19

222 4 0
                                    

Akhir tahun ini sedang ramai-ramainya membahas masalah Ahok dengan pernyataan kontroversialnya yang membawa-bawa ayat Al Quran yaitu Surah Al Maidah ayat 51 yang isinya larangan kaum muslim memilih pemimpin yang kafir dan juga topik terhangat menjelang Pilkada DKI Jakarta awal tahun depan. Sekarang pun sedang ramai-ramainya aksi demo islam (ABI) yang muncul lantaran kemarahan umat islam di seluruh Indonesia.

Anak rohis sekolahku pun tak mau ketinggalan. ABI Jilid 1 terlaksana pada tanggal 4 November. Aku baru tahu kabar kalau beberapa ikhwan rohis itu ikut dari teman akhwat angkatanku. Tiba-tiba aku teringat dan kepikiran seseorang itu, Fikri. Aku tidak tahu kenapa. Hari itu sekolah pulang cepat dan tidak ada PM untuk kami. Begitu keluar kelas, aku langsung menghampiri Adel yang sekelas dengan dia.

"Adel, anak rohis pada ikut demo ya?"

"Iya, tapi ada yang ngga ikut."

"Siapa?"

"Fikri."

"Kenapa?"

"Dia ngga dibolehin sama mamanya. Jadi sekarang dia ada di sekolah." Jelasnya.

"Ohh..ehm ya udah kalo gitu del. Makasih ya infonya."

"Sama-sama."

Aku berjalan pulang dan ketika melewati masjid, aku memang menemukan dia ada disana sedang memegang hape yang mungkin sedang memantau berita teman-temannya. Aku tersenyum kecil dalam hati sambil mengembuskan nafas lega, lalu aku melanjutkan berjalan lagi.

ABI Jilid 2 dilaksanakan tanggal 2 Desember. Hari itu, sekolah mengadakan senam bersama murid dan guru khusus untuk angkatanku. Bagian dari refreshing juga karena minggu depan kami sudah melaksanakan uas. Dari awal hingga akhir senam, aku baru menyadari kalau tidak ada dia beserta gengnya itu. Aku melihatnya tidak ada dimana-mana. Aku bertanya kepada Adel lagi dan ia mengatakan kalau semuanya ikut termasuk Fikri. Aku berjalan pulang ke rumah dengan perasaan sekhawatir ini. Aku langsung menyalakan TV dan membaca berita di koran begitu aku sampai di rumah. Kebetulan di rumah sedang tidak ada seorangpun. Kemudian aku mencoba menghubungi Adel untuk menanyakan kabar mereka dan ia mengatakan kalau mereka semua baik-baik saja. Aku bisa sedikit berlega hati. Baru pertama kalinya ini aku jadi sebegitu peduli dan khawatir padanya.

SIRQUS Desember 2016...

Sabtu sore menjelang maghrib tiba, tiba-tiba beberapa akhwat kelas 10 dan panitia konsumsi alias Widy dan Devlin datang kembali ke rumahku setelah beberapa jam tadi sudah kelar rapat. Mereka membawa beberapa barang belanjaan.

"Rah, ane boleh minjem hape lo ngga mau buat ngasih tau ke Kak Imam?" Kata Devlin.

"Iya boleh." Aku meminjamkan hapeku-maksudnya sih sebenarnya itu hape ibuku, aku masih 'menumpang' saja karena hapeku belum bisa dipakai lagi. Ia mengirim pesan melalui Whatsapp.

Sabtu, 24 Desember 2016.
D : Kak, ente ada dimana? (18:32)
KI : Lagi ngga di rumah. (18:34)
D : Ini kata Kosasih, perabotan taro di rumah ente. Atau gimana? (18:35)
KI : Iya taro aja dateng ke rumah ane, dateng bilang nitip barang udah bilang sama ane. (18:36)
D : Ane ngga tau rumah ente. Kan ane belom pernah ke rumah ente kak. (18:36)
KI : Ikhwannya siapa? Masih ada kos gak? (18:45)
D : Kosasih ngga ada. Yaudah entar ane ke rumah ente. (18:48)
KI : Yaudah besok aja. Jangan hari ini takutnya ortu ane ga ada di rumah. (18:48)
D : Coba ente bilang ortu ente ada apa ngga? (18:49)
KI : Ane ga ada pulsa, besok aja ya. Ane besok pulang pagi. (18:50)
D : Serius ente pulang? Kalo ente pulang, line ane aja atau ngga wa. (18:52)
KI : Kirim alamat aja. (18:54)

Ponselku kembali kepada si pemiliknya.

KI : Akhwat udah buat list belanjaan kan? (21:36)
A : Udah kak. Ada yang tadi udah dibeli, sisanya besok kak. (21:46)
KI : Besok belanjanya nunggu ikhwan ya. Tolong dicatat ya pengeluarannya. (21:51)
A : Oke kak. (21:55)

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang