Hembusan angin meniup wajah alam
Mataku tak berkedip menatap langit
Terlalu luas tak bertepi pandang
Bisakah aku menyentuh awanBerwaktu-waktu aku mengasuh rasa
Mendengarkan jiwaku berkata-kata
Tak mungkin aku abaikan kata hati
Ku harus jujur pada hatikuKau dan aku tak bisa bersama
Bagai syair lagu tak berirama
Selamat tinggal kenangan denganmu
Senyumku melepaskan kau pergiEngkau bukanlah sebuah kesalahan
Tak pernah aku menyesal mengenalmu
Tapi biarkanlah aku terbang bebas
Mencari cinta sejati***
Kelas 12 ini aku memutuskan untuk move on dari Ka Fajri. Hampir setahun berlalu. Mungkin selama ini aku terlalu mengharapkan orang yang salah, orang yang akhirnya membuatku jadi sering galau, menangis, baperan, iman dan semangat belajar juga ikut turun, dan dialah orang yang menjungkir balikkan kehidupan normalku. Namun karena rasa 'kehilangan' dia juga lah yang membuatku tersadar, apa yang selama ini aku lakukan salah, terlalu membuang banyak waktu, tenaga, pikiran, serta emosiku. Secara tak langsung juga dia yang membuatku jadi lebih banyak introspeksi diri, lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah mungkin setelah merasa kalau iman ini turun dan banyak dosa, dan aku jadi harus banyak belajar untuk lebih membuka mata hati dan pikiran.
Aku merasa sekarang jadi lebih tenang. Terlebih sekarang aku berada di lingkungan yang positif. Banyak teman-temanku yang juga berhijrah dari masa lalu yang mungkin buruk. Dari yang pacaran jadi putus lalu berubah jadi lebih baik, dan dari yang belum berhijab sampai jadi berhijab, bahkan ada yang syar'i juga. Aku jadi termotivasi oleh mereka. Aku bisa bertahan karena mereka dan tentunya karena Allah juga dengan cara-Nya yang menegurku.
Kalau soal perasaan, aku terus mencoba perlahan-lahan tidak terlalu terpaku atau mengingat masa lalu yang menurutku memang suram itu. Sedih sekali bila harus mengungkitnya lagi. Tetapi aku seperti merasa kalau ada bagian dari hati atau perasaanku yang masih terselip dan tertinggal dari kenangan masa lalu dan aku baru tersadar sekarang.
Di permukaan perasaan yang dalam
Ingin sekali sebenarnya terucap
Tak diasah lagi hingga tumbuh rasa hati
Dan berakhir jiwa terasa sepiSekali Lagi-Isyana Sarasvati (OST Critical Eleven)
Awal 2015...
Masih di awal-awal aku masuk rohis. Waktu itu bertempat di kelasku, X MIA 2. Ada beberapa anak laki-laki yang datang ke kelasku untuk meminta uang takjiah. Namun setelah selesai dan sebelum mereka keluar kelas, ada salah satu dari mereka yang tiba-tiba berjalan mendekati mejaku dan dia sekarang berada dekat denganku-di samping mejaku. Aku sepertinya belum begitu mengenalinya karena aku memang masih termasuk anggota baru di rohis. Orang yang ternyata aku ketahui bernama Fikri itu yang ternyata menjabat sebagai ketua-sekarang udah mantan ketua. Ia tiba-tiba berkata,
"Maaf ukhti ini yang baru masuk rohis kan ?"
"I..Iya..kenapa ?" tanyaku balik dengan sedikit mendongak untuk menoleh ke arahnya.
Kami sempat bertatapan sebentar kemudian suasananya jadi agak kikuk begini. Duh jadi malu kalau dilihatin teman sekelas. Aku berusaha menyunggingkan senyum sekilas.
"Eh gapapa. Nanya aja kok. Ya udah ana duluan ya ukh. Assalamu'alaikum.."
Hah ? Cuma begitu aja ?
"Wa'alaikumussalam.." Mataku mengikuti arahnya ia pergi dengan mulut sedikit menganga. Aku kemudian menggelengkan kepala dan memutuskan untuk tidak memikirkan kejadian itu.
Seiring seringnya interaksi atau pertemuan terutama untuk acara-acara rohis membuat kami menjadi semakin dekat dan entah karena apa tiba-tiba saja yang awalnya aku hanya biasa-biasa saja berubah menjadi kagum dan salut lalu menjadi perasaan suka.
2016...
Pada awal Maret, rohis terkhusus dari kementerian dimana aku berada alias syiar dan media mempunyai program kerja jalan-jalan atau studi islami dan yang sekarang akan dijalankan ini adalah pergi ke Islamic Book Fair (IBF) di Istora Senayan. Kami garis miring ikhwan dan akhwat pergi bersama-sama menggunakan angkutan umum.
Sesampainya disana, ikhwan dan akhwat pasti berpencar tetapi nanti rencananya akan bertemu lagi di suatu talkshow yang diadakan di event tahunan itu juga. Aku sudah berkeliling kesana kemari tetapi belum juga ada buku atau apapun yang kubeli. Sebenarnya ada beberapa buku yang ingin sekali aku beli, tetapi mengingat tahun lalu aku juga sudah pernah ikut acara ini dan memborong banyak buku yang sampe sekarang masih banyak yang aku belum sempat baca, alhasil aku tidak membawa pulang apapun tahun ini.
Kami memutuskan untuk berkumpul kembali di lobby sebelum shalat ashar. Tetapi kami kalang kabut mencari anak rohis yang lain yang masih belum berkumpul di tempat yang diminta. Kami pun sempat pergi ke tempat pusat informasi untuk meminta tolong melakukan panggilan lewat mikrofon yang ditujukan untuk anggota rohis kami. Untuk masalah komunikasi antara ikhwan dan akhwat pun juga aku rasa kurang. Tetapi dengan bantuan Fikri pun aku jadi tetap bisa berkomunikasi atau mengetahui informasi-informasi seperti kapan harus pulang dan tempat untuk berkumpul kembali. Sepertinya mungkin saja aku rasa dia menghubungiku dengan alasan aku mudah dihubungi.
Seperti rencana sebelumnya, setelah shalat ashar kami bergegas pulang. Tetapi kami mengalami kendala yaitu kendaraan atau bis yang ingin kami tumpangi untuk pulang tak kunjung tiba. Kami sampai berjalan jauh, bolak-balik menyeberangi jalan, sampai lama berdiri. Ketika hari sudah semakin sore barulah kami bisa pulang.
Di angkutan umum yang aku tumpangi itu, ketika aku pertama naik dan ingin duduk, aku bertemu dengan ibu-ibu yang lumayan ramah. Kami sempat mengobrol sampai akhirnya beliau turun. Setelah itu, kursi di sampingku diisi oleh seorang laki-laki paruh baya. Cowok itu membuatku risih dan tak nyaman selama perjalanan. Dia seperti mengamati diriku terus lewat kaca yang ada di depan bis itu. Aku merasa was-was. Aku jadi harus menatap ke arah jendela saja dan aku jadi harus lebih memojokkan diri di dekat jendela karena memang posisiku di dekat jendela atau memang sudah di pojokan. Ketika ia akhirnya turun, aku baru bisa bernafas lega. Tak lama setelah ia turun, aku juga turun di dekat jalan menuju rumahku dan setelah itu aku dijemput menggunakan mobil karena keadaan saat itu sedang hujan.
***
Bulan Ramadhan telah tiba dan sekarang sudah berada di pertengahan bulan. Rohis kami mengadakan i'tikaf di sebuah masjid besar yang memang rutin menyediakan tempat untuk masyarakat beri'tikaf. Tadinya yang lebih dulu pergi kesana hanya ikhwan saja karena kebetulan akhwat memang tidak ada yang ikut. Baru setelah sehari atau dua hari kemudian akhwat yang pergi kesana. Perwakilan akhwat hanya 3 orang yaitu aku, Asri, dan satu orang adik kelas yang bernama Sabil. Tadinya aku tidak terlalu ingin ikut, tetapi karena Asri yang membujukku bahkan ia sampai menangis maka aku tidak tega untuk menolaknya. Untung saja aku diizinkan. Aku jadi ikutan menangis terharu dengan Asri setelah aku mendapat izin.
Aku baru tahu ternyata ada ikhwan yang ikut menemani kami i'tikaf karena pada jadwal atau rencana yang seharusnya kami tidak ikut. Mungkin mereka secara sukarela menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story
RomanceKehadiranmu yang tak pernah kumau, kuinginkan, dan bahkan kuharapkan. Kau yang pernah mengisi hari-hari di hidupku. Kau yang pernah mengubah segalanya di hidupku. Namun, jika kisah indah itu harus berakhir disini begitu saja, tak apa. Aku akan ikhla...