8

375 11 0
                                    

Tahun ajaran baru telah tiba. Aku kembali masuk sekolah seperti biasa. Sekarang aku naik ke kelas XI. Kelasku sekarang adalah XI MIA 2. Dilihat dari peringkat anak-anak yang ada didalamnya sih dan kata orang-orang juga, kayaknya kelasku ini bakalan jadi kelas unggulan setelah kelas XI MIA 1.

Oh ya, waktu itu sebelum masuk sekolah, ayahku mengabarkan kepadaku kalau komplek tempat kami tinggal ini mengadakan acara halal bi halal. Acaranya sih diadakan setelah seminggu aku masuk sekolah. Tetapi yang membuatku kaget adalah...

"Jadi nanti buat pembukaannya ada pembacaan Quran dan juga sari tilawahnya. Yang baca ayatnya sih udah ada, si Ahdan itu. Tapi kalo buat yang artinya belum ada. Kamu mau ngga tolongin ayah ?"

Aku sedikit tersenyum saat mendengar nama itu. Tetapi tiba-tiba saat mendengar ayahku meminta tolong itu, jantungku jadi berdetak cepat dan mungkin pipiku sudah memerah. Lama aku terdiam dan sambil menghela napas panjang.

"Emang bener-bener ngga ada yang lain ? Ka Syifa ? Kan bukannya biasanya juga dia ? Aku kan belum pernah.." protesku keberatan.

"Ya ngga enak juga lah minta tolong dia terus. Lagian kan dia udah ketuaan juga. Dan yang lain ngga ada yang mau. Sekali ini aja ayah minta tolong ya ?". Ingin sebenarnya aku menangis, tapi ya memang apa boleh buat, mau nolak lagi tapi ngga enak. Lagipula ini kesempatan dan belum tentu datang dua kali.

"Ya udah deh iya..." kataku akhirnya.

"Oke deh, makasih ya"

"Sama-sama". Percakapan di telepon pun ditutup dengan salam. Kayaknya aku berpikir sebab ayahku itu meminta tolong kepadaku adalah karena aku anak rohis dan aku dipercaya.

Tibalah hari H. Sesampainya di tempat, di depan aku melihat sudah disediakan dua kursi berdampingan dan satu meja yang diatasnya terdapat satu mushaf Al Quran yang lumayan besar. Belum ada tanda-tanda kedatangan dia. Aku diminta duduk di kursi depan yang terdiri atas 3 kursi di samping sambil menunggu hadirin yang lain.

"Assalamu'alaikum" sapa seorang perempuan.

"Wa'alaikumussalam" jawabku sambil tersenyum walaupun aku belum mengenalinya.

"Nama kakak Hesti. Kamu Nisa kan ?"

"Iya ka"

"Salam kenal ya. Kamu sekolah dimana ?"

"Di deket komplek ka"

"Kakak alumni situ juga"

"Wah..." Aku senang sekali bisa ketemu sama alumni satu sekolah dan satu komplek.

"Kamu kelas berapa ?"

"Sebelas"

"Anak rohis ?"

"Iya"

"Kenal Ka Vidi dong ?"

"Iya ka. Kakak kenal juga ?"

"Oh dia adek tingkat aku di kampus dek"

"Ohh...hmm..bisa begitu ya ka hehe.." Sama sekali tidak menyangka aku. Dunia sesempit ini. Tapi aku merasa sangat bersyukur dari perkenalan ini. Jadi ada teman ngobrolnya deh sambil menunggu dan dari situlah kami jadi dekat.

"Tapi kakak anak rohis dulunya ?" Aku melihat dari pakaiannya yang syar'i. By the way, Ka Hesti ini bertindak sebagai pembawa acara pada malam itu.

"Yah, sayangnya ngga de. Tapi kakak sama Vidi sama-sama ikut LDK di kampus". Aku mengangguk mengerti. Oh ya, LDK itu semacam rohisnya kampus gitu.

Tak lama kemudian, orang uang ditunggu datang bersama orangtuanya. Ternyata dia duduk di kursi yang sama-sama di pinggir karena Ka Hesti yang duduk di tengah diapit oleh kami. Anggaplah sebagai hijab (pembatas atau penghalang karena kami berdua bukan mahram).

Acara pun dimulai. Setelah Ka Hesti sudah mengucapkan sepatah dua kata untuk pembukaan, aku dan dia diminta untuk maju ke depan dan duduk di kursi yang telah disediakan.

Kami mengucapkan salam bersama. By the way, kami duduk sangat berdekatan. Dia mulai membaca ayat-ayat cinta-Nya. Surah yang dibaca adalah Al-Baqarah yang mengenai puasa. Setelah dia selesai membaca, mikrofon yang tadi dipegangnya, sekarang ia serahkan kepadaku.

Grogi sekali aku. Aku melihat ke arah hadirin. Setelah mengambil dan membuang nafas perlahan untuk menghilangkan grogi dan membaca basmalah, aku mulai membacakan artinya.

"Maha Benar Allah Yang Maha Agung" ucapku terakhir. Kemudian kami mengucapkan salam penutup secara bersamaan lagi. Hah! Akhirnya selesai juga..bisikku dalam hati. Sebenarnya aku yakin sekali kalau tadi itu suaraku malu-maluin. Ya mungkin efek grogi juga sih. Bodo amat lah yang penting kelar. Kami dipersilakan duduk kembali di tempat semula.

Sepanjang acara, aku hanya bisa diam dan menunduk. Tadinya aku mau bawa hp, tapi ya ngga jadi deh. Jadi bosan juga.

Waktunya bersalam-salaman. Pastinya sama yang bukan mahramnya, aku tidak mau membalas salamnya. Setelah itu baru kita bisa makan. Aku termasuk mengambil makan diawal-awal.

Ada pertunjukan untuk menghibur para hadirin. Salah satunya adalah dia. Dia akan menyanyi. Lagu yang pertama ia nyanyikan adalah Insya Allah dari Maher Zain. Sambil aku makan, ternyata ibunya sesekaki memfoto diriku. Aku malu-malu sambil sesekali memalingkan muka menolak untuk difoto. Diam-diam aku juga sambil melirik ke arah anaknya.

Tak lama setelah selesai makan, kami pamit pulang.

"Makasih ya nak" kata ayahnya.

"Iya sama-sama pak"

Tak lupa juga aku pamit kepada Ka Hesti.

"Ka, aku pamit pulang ya. Makasih buat hari ini"

"Iya, sama-sama de. Semoga berjumpa kembali."

"Aamiin. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Aku gercep (gerak cepat) pulang ke rumah. Setelah sampai, tak lupa aku mencuci kaki dan kemudian aku langsung menuju ke tempat tidur di kamar dan bersandar pada bantal dengan ukuran yang cukup besar. Setelah itu, aku melamun memikirkan kejadian yang tadi, tetapi ingin juga cepat-cepat melupakannya.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang