Forty Five

229K 16.2K 2.2K
                                    

"Jangan menangisi apa yang terlanjur pergi. Air mata tidak akan mampu memutar balikkan waktu untuk membuatnya kembali."

----

Dengan langkah cepat Given mendahului ketiga temannya keluar dari area parkiran sekolah. Pikiranya sedang kalut sekarang, tidak ada yang lebih penting dari pada menemui Gladys dan memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. Jujur saja, telefon tadi memang membuat Given nyaris gila karena dihantui rasa takut. Given khawatir gadis diseberang telfon itu telah mencelakai Gladys.

Membayangkan saja amarah Given langsung meningkat.Given berjanji akan menghabisi siapapun orang yang berani menyentuh Gladys meski hanya ujung rambutnya saja.

Langkah Given terhenti tepat didepan ruang untuk anggota aikido berlatih. Kedua matanya mencari dengan liar keberadaan gadis berambut panjang dan tubuh tinggi semampai. Seharusnya mudah mencari keberadaanGladys karena dari segi fisik gadis itu memiliki tinggi badan yang cukup mencolok diantara kebanyakan siswi pada umumnya.

Tetapi cukup lama ia mencari, sosok gadis itu tak kunjung terlihat. Tanpa mempedulikan tatapan aneh dari seluruh anggota aikido, Given menerobos masuk kedalam ruangan. Masih berusaha mencari keberadaan Gladys. Yang membuat Given heran adalah Natasya juga tidak ada didalam ruangan itu padahal seharusnya gadis itu berlatih bersama anggota yang lainnya.

Cukup aneh jika Natasya diperbolehkan berkeliaran disaat jam latihan jika mengingat gadis itu adalah anak emas bagi Pak Soni pelatih ekstrakurikuler Aikido.

"Dimana Natasya?" tanya Given pada Rony yang sedang berlatih dengan Boby tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Konsentrasi Rony langsung terpecah mendengar pertanyaan Given. Namun kesempatan itu langsung dipakai Boby untuk melancarkan serangan. Benar saja, tubuh Rony terjungkal dan menubruk matras cukup keras menimbulkan bunyi debuman yang menggema diruang latihan itu.

"Satu kosong!" ucap Boby dengan lantang seolah menegaskan kemenangannya.

Rony sempat mengumpat sejenak sebelum akhirnya berdiri dan mendekat kearah Given." Tadi lo tanya apa?"

"Dimana Natasya?" ulang Given

"Natasya?" Rony mengedarkan pandangan mencari keberadaan gadis itu. "Perasaan tadi dia ada disana bareng Gladys."

Given menolehkan kepala mengikuti arah jari telunjuk Rony. "Udah berapa lama mereka pergi?"

"Gue nggak tahu," kata Boby menimpali. "Kita semua sibuk latihan, bahkan gue nggak sadar kapan Nana sama Gladys keluar ruangan." Memangnya kenapa?

Ucapan Boby bukanlah jawaban yang ingin ia dengar. Perasaan panik dan takut itu kembali merayap dihati Given. Walau masih ragu, tapi hilangnya Natasya bersama Gladys memperkuat kecurigaannya. Given tidak berani menyimpulkan sesuatu yang belum jelas sehingga ia memilih diam dan memendamnya sendirian. Bahkan Lilo, Hans, dan Armand belum mengetahui apa yang ia perbincangkan dengan penelfon misterius tadi.

"Jam berapa terakhir kali kalian lihat mereka?"

"Kita mulai latihan sekitar setengah jam yang lalu dan gue masih sempet lihat mereka latihan." Jawab Rony.

"Eh, gue inget!" Boby menepuk punggung Rony cukup keras hingga membuat tubuh cowok itu agak limbung kedepan. "Tadi gue sempet lihat ada cewek samperin Gladys."

"Cewek?" Given mengerutkan kening berpikir keras. Terlalu banyak tersangka yang masuk dalam daftar orang yang patut dicurigai. Sebenarnya Given tidak ingin menuduh sembarangan, namun tidak dapat dipungkiri Natasya Angelic, orang yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri masuk dalam daftar tersangka itu.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang