27. Yakin?

734 37 5
                                    

Zyn Pov

"Kita mau kemana?" tanya ku.

"Honeymoon sebelum menikah" katanya tenang tanpa menatap ku.

"MWO?!!" kata ku terkejut.

Ia menampilkan smirknya kemudian melajukan mobilnya dengan santainya.

"Yak! Jawab yang benar" kata ku kesal.

"Terserah saja kalau tidak percaya" katanya tenang sambil menaikkan kecepatan mobil.

***

Sekarang kami berada ditepi pantai, aku menyandarkan punggungku pada mobil. Kunikmati semilir angin sambil memperhatikan Jungkook oppa tengah asik bermain air sendiri. Dia seperti anak kecil jika seperti ini. Ia menatap ku, kemudia berjalan menghampiri ku.

Ia juga turut menyandarkan punggungnya di mobil, melipat kedua tangannya didepan dada, dan memejamkan mata. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya.

"Kenapa diam saja?" Tanyanya dengan suara rendah bernada lembut. Ia bertanya tanpa mengubah posisinya.

"Tak apa, aku senang melihat mu bermain air seperti tadi" kata ku jujur. Terdengar ia terkekeh pelan setelah mendengar jawaban ku.

"Kau membuat ku malu nona lee" katanya yang membuat ku menatapnya. Ku lihat pipinya sedikit bersemu merah, sangat lucu menurut ku. Dan tanpa sadar aku terkekeh. "Kau mentertawakan ku?" Tanyanya masih poisisi yang sama, entah dia sedang mau kelihatan sok cool atau memang terlalu malas untuk bergerak, aku tidak tau.

"Yah... kau benar, kau lucu" kata ku tanpa sadar memujinya. Kurasakan pipi ku menghangat, entah kenapa aku malu sendiri dengan ucapanku barusan.

"Yah tidak salah memang, aku memang lucu dan memikat" katanya sambil menghela napas. Ok, sekarang aku menyesal telah mengatakannya. "Kau sudah siap mengubah marga mu?" Tanyanya mendadak. Jantungku agak aneh setelah mendengar pertanyaannya itu. Kenapa dia tiba-tiba sekali menanyakan itu pada ku?

"K-kenapa kau tiba-tiba bertanya itu pada ku?" Tanya ku gugub. Oh jantung ini kenapa lagi, tadi tidak apa-apa, kenapa sekarang begini? Aku harus lebih terbiasa dan secpatnya membiasakan diri dengannya.

"Bukankah pernikahan kita dipercepat?" Katanya santai.

"Apa?! Dipercepat?" Terkejut? Tentu saja, aku baru mengetahuinya.

"Itu sebabnya ku mengajakmu kemari, untuk membicarakan ini dengan mu. Karena tidak mungkin kita membicarakan ini didepan yang lain, sekaligus aku ingin berdua dengan mu agar kita lebih dekat." Jelasnya pada ku. Tapi kenapa kata-katanya yang terkhir membuat jantungku makin tidak karuan.

"Kenapa aku baru tau sekarang? Hmpph..." dengus ku kesal.

"Bukan kah lebih bagus? Teman-teman mu bisa melihat pernikahan mu sebelum masa liburan mereka habis" jelasnya. Ada benarnya apa yang dia katakan, lagi pula kami menikah juga bukan karena paksaan. Kami tidak dipaksa untuk perjodohan ini, kami yang setuju dengan tulus. Jadi kenapa harus khawatir? Kami juga tak saling membenci. Mungkin ini keputusan yang tepat.

"Hmmm... bagaimana lagi, pernikahan kita sudah didepan mata." Tiba-tiba senyumku tertarik, entah kenapa aku sangat yakin dengan keputusan ini.

Married With Bias Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang