11

311 9 0
                                    

Jangan coba-coba sentuh hatiku
Kalau kau tak niat serius
Bila ku benar-benar jatuh cinta
Apa kau mau tanggung jawab

Bukan berarti ku tak suka
Kau dekati aku
Tapi aku takut kau hanya memberiku
Harapan palsu

Wo o o u hu
Apakah kau menaruh hati padaku
Dan berniat untuk menjadikan aku
Kekasih halalmu
Only one for you (2x)

Jangan coba-coba dekati aku
Hanya karena kau ingin tahu
Bila ku benar-benar jatuh cinta
Ku pasti kan selalu setia

Bukan berarti kau tak boleh
Mendekati aku
Tapi aku takut kau hanya memberiku
Harapan palsu

Noura-Kekasih Halalmu (The Only One)

***

Suatu kali saat mentoring, Adel-sahabatku-ingin meminjam hapeku, namun kutolak dengan halus karena aku takut bila ia membuka isi Whatsappku. Waktu itu ia belum mengetahui soal seseorang yang sedang aku suka. Sampai suatu ketika, pada jam istirahat, saat aku ingin kembali ke kelas, Adel dan Mella yang melihat aku naik ke atas langsung memanggil aku sebelum aku berbelok menuju ke kelas.

"Rah, sini dong" panggil Mella. Aku menghampiri mereka. Mereka terlihat sedang asik mengobrol dengan teman-temannya. By the way, kedua teman rohisku ini adalah dari kelas XI IIS 2. Saat kata-kata dari obrolan mereka itu ada yang membuat aku sensitif alias soal hati, perasaan, atau cowok, aku tanpa sengaja berkomentar dan langsung dikomentari balik oleh mereka.
"Lah kamu kenapa rah ?" tanya Adel.
"Eh gapapa.." Aku merutuki diriku sendiri dalam hati karena keceplosan berbicara.
"Cieee...ada yang lagi disuka nih ya ? Kok kayaknya sensitif banget sih ?" ujar Mella.
"Iya nih kayaknya. Cerita dong" tambah Adel. Mella juga sepertinya minta untuk diceritakan. Tetapi aku mau cerita ke Adel saja, Mella biar diceritakan sama Adel saja.
Aku langsung curhat kepada Adel. Pertanyaannya yang tadi aku jawab dengan anggukan kepala.
"Siapa rah ? Di sekolah ini ?"
"Iya"
"Anak rohis ?"
"Ya"
Lalu dia menyebutkan beberapa nama. Tetapi aku masih menggeleng.
"Kelas berapa ?"
"12 mia"
Dan saat dia menyebutkan satu nama itu, aku mau tak mau akhirnya menganggukkan kepala.
"Cie cie...Orangnya yang mana ? Kalo ketemu kasih tau dong"
"Iya iya..." jawabku lesu. "Eh udah mau masuk kayaknya. Aku duluan ke kelas ya. Dahhh..." Sejak saat itu, aku jadi sering curhat ke Adel soal cowok itu.

Suatu hari Kamis, karena ada suatu hal, kami tidak jadi kumpul untuk ekskul kir seperti biasa. Tetapi aku sempat mengobrol bersama Widy dan Tika mengenai beberapa hal. Posisi kami adalah di depan lab fisika dan ini memang sudah jam pulang sekolah. Kelas 12 sudah memulai jam pm nya. Ketika aku masih mengobrol bersama mereka berdua, tak sengaja aku melihat Ka Fajri yang keluar dari kelas menuju ke gerbang depan sekolah bersama teman-temannya. Sepertinya sih mereka ingin jajan dan mungkin pula di kelas mereka sedang tidak ada guru yang mengajar pm. Syukurlah ketika mereka kembali, si doi tidak melihat keberadaanku.

Kami selesai pada pukul 15.00. Aku juga buru-buru karena jam 4 jadwalku untuk bimbel pada hari itu. Sesampainya di rumah aku langsung mengecharge hpku karena sudah kehabisan daya dan aku tidak sempat mengecek atau membuka apapun karena sudah mati sedari tadi pulang sekolah.

Aku baru sempat membuka hp saat jam istirahat di tempat bimbelku. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati ada telepon wa dari doi. Karena heran maka aku menanyakan kepada orangnya langsung.
A : "Kenapa nelpon ka?"
D : "Hah? Gapapa. Emang kakak yang nelfon ya?"
A : "Hah? Iya, ini ada notif telp wa dari kakak"
D : "Bukan kakak yang telepon"
A : "Masa' sih? Bohong kali ah"
D : "Oh mungkin tadi kayaknya hpnya kakak tinggal di kelas soalnya lagi mau ngumpulin tugas seni budaya"

Aku antara percaya tidak percaya. Aku frustrasi. Aku terlalu takut bila ada orang lain yang mengetahui tentang percakapan kami selama ini di whatsapp, takut ada yang mencoba membuka-buka hp nya. Aku juga takut kalau dia ingin berbohong untuk mencoba menguji kesabaranku. Ingin rasanya aku berteriak dan membanting atau melempar hpku itu. Tetapi aku urungkan niat itu kalau bukan karena masih ingat tempatku sekarang dimana dan kalau bukan karena hp kesayangan. Jadi yang bisa kulakukan hanyalah menggeram dalam hati. Saat sudah dalam perjalanan pulang di mobil, aku mencoba menelepon balik tetapi tidak diangkat. Aku ingin berteriak atau menangis tetapi hanya bisa tertahan di dalam hati.

Di suatu hari Kamis juga, aku mengalami kejadian yang tak terduga sama sekali. Sekarang aku sedang dalam kelas mengikuti pelajaran bahasa inggris jam terakhir. Kami sedang mengerjakan tugas ketika tiba-tiba Rinto yang duduk di belakangku memanggilku.
"Rah"
Aku menengok. "Ya? Kenapa?"
"Lo ikut rohis kan ?"
"Ya. Kenapa?"
"Kenal Fikri kan berarti?"
"Iya"
"Ehm maaf nih mau tanya. Lo suka ngga sama dia?"
"Hah? Ehmm..." Aku membalikkan badanku lagi ke arah depan, takut kelihatan ekspresi wajahku. Aku bingung mau menjawab apa, sementara aku juga malu karena di samping Rinto ada Aziz.
"Hmm..biasa aja sih. Kenapa?" Aku mencoba menetralkan jawabanku dan memasang mimik muka sebiasa mungkin.
"Ohh...ehm dia nitip salam buat lo"
"HAHH???" Alamak, aku ngga mau dikerjain kayak gini caranya. Aku ngga tau pula Rinto bercanda atau serius. Mana mungkin sih dia begitu. Aku baru teringat kalau mereka berdua itu satu SMP. Jadi mungkin pernah suatu waktu di sekolah mereka bertemu, lalu mereka...arghhh aku tidak tau deh firasatku ini benar atau tidak.
"Eh bercanda aja kok. Ngga usah dimasukkin ke hati". Aku tidak menggubris dan lanjut mengerjakan tugasku.

Selesai mengerjakan tugas, aku mengecek whatsapp. Aku berniat mengeshare sesuatu di grup rohis. Tak berapa lama kemudian ada notif dari doi dan aku terlanjur senang. Tetapi ketika aku buka, ternyata itu pesan dari dia di grup rohis. Respon atau komentar dia yang terkesan biasa saja seperti hanya ber 'oh' terhadap postinganku itu malah tak bisa aku anggap biasa saja. Tak tau kenapa tiba-tiba aku jadi sebegitu kesal dan marahnya kepada dia dan aku menyampaikannya lewat pesan pribadi.
A : "Kalo jawabannya Cuma kayak begitu aja, mendingan ngga usah dijawab aja sekalian. Cuma ngespam aja."
D : "Lah kenapa ?"
A : "Ga, gapapa" Aku hanya risih dan takut saja kalau ada orang lain di dalam grup itu yang curiga kalau kami ada sesuatu.

Hari Jumat keesokan harinya saat tak sengaja bertemu Adel di kantin, ia malah membahas masalah yang aku malas untuk menanggapinya.
"Cieee..yang kemarin di grup"
"Apaan sih del. Aku lagi ngga mau bahas itu. Aku duluan ya"

My Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang