Forty Nine

267K 17.8K 1.9K
                                    

"Perpisahan adalah wujud cerita yang ditakdirkan menjadi akhir tanpa adanya kesimpulan."

-----

"Semua karena lo hasut gue!" Ratna mendorong keras pundak Velly.

"Sekarang apa? Rumah ini udah dikepung. Mau sampai kapan kita sembunyi disini?"

"Apa lo bilang barusan? Salah gue?" Velly berdecih sinis. "Bukannya itu juga pilihan lo? Siapa yang tergiur tawaran kuliah di harvard? Kalau tujuan gue mulia, gue memang butuh uang untuk biaya pengobatan bokap."

"Wajar gue pilih tawaran itu karena dari awal memang hubungan gue dan Gladys nggak akrab. Lo gimana? Ngakunya sahabat? Friendship or Friendshit?" balas Ratna

Velly terkekeh pelan. "Persahabatan nggak akan bisa menghasilkan uang. Kalau gue nggak dapat uang, gimana nasib bokap gue yang dinyatakan stroke?"

"Wah, gue pikir selama ini peran lo itu malaikat dihidup Gladys. Ternyata lo nggak kalah busuknya dengan peran gue," Ratna tertawa sarkas. "Musuh dalam selimut?"

"Lo percaya kalau semua ini bukan salah kita berdua?"

Ratna menaikkan sebelah alis.
"Maksud lo?"

"Coba lo inget lagi kenapa kita bisa semudah ini menjalankan rencana tante Yunita? Semua karena Gladys terlalu baik. Dia terlalu percaya dengan apapun ucapan kita." Velly tersenyum sinis. "She's good or stupid?"

Sejujurnya dulu sebelum saham keluarganya jatuh dan ayah kandungnya menderita sakit keras, Velly tulus berteman dengan Gladys. Tapi keadaan yang berubah drastis membuatnya tidak mampu memutuskan jalan yang harus ia pilih. Terlebih tawaran Yunita terlalu membutakan matanya. Saat ini yang ada dipikiran Velly hanyalah bagaimana cara mencari uang untuk menyembuhkan ayahnya.

Kepedihan lain yang membuat Velly terpuruk adalah ibu kandungnya yang pergi entah kemana setelah tahu ayahnya jatuh miskin dan tidak ada lagi harta yang tersisa. Ya, uang memang segalanya. Tanpa uang dengan apa manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup? Kenyataannya mementingkan persahabatan dibanding uang memang tidak mudah jika berada dalam kondisi yang memaksamu untuk menghalalkan segala cara demi menyelamatkan orang yang sangat berharga.

"Oke, lupakan dulu hal itu. Sekarang kita harus bagaimana? Bersembunyi terlalu lama digudang ini tidak menjamin kita aman. Mereka terlalu banyak, Vell." Ratna melangkahkan kaki kekanan dan kekiri dengan gelisah. "Gue nggak mau masuk penjara!"

Velly mengerutkan kening, selama beberapa saat ia hanya diam memikirkan rencana. Selama ini memang selalu dirinya yang menyiapkan setiap rencana untuk melaksanakan perintah Yunita. Karena keberadaannya tidak pernah menjadi kecurigaan dimata Given dan Gladys sedangkan Ratna sudah terlanjur di cap sebagai pengkhianat.

"Gue punya rencana yang bisa bebasin kita dari keadaan ini, kalau berhasil kita selamat tapi kalau enggak—" Velly meneguk ludahnya dengan susah payah membuat Ratna ikut merasa tegang.

"Kalau kita gagal, kita bisa dipenjara selamanya."

----

"Jadi, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Lilo setelah memastikan ikatan tali ditangan dan kaki Ivan.
Bukannya tidak berperikemanusiaan karena membiarkan orang yang sudah terluka diperlakukan seperti tawanan. Masalahnya orang ituadalah Ivan, tidak ada yang dapat menebak cowok itu. Mungkin sekarang dia terlihat lemah, tapi bisa jadi semua itu hanyalah akting. Ivan terlalu pandai memainkan pikiran orang lain. Memanipulasi keadaan dengan bertingkah seolah dia adalah orang paling menderita dan tertindas padahal sebenarnya ada kebusukan disetiap wajah polosnya.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang