23. Dilema

1.7K 120 17
                                    

Zyn Pov

Aku hanya duduk diatas kasur. Pikiran ku sejak tadi hilang ke alam khayalan ku. Aku masih terus berfikir tentang apa yang dikatakan eomma dan appa pada ku. Sungguh aku sangat bimbang sekarang ini. Jujur saja aku tak mau dijodohkan dengan konyol seperti ini.

Aku tau meskipun aku menolak pun tak apa. Tapi aku memikirkan perasaan kedua orang tua ku juga. Aku juga memikirkan kata-kata oppa pada ku waktu itu.

Flasback on

Ku lihat oppa juga mulai beranjak dan berdiri. Aku pun juga ikut berdiri "Oppa" panggil ku. Oppa pun berbalik dan menghadap ku.

"Nde?" jawab oppa.

"Oppa kenapa kau menyetujui perjodohan ini???" tanya ku pada oppa.

Oppa pun memegang ke dua bahu ku. "Aku menerimanya karena oppa tahu bahwa appa dan eomma ingin yang terbaik untuk oppa dan ingin hidup oppa bahagia" jelas oppa pada ku.

"Tapi bagaimana oppa bisa bahagia kalau oppa menikah dengan orang yang tidak oppa cintai, bahkan oppa saja tidak mengenalnya" jawab ku.

"Bukankah tadi appa dan eomma sudah bilang kalau lusa kita akan ada pertemuan dengan keluarga calon kerabat kita, nah pada saat itu oppa kan bisa berkenalan bukan??? dengannya lagi pula eomma tadi juga bilang kalau ia adalah gadis yang baik dan cocok untuk oppa" kata oppa.

"Dan untuk masalah cinta, oppa kan tidak bilang kalau oppa tidak cinta padanya, mungkin saja setelah menikah oppa bisa menerimanya dan mencintainya dengan setulus hati" tambah oppa lagi.

Aku pun memjawabnya dengan anggukan paham. 'Oppa memang benar' kata ku dalam hati.

"Kau sudah mengerti bukan, jadi jika appa dan eomma menjodohkan mu juga, itu artinya mereka menyayangi mu Zyn, dan mereka ingin yang terbaik untukmu" kata oppa.

Aku hanya diam mendengar perkataan oppa. 'Sekali lagi oppa memang benar, itu tidak salah' batin ku.

Flasback off

Bukankah yang dikatakan oppa waktu itu ada benarnya juga. Batinku. Tapi aku juga belum siap untuk menikah, tapi eomma bilang aku tidak akan menikah cepat bukan? Aish, tapi aku juga tak bisa memprediksi dimasa depan. Siapa tau pernikahan ku akan dilaksanakan seperti oppa.

"Aaahhh!!!" keluh ku frustasi sambil mengacak rambutku kasar.

"Zyn, kau kenapa???" tanya Lalin yang kini telah berada disamping ku. Kedua tangannya memegang bahu ku dan mengelusnya lembut.

Aku hanya menatapnya sayu, tak memberinya jawaban. Pikiran ku masih kalut, aku harus memutuskan masalah masa depan ku sendiri. Sungguh aku heran dengan oppa ku, bahkan oppa ku waktu itu hanya memerlukan waktu yang singkat untuk berfikir dan mengambil keputusan, tapi aku? Bahkan pikiran ku kini sudah kacau balau. Sungguh menyedihkan.

Ketiga sahabat ku ini sudah duduk bersama ku, duduk melingkar menghadap ku dan menatapku. Aku hanya membalas tatapan mereka dengan tatapan sayu.

"Zyn, ada apa??? Apa ada masalah??? Ceritakanlah pada kami" kat Lalin.

"Iya Zyn, kau kenapa sebenarnya??? Sejak kau kembali tadi kau hanya melamun dan murung dan wajah mu terlihat sedih. Sebenarnya ada apa eoh???" kini Aiko yang giliran bertanya. Tangan Lalin masih setia memeluk pundak ku dan mengelusnya lembut.

"Iya Zyn, ceritakan pada kami, jangan memedam masalah mu sendiri. Kami sahabat mu Zyn, ceritakan pada kami, apa kau sudah tak percaya lagi pada kami??? Apa gunanya sahabat? Ceritalah Zyn" kata Jeung. Aku hanya diam, menatap kosong kedepan.

Married With Bias Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang