6

592 16 0
                                    

Aku mempunyai seorang teman dekat di kelas yang bernama Aulia. Kami menjadi dekat semenjak masa orientasi, ya karena aku pendiam jadinya dia yang memulai perkenalan dan berhubung tempat duduk kami juga bersebelahan. Kami sering pergi ke kantin dan shalat dhuha bersama. Karena waktu masa orientasi kami yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, dia juga yang secara tidak langsung mengenalkanku kepada ODOJ (One Day One Juz) dari tempatnya dia mengaji. Setelah aku mencari tahu lebih lanjut mengenai odoj, aku memutuskan untuk mencoba bergabung dengan komunitas itu melalui aplikasi Whatsapp.

Saat itu karena masih semester 1 aku memang belum masuk rohis. Tapi ingat kan pada ceritaku sebelumnya, aku punya rasa kagum pada salah satu kakak rohis yang bernama Ka Rae semenjak latihan pramuka pertama. Entah kenapa juga aku tidak tahu, seringkali ketika aku sedang jalan bersama Aulia di sekolah, kami berpapasan dengan kakak itu. Seringkali itu pula malah hanya Aul saja yang disapa atau diajak bicara sedangkan aku tidak. Jadi aku hanya bisa menunduk atau memasang wajah tersenyum.
Beda ceritanya jika aku hanya sendiri. Kadang dia menyapa atau bisa juga bertanya hal lain.
"Rumah kamu dimana?" tanyanya suatu hari seusai rohis.
"Ehh..di deket sekolah ka, di komplek" jawabku sedikit kikuk tapi sambil tersenyum.
"Wah enak dong. Hmm..kalo gitu kakak pulang duluan ya. Assalamu'alaikum"
"Oh iya ka. Wa'alaikumussalam". Setelah melihat dia sudah pergi, baru aku berjalan pulang.

Pernah juga saat jam pulang sekolah, seperti biasa aku melewati masjid. Tapi saat itu disana sedang ada beberapa kakak kelas yang sedang syuting untuk tugas drama. Ternyata mereka adalah teman sekelasnya Ka Rae dan ada dia juga disitu. Aku ragu-ragu mau lewat, tidak enak mengganggu. Ketika aku memutuskan memutar balik, Ka Rae tiba-tiba memanggilku.
"Lewat sini aja Nisa, gapapa"
"Iya, gapapa de" jawab temannya yang lain"
Sebenarnya malu juga aku lewat situ. Terpaksa deh akhirnya aku lewat situ sambil mengucapkan kata maaf dan permisi. Setelah berhasil agak menjauhi mereka, aku ambil langkah seribu sambil menutup muka yang sudah merona merah.

***

Sebelum pengambilan raport dan libur akhir semester, sekolahku mengadakan pesantren kilat dan diakhiri dengan bukber di sekolah. Sehari sebelum bukber atau tepatnya hari terakhir sanlat, kami dikumpulkan di ruang aula untuk menonton video-video dari rohis. Aku kebagian duduk di depan dan ternyata di depanku juga ada Ka Rae. Aku jadi berdebar gini. Setelah acara selesai ternyata ada sedikit pengumuman dan itu juga ditujukan untuk anak rohis. Pengumuman itu adalah tentang adanya perkemahan ramadhan di Cibubur dan terdapat banyak lomba-lomba islami selama disana. Anak rohis diwajibkan untuk ikut dan bila tidak ada yang ikut maka kegiatan rohis akan diberhentikan.

Aku kaget mendengar itu. Aku langsung berkumpul bersama kakak dan teman-teman rohisku. Ternyata sedikit juga anak rohis yang mau ikut. Padahal aku juga sudah berusaha menawari kepada teman-temanku yang lain.
"Kamu mau ikut?" tanya Ka Dina
"In syaa Allah ka, aku sih pengen banget ikut, tapi aku minta izin dulu ya"

Keesokan harinya, sebelum ashar aku sudah berada di sekolah. Aku yang melihat ada Ka Suci dan Ka Dina di masjid pun langsung menghampiri mereka.

Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, aku mengambil tempat duduk di sebelah mereka yang posisinya sedang berada di bawah tangga.
"Kamu jadi ikut?"
"Eh aku belum tanya ke ayahku ka"
Setelah itu aku langsung menanyakan ke ayah dan ibuku. Tak lama kemudian...
"Alhamdulillah aku boleh ka"
"Alhamdulillah"

Malam harinya setelah selesai menyantap hidangan berbuka di kelas masing-masing, tiba-tiba terdengar pengumuman yang ditujukan untuk peserta perkemahan dan diharapkan untuk segera mengambil surat edaran di meja piket. Aku langsung berlari ke bawah-karena kelasku di lantai 2 dan ternyata di meja piket sudah ada Ka Latu.
"Ehm maaf ka, saya masih bisa ikut ngga?" tanyaku rada tidak enak karena telat.
"Hm..anak rohis juga ya?"
"Iya ka"
"Tapi udah pas sih orang yang ikut. Gapapa ?"
"Masih bisa ngga ka kalo nambah?"

Sebenarnya aku sempat ragu jadi mau ikut atau tidak. Tapi seperti ada dorongan dari hati kecilku yang mengatakan bahwa tak ada salahnya jika aku tetap ikut karena kesempatan belum tentu datang dua kali.

Ka Latu terlihat berbicara dengan yang lain dan akhirnya berbicara kepadaku.
"Ya udah boleh. Ini tulis namanya dulu sama kelasnya ya. Dan ditunggu ya"
Aku mengembuskan nafas lega. "Oke ka"

Sambil menunggu, aku langsung lari ke atas untuk membereskan barang-barangku karena melihat di atas sudah mulai sepi. Dan tiba-tiba juga terdengar panggilan yang ditujukan untukku.
"Ciee...dipanggil" kata beberapa teman sekelasku yang masih ada di dalam.
"Ishh apaan sih" Selesai merapikan semua, aku turun kembali menuju meja piket.
"Ini suratnya ya. Kasih ke orangtua ya"
"Makasih ka." Aku lihat di dekat ruang guru itu juga ada beberapa ikhwan rohis yang kukenal. Sepertinya sih mereka juga ikut. Dan sepertinya aku rasa ada yang sempat memperhatikanku dan yah, aku tidak terlalu peduli sih walaupun rada malu juga.
"Ya, sama-sama" jawab Ka Latu. Aku pun pulang dengan wajah bahagia. Sesampainya di rumah, walaupun aku agak lelah tapi konsekuensi aku harus cepat menyiapkan baju dan apa-apa yang harus kubawa untuk esok hari.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang