Enam. Perpisahan.

269 43 13
                                    

p. s
Aku nulis part ini sambil dengerin lagunya Park Hyoshin (Snow Flower) salah satu lagu kesukaan Baejin dan pas aku dengerin,  baguuuuuus banget ternyata :')
Buat yang mau denger lagunya sambil baca. Bisa lansung tekan tombol play

***




Siyeon menatap rumah Jihoon dan Jinyoung dari jendela kamarnya. Rumah itu kelihatan sepi. Sejak kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tua mereka sebulan yang lalu, Siyeon tidak pernah mendapat kabar apa-apa dari mereka. Berpuluh-puluh sms yang Siyeon kirim untuk mereka tidak ada satupun yang di balas. Teleponnya juga tidak di angkat, padahal nomornya aktif.

Siyeon mendesah sedih. Gimana kabarnya Kak Jihoon? Apa kabar Jinyoung? Apa kedua sahabatnya itu baik-baik aja?
Pasti ngga kan. Siapa yang akan baik-baik aja setelah kehilangan orang tua secara mendadak kayak gitu? Apalagi mereka masih kecil banget. Seandainya itu Siyeon, dia ngga akan tahu gimana dia bisa lanjutin hidup tanpa kedua orang tuanya.
Air mata Siyeon netes tanpa bisa ia cegah. Di saat seperti ini, Siyeon pengen banget berada di samping mereka, memeluk mereka, menghibur mereka.... Siyeon mau mereka tahu kalau seenggaknya, mereka masih punya Siyeon.

Tapi Siyeon ngga bisa ngelakuin itu...
Saat ini Siyeon bahkan ngga tahu mereka ada dimana. Terakhir kali Siyeon melihat mereka adalah saat mereka akan berangkat ke Jepang. Siyeon ingat banget, Jinyoung masih sempat ngejailin dia waktu itu, dan Jihoon memeluknya. Mereka pergi sambil senyum dan janji akan pulang bawain Siyeon oleh-oleh yang banyak. Tapi nyatanya mereka nggak kembali sampai sekarang.

Pemakaman orang tua mereka di urus saja keluarga dan ngga diadain di rumah Jihoon. Waktu itu, Siyeon merengek sama Mas Amir buat dikasih alamat keluarga Jihoon. Tapi Mas Amir dengan wajah sangat menyesal bilang ngga bisa ngasih karena pemakamannya bersifat privat hanya untuk keluarga saja. Mas Amir aja ngga dikasih izin buat dateng. Siyeon menangis seharian hari itu. Dia ngga mau makan dan ngurung diri di kamar.

Satu bulan udah berlalu, dan Siyeon mulai lelah menunggu. Gimana kalau mereka ngga balik-balik?
Gimana kalau mereka mutusin buat tinggal bereng keluarganya dan nggak balik ke rumah itu lagi?

Tuhaaan.... Siyeon nggak kehilangan mereka :'(

Tapi kalau emang itu satu-satunya pilihan yang mereka punya, tolong Kasih Siyeon satu kesempatan untuk ketemu mereka. Seenggaknya Siyeon ingin berpisah dengan benar. Ngucapin selamat tinggal dan ngungkapin betapa bersyukurnya Siyeon pernah ketemu dan temanan dengan mereka.

Siyeon tersentak saat melihat sebuah mobil sedan hitam menepi di rumah Jihoon dan Jinyoung. Lalu dari dalam mobil itu, turun seseorang yang sangat Siyeon kenal dan rindukan.










Jinyoung.

Siyeon segera ngusapin air matanya dan berlari secepet yang ia bisa ke rumah sebelah. Dia bahkan lupa masang sendal dan berlari bertelanjang kaki ke arah Jinyoung yang sekarang tengah berdiri menatap rumahnya dengan sedih.

"Jinyoung!"

Jinyoung berbalik dan Siyeon bisa melihat mukanya Jinyoung yang sayu. Ngga cuma itu, tubuhnya keliatan jauh lebih kurus dari terakhir kali Siyeon liat dia.

Gadis kecil itu segera berlari memeluk sahabatnya.

"Si...." Jinyoung berkata lirih. Siyeon bisa ngerasain tubuh Jinyoung yang bergetar dan suaranya serak. Jinyoung menangis.

"Si... mama sama papa, Si..." Jinyoung tarik napas yang kedengaran susah banget buat dia lakuin. Sesulit ini ya,  Young? Sumpah hati Siyeon jadi sakit dengernya.

"Mama sama papa aku udah pergi...., Sekarang aku udah ngga bisa liat mereka lagi, hiks."

Siyeon ikutan nangis.  Dia ngga bisa bilang apa-apa. Jadi dia cuma terus meluk Jinyoung berharap dia bisa sedikit tenang.

Purpose+ Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang