Why(?)-Eighteen

294K 22.5K 3K
                                    

"Jika memang berakhir ya akhiri saja, jangan membuatku mengharapkan sesuatu yang tak pasti."

-Gladys Alfeira-

-------------

Given Pov


"Pilihan ada di tangan kamu, kalau kamu kalah om anggap kamu menyerah buat dapetin anak om, kalau kamu menang.."

"Om bakal bujuk Sonya biar kamu bisa deket lagi sama putri Om."

Aku masih terdiam merenungi ucapan Om Henry. Di dalam lubuk hatiku ada perasaan senang yang sulit di ucapkan dengan kata-kata, namun di sisi lain tetap ada perasaan ragu untuk kembali dengan gadis itu.

Aku mencintainya sungguh, tetapi untuk kembali padanya entahlah aku ragu.
Dia sudah bahagia sekarang bersama Ivan cowok berprestasi dan kebanggaan semua orang termasuk Tante Sonya.

Walaupun mungkin benar ucapan Om Henry bahwa dia akan membujuk Tante Sonya, apakah suatu saat beliau bisa menerimaku? Aku tidak butuh restu karena paksaan, aku tidak ingin berpura-pura menjadi oranglain hanya agar Tante Sonya merestuiku dengan Gladys.
Yang aku butuhkan hanya pengakuan dari dalam lubuk hati Tante Sonya bahwa aku memang di percaya untuk bisa menjaga putri tunggalnya.

Aku tidak munafik, aku sadar kata 'cowok baik' sangat tidak pantas untukku. Dan hal itu yang membuatku semakin ragu.

Apa aku pantas untuk mendampingi Gladys?
Apa aku bisa membahagiakannya?

"Kenapa lo? Siap kalah?"

Kulirik sekilas Fahri ketua geng motor zero yang hobi mencari masalah denganku. Jika dalam keadaan biasa mungkin aku akan menantangnya balik dengan ucapan mengejek yang selalu berhasil membuat wajah jeleknya semakin jelek.

"Bacot."

Mendadak pertandingan terasa semakin tegang, bukan karena kehadiran Fahri yang bergaya tengil dan menantang, tapi karena tawaran Om Henry yang membuatku galau seketika.

Astaga, gue harus gimana?

Seorang cewek dengan pakaian ketat dan rok minim berjalan ketepi lapangan dengan bendera dan peluit di tangannya. Sebentar lagi dia akan membunyikan peluitnya menandakan pertandingan di mulai.

Fahri sudah bersiap dengan tampang songong yang minta di tabok. Sesekali mengerling genit pada cewek sexy pemegang bendera itu. Dasar, yakin malem ini dia bakal sewa cewek itu.

Peluit sudah berbunyi satu kali tanda bahwa kami harus bersiap. Peluit kedua berbunyi dan aku masih saja ragu, apakah pilihan yang terbaik untuk hubungan kami? Ini seperti mengambil pilihan untuk berjuang atau memilih mundur dan melupakan

PRITT!

Peluit ketiga berbunyi, Fahri langsung melesat kencang meninggalkanku sendirian di garis start.

"GOBLOK! LO NGAPAIN NJING!"

"HEH ONTA! ANJIR GUE PENGEN NGUMPAT."

"LO UDAH NGUMPAT OGEB!"

"JALAN VEN, LO NAPE DIEM?!"

Banyak umpatan menyebut namaku dari arah podium. Tetap saja tidak mengubah keputusanku saat ini.

"OM NGGAK AKAN KASIH KESEMPATAN DUA KALI, CAMKAN ITU VEN."

Aku agak tertegun mendengar teriakan Om Henry yang terdengar mengancam. Tidak, beliau serius mengucapkannya.

Kupejamkan mataku sebentar, meyakinkan hatiku sendiri bahwa ini pilihan yang tepat.

Tetapi semakin kupejamkan mataku jutru senyuman Gladys semakin jelas di bayanganku. Dia tersenyum, menggenggam erat tanganku. Suara tawanya yang selalu membuatku bahagia tanpa alasan yang jelas.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang