"Kehadiranmu membuatku merasakan dua hal secara bersamaan. Bahagia saat kamu berada disiku dan takut saat datang waktunya kamu mengucapkan kata selamat tinggal. "
-------
"Jangan hujan dulu, plis. "
Gladys menatap langit dengan penuh harap. Namun sepertinya langit tidak berpihak padanya. Baru saja ia menengadahkan wajah, setetes cairan bening membasahi pipi kanannya. Setetes demi setetes air hujan mulai membasahi bangunan SMA Bakti Mulia.
"Padahal bentar lagi bel pulang bunyi, kenapa harus hujan? " Gladys berdecak kesal dengan kedua tangan memeluk erat berkas yang harus dibawa keruang osis.
Sejak Ivan memberinya tugas mengurus proposal tadi pagi, Gladys memilih untuk segera menyelesaikannya. Ia tidak ingin sering bertemu dengan Ivan hanya karena tugas itu. Memang Ivan terlihat baik dan tidak mengancam seperti dulu, bahkan cowok itu tidak segan ingin membantu saat Gladys kualahan mengumpulkan laporan. Karena rasa percayanya pada ivan sudah hancur, sulit untuk kembali simpati seperti dulu.
Ditengah rintik hujan yang semakin deras, Gladys berjalan seorang diri melewati koridor kelas dilantai satu. Sebenarnya ada dua jalan menuju ruang osis, jalan yang pertama melalui tangga dibagian barat dekat taman belakang sekolah dan jalan yang kedua adalah tangga yang biasa digunakan untuk menuju kelasnya.
Dari kelasnya menuju ruang osis seharusnya jauh lebih dekat dengan pilihan jalan yang pertama karena jika melalui jalan yang kedua ia harus memutari koridor kelas sebelas sebelum menuruni tangga menuju lantai satu. Tetapi Gladys rela mengambil jalur yg lebih jauh karena tahu taman belakang sangat rawan untuk dilewati. Bukan karena berhantu, tetapi Gladys tidak mau mengambil resiko jika harus bertemu dengan seseorang yang sedang ia hindari.
Meskipun Given sekarang jarang membolos seperti dulu, tetap saja tidak sedikit kemungkinan cowok itu ada sana bersama dengan ketiga temannya yang juga hobby membolos.
Gladys bergidik saat udara dingin menusuk hingga ketulangnya. Angin mulai bertiup dengan kencang disertai hujan yang semakin deras. Tetapi bukannya pergi keruang osis, Gladys justru menghentikan langkah menatap rintik air hujan dengan tatapan menerawang. Gemericik bunyi hujan yang membasahi dedaunan entah mengapa membuat Gladys merasa tenang.
Perlahan ia melangkahkan kaki ketepi lapangan, tangan kirinya yang bebas terulur kedepan membiarkan rintik air hujan mulai membasahi telapak tangannya. Kedua kelopak mata Gladys menyayu dengan tatapan menerawang, teringat akan kenangan masa lalu yang masih sering membuat dirinya tersenyum tanpa sadar.
Dua tahun yang lalu hujan badai mengguyur SMA Bakti Mulia, menyebabkan banyak murid terpaksa terkurung disekolah karena menunggu hujan reda. Mungkin banyak diantara mereka yang mengeluh karena harus menghabiskan waktu lebih lama di sekolah bukannya berbaring nyaman diranjang rumah maisng-masing. Tetapi ditengah hujan deras itu, takdir mendekatkan dua insan manusia dalam pertemuan yang tak terduga.
Gladys masih sangat ingat bagaimana ia bertemu dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak pernah ia lihat sebelumnya padahal tag nama diseragamnya sangat familiar. Saat itu Gladys adalah ketua kelas yang selalu bertugas mengabsen setiap murid dikelasnya, yang membuatnya heran adalah siswa bernama Given Pratama.
Sejak pertama kali mereka masuk sekolah, pemilik nama itu tidak pernah muncul dikelasnya. Banyak sekali gosip negative yang membicarakan sikap badboy Given Pratama. Merokok, hobby tawuran, kejam, dan masih banyak lagi kejelekan yang selalu menjadi gosip panas diantara para murid maupun guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]
Novela Juvenil‼️SERIES WHY SUDAH TAYANG DI APP VIDIO ‼️ [PART MASIH LENGKAP] Kisah ini bukan tentang aku dan kamu yang dipersatukan dalam sebuah ikatan bernama "Cinta" Tetapi bagaimana dua insan belajar untuk saling melepas, merelakan,menjauh,dan pergi. Kisah ini...