"Aku butuh waktu lebih dari 365¼ hari untuk mulai terbiasa tanpamu. Sedangkan kamu hanya butuh waktu 60 detik untuk kembali membuatku jatuh cinta."
----------
"Aku bisa sendiri, " Gladys mendorong pelan tubuh Given dari sisi wastafel.
"Diem dulu, " Given menyalakan keran membasahi telapak tangannya dengan air. "Sini deketan. "
"Ven,aku bisa sendiri, " Gladys mengerucutkan bibir kesal karena kekasihnya masih bersikeras ingin membersihkan wajahnya.
Bukannya Gladys tidak suka, tetapi ia hanya belum terbiasa dengan perlakuan manis Given padanya. Setelah sekian lama cowok itu bersikap dingin padanya, sekarang sosoknya kembali seperti secangkir cokelat hangat yang manis dan menenangkan.
Padahal dulu Gladys mulai terbiasa tanpa kehadiran Given disisinya. Ia mulai menerima kenyataan bahwa mungkin takdir memang hanya mempertemukannya dengan Given tanpa pernah mengizinkan mereka untuk bersama. Tetapi sekarang semuanya justru berubah diluar ekspektasinya.Given kembali hadir dan dengan mudah membuat hatinya kembali jatuh.Bahkan mungkin perasaannya justru semakin besar dibandingkan dulu.
Memang benar kata pepatah, setelah merasakan bagaimana pedihnya sebuah perpisahan, seseorang akan lebih menghargai apa yang ia miliki. Gladys pernah merasakan beratnya kehilangan Given dari sisinya. Mungkin karena itu Gladys jadi lebih menghargai setiap waktu dan moment yang ia lakukan bersama kekasihnya.Karena meskipun sekarang mereka bahagia bersama, belum tentu kebahagiaan itu bisa bertahan lama.Karena kenyataannya didunia ini tidak ada keabadian, semua hanya bersifat sementara.
Bunga yang indah akan mengalami masa layu, buah segar akan mengalami pembusukan, Kecantikan akan hilang seiring bertambahnya usia, kehidupan akan berakhir dengan kematian. Hal yang bisa dilakukan oleh manusia hanyalah bersyukur, menghargai apa yang diperoleh dan berterimakasih pada yang maha kuasa atas kebahagiaan dan kedamaian didalam kehidupan singkat ini.
Given membasuh lagi tangannya dengan air."Merem bentar,Glad."
Gladys mengangguk patuh memejamkan kedua matanya rapat membiarkan Given membersihkan kelopak matanya yang juga terkena bedak. Diam-diam Given mengamati wajah gadis dihadapannya mukai dari mata, hidung, dan bibir ranumnya.
Tidak munafik,jika dalam radius jarak sedekat ini terkadang Given memang tergoda ingin menandai bibir mungil itu dengan bibirnya. Tetapi ia sadar sekarang belum waktunya melakukan hal itu. Given akan melakukannya tetapi bukan sekarang,melainkan didepan pendeta dan seluruh tamu undangan dipernikahannya kelak.
Setelah selesai membersihkan wajah Gladys, Given meraih handuk kecil yang tergantung dibalik pintu dan mulai mengeringkan bulir air yang menetes diwajah gadisnya.
"Ven, kok bisa keluarga kamu kenal papa? "
Given mengedikkan bahu."Aku aja baru tahu tadi sore, katanya Om Henry itu temen SMA papa. "
"Serius? " Gladys membelalakkan mata tak percaya. "Kenapa selama ini papa nggak pernah cerita?"
"Kok malah tanya sama aku? "Given terkekeh geli mengacak gemas puncak kepala gadis dihadapannya. "Huruf depannya memang sama, tapi jangan ketuker."
"Maksudnya ketuker? " Gladys mengambil alih handuk dari tangan Given menggantungkannya kembali kebelakang pintu.
"Fatal kalau kamu salah sebut aku papa bukannya pacar. Nggak mau punya anak kayak kamu," Given menahan senyum melihat Gladys membulatkan mata protes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]
Teen Fiction‼️SERIES WHY SUDAH TAYANG DI APP VIDIO ‼️ [PART MASIH LENGKAP] Kisah ini bukan tentang aku dan kamu yang dipersatukan dalam sebuah ikatan bernama "Cinta" Tetapi bagaimana dua insan belajar untuk saling melepas, merelakan,menjauh,dan pergi. Kisah ini...