velly dan Ratna. Padahal Armand dan Lilo sudah mencari lebih dulu, akan tetapi belum ada kabar dari mereka tentang keberadaan Velly dan Ratna. Villa ini memang terbilang luas dibanding Villa lain, tapi seharusnya tidak terlalu sulit menemukan dua manusia itu, kecuali jika ada ruangan rahasia yang dapat menjadi tempat persembunyian.
Langkah Given terhenti saat merasakan ponsel disaku celananya bergetar. Tindakan Given tersebut membuat Gladys refleks ikut berhenti begitu juga dengan Hans yang berjalan didepannya. Saat Given mengeluarkan ponselnya, Gladys sempat melihat nama kontak yang muncul dilayar. Dalam sekejap suasana hati Gladys kembali mendung, ada perasaan kesal hanya karena melihat nama Liana muncul dilayar ponsel cowok itu.
"Bentar," pamit Given sebelum akhirnya melangkah menjauh dan berbicara serius dengan orang yang baru saja menelfonnya.
Tanpa sadar Gladys menghela nafas kasar dengan tatapan sinis sesekali melirik kearah Given yang kini berdiri membelakanginya. Hatinya bergemuruh melihat Given sesekali tersenyum dan mendengus geli, padahal seharusnya dalam kondisi seperti ini bukan saat yang tepat untuk memperlihatkan ekspresi itu.
"Cemburu?"
Gladys membelalakkan mata kaget mendengar ucapan Hans. Bisa saja ia bersikap tenang dan menyangkal tuduhan itu tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kedua pipi Gladys memerah meski ekspresinya masih terlihat cuek.
"Kenapa harus cemburu? Kita berdua udah sepakat untuk break, itu berarti dia bebas dekat dengan siapapun," Gladys menampilkan seulas senyum, berusaha meyakinkan Hans yang masih memberinya tatapan curiga.
Hans menganggukkan kepala dengan bibir terulum menahan senyum geli. "Kalau enggak cemburu kenapa lo terganggu lihat mereka deket? Bukannya alasan kalian break juga karena cemburu buta?"
"Kata siapa alasan gue minta break karena cemburu?" Gladys terkekeh pelan. "Lo pernah denger pepatah lebih baik mundur sebelum ada yang terluka? Gue cukup tahu diri memainkan peran, kalau memang kenyataan bukan gue tokoh utamanya kenapa harus dipaksakan?"
Mendengar itu Hans tertegun sejenak, mencerna maksud perkataan Gladys. Menyadari ada kepedihan yang disembunyikan saat mengucapkan itu, Hans mulai menyadari titik permasalahan hubungan pasangan itu hanya sebuah kesalah pahaman.
"Seberapa besar keyakinan lo bahwa keputusan untuk mundur memang pilihan yang terbaik? Dulunya gue pikir lo adalah satu-satunya cewek yang bisa menilai Given nggak hanya dari penampilan luar, tapi sekarang gue ragu setelah tahu pikiran lo sedangkal itu." Hans tersenyum remeh sengaja menyentil emosi lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]
Novela Juvenil‼️SERIES WHY SUDAH TAYANG DI APP VIDIO ‼️ [PART MASIH LENGKAP] Kisah ini bukan tentang aku dan kamu yang dipersatukan dalam sebuah ikatan bernama "Cinta" Tetapi bagaimana dua insan belajar untuk saling melepas, merelakan,menjauh,dan pergi. Kisah ini...