9

360 14 0
                                    

Dan kau hadir
Merubah segalanya...

(Adera - Lebih Indah)

Ujian Tengah Semester sudah terlewati. Pada suatu Selasa pagi, sambil menunggu guru agama-Pak Nurhadi-datang, aku memutuskan untuk membuka hp untuk mengecek notif dari line dan whatsapp. Aku melihat ada satu pesan di whatsapp dari nomor yang tidak kukenal. Aku membuka pesan itu dan mengernyit. Aku sempat berpikir untuk tidak menghiraukan pesan itu, tetapi karena aku penasaran, jadilah aku membalas pesan itu. Pengirim pesan itu adalah laki-laki.
Keterangan :
D = Dia
A = Aku

D : "Hai"
A : "Ini siapa ya ?"
D : "Ini Fajri. Ini Nisa kan ?"
A : "Iya. Kenapa ?"
D : "Gapapa."
Aku sempat melihat foto profilnya dan dari situ aku mengetahui bahwa dia adalah anak rohis juga tetapi aku tidak mengenali yang mana wajahnya karena di foto itu ia tidak sendiri alias bersama temannya yang anak rohis juga.
D : "Kamu kelas berapa ?"
A : "Sebelas"
D : "MIA atau IIS ?"
A : "MIA 2. Kalau kakak ?" Ya, dia kakak kelasku.
D : "XII MIA 2. Wah, kita sama ya"
Aku ingin tertawa dalam hati. Kok bisa ya ? Entah kebetulan atau apa.
A : "Lah iya haha. Btw kakak disini mukanya yang mana ya ?"
D : (menunjukkan ciri-ciri dirinya yang mana)
A : (aku melihat foto profilnya). Lumayan juga sih..jadi pengen ketemu orangnya langsung deh..pikirku. Sejak saat itu, aku mulai memasukkan namanya ke daftar kontakku.

Allah Maha Baik sekali. Doaku langsung dikabulkan. Hari Kamisnya, seperti biasa, jadwalku di ekskul kir. Waktu itu, kami sedang buru-buru mencari pembina ekskul kami alias Bu Sri. Kami mencari kemana-mana tapi belum juga ketemu. Sampai akhirnya kami tidak sengaja bertemu dengan Ka Thareqa (sekelas sama dia juga)-kakak kelasku di kir-di depan kelasnya.

"Nyari siapa de ?"
"Nyari Bu Sri ka. Lagi ngajar ngga di kelas ?" By the way, waktu itu sudah masuk waktu pendalaman materi untuk kelas 12. Waktu itu aku sedang bersama Widy dan Livia.
"Oh ngga ada. Buat apa ?"
Widy menjelaskan keperluan apa sehingga mencari beliau. Ketika Ka Thareqa sedang berbicara sesuatu, aku baru sadar ada si dia di depan kelasnya juga sedang makan bersama temannya. Aku melihat wajahnya tapi dia mungkin belum mengenaliku sehingga biasa saja. Mataku yang satu memperhatikan Ka Thareqa sedangkan yang satunya lagi memperhatikan dia lewat ekor mata. Entahlah waktu itu bagaimana ekspresi wajahku, semoga tidak dicurigai oleh mereka.

Suatu hari Selasa, saat sedang enak plus antengnya mendengarkan guru agama kami yang sedang menjelaskan pelajaran, tiba-tiba terdengar suara dari luar yang sepertinya berasak dari lapangan tetapi sangat terdengar jelas olehku.

"Cieee...yang ngeliatin kelasnya mulu" Aku sangat mengenali suara itu. Siapa lagi kalau bukan Ka Ihsaan, teman sekelasnya plus teman rohis dia juga.
"Apaan sih san" Kurang lebih aku mendengarnya begitu, terdengar protes sih, entah bagaimana raut wajahnya, mana bisa kelihatan dari atas sini, kecuali kalau di kelasku sekarang tidak ada guru. Mereka sedang pelajaran olahraga.

Aku yang jelas-jelas mendengar sontak langsung menengok ke arah jendela. Aku tidak tau teman-temanku pada mendengar suara itu atau tidak, bahkan pula guruku, tetapi mereka semua terlihat anteng-anteng saja. Apa kupingku yang terlalu peka ya ? Masih untung ini cuma pelajaran agama dan gurunya bukan guru yang killer, coba kalau Matematika Wajib, Kimia, atau Fisika, bisa habis aku kalau ketahuan mereka mendengar suara itu. Sumpah ini rasanya kalau tidak ada guru di kelas, aku bakalan keluar untuk mengecek keadaan, walaupun sebenarnya bisa juga sih aku keluar dengan alasan ingin ke toilet. Tapi daripada dicurigai sih, mendingan aku tetap fokus di kelas saja.

Ishh...mau tuh orang apa sih ? Nyari perhatian banget deh. Minta ditimpuk pake buku paket kimia kali ya biar pinter, atau biar inget pelajaran kelas 11 ? Rutukku dalam hati. Ya, hari itu aku memang ada jam kimia, tapi terakhir sebelum pulang sekolah. 3 jam pula. Haha mantap!

Semenjak perkenalan di Whatsapp itu, kami jadi sering chatting dan sering juga bertemu di sekolah. Dia masih belum mengenaliku sepertinya. Memang sih seringnya kalau sedang di chatting dia yang menyapa duluan. Tetapi seiring waktu berjalan, aku jadi tambah penasaran mengapa dia ingin berkenalan, apa motif atau maksud dibaliknya, karena siapa, dan lama-lama aku malah sepertinya sudah menaruh rasa padanya. Rasa sukaku yang lama terhadap Ka Rae sepertinya sudah menguap entah kemana. Sampai suatu hari...

F : "Nis, punya line ngga ?"
A : "Punya ka"
F : "Boleh minta id nya ?"
A : (aku memberitahukan id-ku). "Tapi kalo udah di-add, kakak yang chat duluan ya baru abis itu aku addback."
F : "Oke"
Sepertinya dia gece sekali, mungkin sudah penasaran bagaimana rupaku. Aku baru bisa membuka line ku di rumah, karena aplikasi itu ada di ipadku dan tidak mungkin aku bawa ke sekolah. Dan memang benar saja, sepulang sekolah ketika aku langsung membuka lineku, ada pesan dari dia. Setelah itu barulah aku addback.

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang