17

174 2 0
                                    

Juli tahun ini merupakan demo ekskulku yang terakhir karena aku telah menginjak kelas 12. Aku ikut tampil di kedua ekskulku tersebut. Urutannya sih rohis terlebih dahulu, baru setelah itu kir.

Antara hari Sabtu atau Minggu sebelum hari pertama tahun ajaran baru dimulai, rohis mengadakan rapat sekaligus persiapan untuk demo ekskul. Waktu itu kami diberikan dua pilihan, ingin mengerjakan di masjid atau di rumah anggota dan yang ditunjuk adalah di rumahku setelah aku setujui. Alasannya adalah karena kalau di rumah orang lebih gampang dan tidak ribet, kalau di masjid takut mengganggu orang atau mengotori masjid. Inilah kali pertama anak rohis terkhusus ikhwan yang datang ke rumahku. Semua persiapan selesai kurang lebih sampai ba’da isya.

Senin dan Selasa itu aku jadi sibuk mengurusi kedua ekskul itu. Ekskul kir latihan di lapangan depan sedangkan rohis di masjid yang berada di belakang sekolah. Karena hari Seninnya aku lebih fokus untuk kir, aku jadi tidak bisa ikut latihan parade rohis karena sudah kesorean. Tema demo ekskul rohis kali ini adalah carnaval. Ada yang membawa bendera merah putih dan lambang rohis serta ada yang membawa gabus sterofoam yang sudah ditempeli dengan berbagai macam foto dokumentasi kegiatan-kegiatan rohis selama 1 tahun. Tidak hanya aku sendiri sih yang tidak ikut latihan, ada juga teman akhwatku. Para ikhwan yang sudah latihan terlebih dahulu dan sudah menunggui kami jadi terlihat agak kecewa. Sebenarnya sih Kosasih juga ikut terkena marah lantaran ia juga lebih sibuk mengurusi kir terlebih dahulu yang menyebabkan rohisnya agak terbengkalai. Padahal ia yang mempunyai ide atau rencana mengenai kedua ekskul ini dan jadi ketuanya.

Hari Selasanya, sekolah memberikan waktu pulang yang lebih cepat untuk memberikan waktu untuk kami latihan demo ekskul dengan batas sampai jam lima sore. Hari itu aku mengunjungi kir sebentar lalu langsung menbantu di rohis. Untungnya ketika Senin malam, anak ekskul kir juga ikut berkumpul di rumahku untuk persiapan eksperimen. Aku belum latihan sama sekali untuk rohis.

Sebelum ke rohis, aku dimintai tolong untuk membeli lem uhu. Aku sempat pulang terlebih dahulu untuk mencari barang tersebut. Karena tidak kutemukan juga, aku memutuskan untuk mencari ke tempat fotokopi. Sebelum berjalan kaki kesana karena tempatnya memang dekat dengan sekolahku alias dari gerbang belakangnya, aku sempat melihat langit yang sedang mendung. Tadinya aku ingin membawa payung namun kubatalkan. Aku berharap semoga tidak hujan. Aku berlari menuju ke tempat fotokopi dan ketika kutanya mengenai lem itu, jawabannya tidak ada.

Ketika aku hendak berjalan menuju ke sekolah, barulah turun hujan deras. Aku menyesal tadi tidak jadi membawa payung. Jadilah aku menunggu beberapa menit disana sampai hujan agak reda. Aku jadi tidak enak anak-anak rohis pasti sudah lama menungguiku. Karena aku tidak mempunyai pilihan lain, aku memutuskan untuk menerobos hujan dengan berlari secepat mungkin dan dengan rok yang kuangkat sedikit agar tidak terlalu basah kecipratan air. Sampai masjid aku ngos-ngosan dengan keadaan kaus kaki serta rokku sudah basah. Aku menemui anak-anak rohis yang berada disamping masjid dengan sedikit berlari dan meminta maaf kepada mereka karena tadi terjebak hujan diluar.

Kami baru mulai latihan ketika ba’da ashar. Mana sebelumnya aku juga terlupa kalau ada tugas kelompok bersama teman sekelasku. Tadi mereka sempat meminjam laptopku, tetapi aku baru teringat belum kunyalakan dan belum memberikan passwordku kepada mereka. Untungnya aku bertemu salah satu anggota kelompokku yaitu Aulia. Ia yang memberitahukan kalau aku belum memberikan passwordnya. Aku meminta maaf dan berjanji akan kembali sebentar usai shalat ashar.

Keesokan harinya, semua siswa dan siswi diwajibkan untuk tetap mengikuti KBM terlebih dahulu. Enaknya bagi yang ikut latihan untuk demo ekskul sih bisa keluar kelas duluan dengan seizin guru yang mengajar di kelasnya masing-masing. 4 jam pertama di kelasku diisi oleh pelajaran kimia. Ketika beberapa anak ekskul lain di kelasku sudah duluan keluar, aku dan beberapa temanku yang lain yang sama-sama ekskul kir maupun rohis juga ikutan meminta izin keluar. Baru setelah itu kami saling menyamper teman-teman kami yang berada di kelas lain. Kebetulan juga saat itu kelas 12 IPS 2 juga sudah keluar, salah satunya si ketua alias Fikri. Aku berjalan menuju kelas mereka untuk memanggil Adel dan Mella. Fikri juga meminta kami untuk memanggil teman-teman yang lain untuk nanti berkumpul di masjid.

“Kelas antum udah pada keluar semua?” tanyanya yang merujuk kepada anak rohis kelasku. Kami sambil berjalan beriringan.
“Udah” jawabku.
“Samperin IPA 1 dong. Masih ada gurunya ya di dalem?”
Aku berjinjit untuk melihat keadaan dalam kelas IPA 1 dari luar jendela.
“Iya, ada Pak Udi” Mereka sedang pelajaran Bahasa Indonesia.
Takut-takut aku mengetuk pintu kelas mereka.
“Ehm..Assalamu’alaikum pak. Maaf, boleh manggil anak rohis?”
“Iya, tunggu sebentar ya” Beliau terlihat sedang menjelaskan sesuatu sambil berdiri di depan kelas atau sedang bercerita tentang sesuatu yang sepertinya sudah beliau omongkan di kelasku.
Kali ini giliran Fikri yang mengetuk pintu.
“Ya udah silahkan”
Aku kembali memanggil teman-temanku yang lain sedangkan ia sudah turun ke bawah. Kemudian aku menyusul turun ke masjid bersama teman-teman rohisku yang sudah kupanggil.

Demo ekskul dimulai sekitar jam 9 lebih. Rohis kalau tidak salah tampil di urutan ketiga. Aku sudah bersiap dengan memakai jaket rohis dan memegang bendera kecil merah putih dan bendera Palestina di kedua tanganku. Aku dan Fikri sama-sama tampil di paling depan. Walaupun bisa sukses tampil demo ekskul saat ini, tetapi aku rasa penampilan kami tadi agak monoton. Aku jadi merasa malu di depan banyak orang. Selesai tampil di lapangan, aku langsung kembali ke masjid untuk menitipkan jaket rohisku dan langsung berlari ke lab fisika dimana tempat anak kir berada.

Ketika disana, kami mengecek kembali alat dan bahan untuk praktikum dan latihan kembali untuk orasi beserta gerakan atau koreografi. Ketika sedang berjaga di dekat kelas X IPA 2 dan 3, aku sempat terkejut karena tiba-tiba melihat kedatangan Kak Imam. Mungkin mau mengunjungi adik-adik rohis. Ia bertemu dan bersalaman dengan Kak Agil, mantan ketua kir angkatannya. Mereka berdua memang seangkatan, kakak kelasku dua tingkat. Aku sempat memperhatikan mereka.

Allah Maha Baik dan Maha Mengetahui kami yang pasti belum siap 100% tampil di lapangan, siang itu Dia perintahkan Malaikat Mikail untuk menurunkan hujan deras. Kami tidak jadi tampil di lapangan. Anak saman saja sampai basah kuyup di tengah lapangan. Tetapi karena memang dasarnya mereka keren, jadinya mereka tetap mendapat tepuk tangan yang meriah dan semangat dari para penonton yang akhirnya dapat membuat mereka bertahan hingga selesai. Sebagai gantinya, bagi ekskul yang tidak dapat tampil di lapangan bisa mempromosikan ekskulnya di kelas-kelas.

Alhamdulillah, walaupun sempat harus bersusah payah menyeberangi jalan penghubung antara koridor kelas X IPA dan X IPS yang notabenenya berada di lantai dasar yang jalannya sedikit kebanjiran itu membuat kami harus naik ke atas bangku dan kursi sebagai jembatannya, promosi kir di kelas-kelas sukses. Terbukti dengan banyaknya anak-anak yang antusias memperhatikan kami ketika bereksperimen dan ikutan mencobanya hingga tertarik mendaftarkan diri.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang