12

309 7 0
                                    

Kuingin cinta hadir untuk selamanya
Bukan hanyalah untuk sementara
Menyapa dan hilang
Terbit tenggelam bagai pelangi
Yang indahnya hanya sesaat
'Tuk kulihat dia mewarnai hari

Tetaplah engkau disini
Jangan datang lalu kau pergi
Jangan anggap hatiku
Jadi tempat persinggahanmu
Untuk cinta sesaat

Mengapaku tak bisa jadi
Cinta yang tak kan pernah terganti
Cinta yang tak kan terjadi
Lalu mengapa kau masih disini
Memperpanjang harapan

(Pelangi - HiVi)

***

Semester 3 telah berlalu. Sejak obrolan kami terakhir itu pada bulan November, kami mulai jarang sekali chatting seperti dulu lagi. Salah satunya pasti karena kesibukan terutama dia yang memang kelas 12, dan entah karena apa lagi, dia seperti menghilang atau menghindar. Kami di sekolah masih sering bertemu, dan terakhir kali ketika hari terakhir uas. Selama uas berlangsung, aku terkadang tidak bisa fokus belajar karena konsentrasiku malah terpecah menjadi dua, belajar dan malah memikirkan dia juga yang belum tentu memikirkanku. Selama uas pula aku tidak bisa tenang. Pada hari terakhir uas itulah kami berpapasan di depan ruang guru karena saat itu aku sedang diberi tugas oleh guru biologiku untuk membantu memasukkan nilai. Aku terperangah melihatnya tetapi aku berusaha untuk tidak acuh.

Sebelum uas dulu berlangsung, aku sempat memikirkan beberapa alasan mengapa ia menjauh. Kalau ini memang maunya, oke aku juga akan berusaha untuk mencoba menjauh dan melupakannya. Seperti misalnya aku menghapus semua riwayat chattingku dengan dia agar tidak mudah mengingatnya, beberapa kali introspeksi diri karena juga sering mendapatkan teguran dari Allah dengan berbagai cara-Nya-mungkin karena aku sudah hampir melupakan-Nya-jadi seringkali juga aku menjadi mudah menangis dan galau dan karena itulah aku juga berdoa untuk memohon dijauhkan dari dia bila dia memang tidak baik untukku.

Aku sempat menunggu kabar darinya sekelar kami dari uas sampai awal tahun ajaran baru, tetapi tak ada kabar sama sekali. Tumben sekali tuh orang-pikirku saat itu. Sambil memanfaatkan liburan, aku pergunakan juga untuk mencari informasi mengenai kampus dan beasiswa.

Aku pernah 'mengumbar' kegalauanku di medsos, lebih tepatnya dengan mengelike setiap post di timeline lineku yang berbau galau. Tiba-tiba sahabatku sewaktu SMP yaitu Fira menanyakan keadaanku di chat line yang mungkin disebabkan karena aku berseliweran di timeline.

F : "Rah, lo kenapa ? Lagi galau ya ?"
A : "Ya...gitu deh"
F : "Cerita dong..ayolah"
A : "Iya iya..emang lagi galau. Jadi ceritanya tuh begini..." (cerita panjang kali lebar dari awal mula penyebab semuanya)
F : "Ohh...ehm ya lo harus sabar aja. Move on gitu..ngga usah diambil pusing atau dipikirin. Mungkin lo yang terlalu berlebihan aja. Lo ngerasa kehilangan dia ?"
A : "Ya mungkin ada benernya juga sih kayak gitu fir.."
F : "Ngga usah ngerasa terlalu kehilangan kalau dia aja belum kita miliki. Semoga aja ada penggantinya yang lebih baik"
A : "Aamiin..."
F : "Eh btw gue juga mau curhat nih."
A : "Lagi galau juga nih bu ?"
F : "Iya..gue mau nanya sama lo nih. Jadi kan ceritanya tuh blablabla..." (abis putus sama pacarnya gitu). #kokbisasamasamagalaukarenacowokya #hastagnyakurangpanjang #wkwk #galucusumpah #maafabaikan
A : "Ya udah lo berdoa aja semoga dikasih cowok yang lebih baik lagi nantinya.." (kalo bisa ga usah pacaran lagi, langsung nikah aja nanti)
#tolongjanganditanyainsoalcowokmuluatausoalpacaran #huaaa
F : "Lo doain gue juga ya rah"
A : "Iya iya..apa sih yang ngga buat kamu ? Didoain yang terbaik kok"
F : "Aamiin hehe..makasih banyak ya"
A : "Sama-sama"

***

Sudah memasuki pergantian tahun, tetapi sepertinya rasaku ini padanya masih belum hilang juga. Nasib tidak bertemu di chatting tetapi malah bertemu di dunia nyata alias di sekolah. Seperti suatu hari aku sedang berjalan melewati koridor kelas 12 dan tak sengaja bertemu dengan Ka Thareqa. Karena ketika kami bertemu itu pasti yang akan dilakukan oleh Ka Thareqa adalah mencubiti pipiku karena gembul, maka aku memutuskan untuk kabur dan ia malah mengejarku.

"Aduh kakk jangan dicubitin mulu apa. Ini pipi bukan bakpau!" dengusku.
"Ihh abis gemes sih. Mau ke kelas aku ngga ?"
"Eh eh ngga usah ka. Makasih loh" aku menolak dengan halus, daripada bertemu sama si doi. "Aku mau ke lab aja ka, bentar lagi kan masuk"
"Ya udah sini aku anterin."

Ketika kami sedang berjalan dan Ka Thareqa masih iseng juga memainkan pipiku (posisi kami sudah berada di depan lab), tak sengaja aku melihat ada doi di depan sana bersama dengan satu orang temannya. Tiba-tiba dia juga melihat ke arah kami dan posisi kami dan mereka itu berada di satu garis lurus. Mata kami beradu pandang, lalu aku menunduk dan mengatakan kepada Ka Thareqa bahwa aku ingin pergi ke dalam lab sekarang.

"Lah mukamu kenapa merah rah?" kata teman sekelasku alias Andam yang sedang berada di depan pintu lab.
"Hah? Masa' sih? Aku gapapa kok"

Aku langsung berjalan menuju tempat dudukku. Aku mengambil air minumku lalu meneguknya untuk menghilangkan rasa grogiku. Gila gila gilaaa...!!! Bisa gila kali aku ini! Aku mencoba menetralkan denyutan jantung dan nafasku yang terasa tercekat di tenggorokan itu.

Pertemuan di kantin terulang kembali. Waktu itu saat istirahat kedua sehabis shalat zhuhur, aku bertemu dia lagi di kantin. Dan kali ini benar-benar berhadapan alias di depan mata coyy, di tempat penjual yang sama pula. Waktu itu ketika kesana aku tidak sendiri, begitu pula ia. Ia membeli minuman sedangkan aku membeli makanan. Lalu ketika ia yang membayar beliannya terlebih dulu kemudian dia pergi, baru aku yang membayarnya belakangan. Hawa diriku sepertinya sudah mulai memanas. Setelah itu aku membalikkan badan ke arah lain untuk menenangkan diri.

Di bulan Januari itu, rohis mengadakan pemilu atau pemilihan umum untuk calon ketua rohis dan ketua keputrian. Untuk calon atau kandidat yang terpilih adalah 3 orang untuk ikhwan dan 6 orang untuk akhwat termasuk aku. Pemilihan itu didasarkan oleh aktif atau tidaknya ia di mentoring dan yang memilih sepertinya dari alumni atau mentor. Kami diwawancarai oleh kakak kelas dan diberi tugas juga menghafal surah Al Mulk 10 ayat pertama.

Tibalah hari Jumat itu. Para calon diminta untuk maju ke depan untuk memperkenalkan diri dan menyebutkan visi dan misinya. Setelah itu kami juga diberi pertanyaan oleh kakak alumni, kakak kelas, teman seangkatan atau adik kelas juga bisa-yang pasti mereka yang hadir disitu. Salah satunya yang bertanya adalah si doi.
"Mel, mella, doiku nanya tuh" panggilku kepada Mella yang berada depanku dengan sedikit berbisik.
"Ah cieee..."
"Deg degan nih". Alangkah tidak baiknya saat aku menjawab pertanyaannya, aku malah sedikit salah berbicara atau jawabanku kurang nyambung dengan pertanyaannya. Aku malu luar biasa.

Tahap selanjutnya adalah diadakan voting. Aku mendapatkan satu suara-yang entah dari siapa-yang jelas-jelas membuatku terkaget-kaget dan aku terus memikirkan siapa orang itu. Kalau dari kalangan akhwat sih tak masalah, kalau dari ikhwan ? Jelas lah itu masalah. Yang pasti jika dia memilihku berarti dia pasti mengenalku dengan baik. Alangkah baiknya mendingan itu satu suara untuk orang lain saja. Aku tidak masalah bila tidak mendapatkan jatah suara dari siapapun daripada hanya satu suara misterius. Tetapi tetap kuhargai satu suara itu karena pasti dia juga menghargai usahaku selama ini. Pemenangnya adalah Asri dan Fikri. Selamat untuk kalian berdua. Selamat bekerja keras untuk satu tahun ini.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang