Yuki merutuki dirinya sendiri. Kenyataan itu semakin jelas. Maxime tidak merasakan apa yang Yuki rasakan. Tentu saja. Maxime ‘kan tidak punya kekasih. Itu tandanya, memang hanya Yuki yang merasa diikuti dan diawasi. Itu berarti dia... selingkuh.
“Maxime,” desis Yuki pelan.
“Hm?”
“Aku ingin pulang.”
Maxime tersedak, kemudian Yuki buru-buru memberinya segelas air putih yang belum diminumnya.
“Pu...pulang? Kenapa?”
“Aku sudah ngantuk.”
“Tapi, makananmu?”
Yuki menggeleng. Matanya sedikit berkabut dengan tangis yang tertahan. “Aku ingin pulang sekarang, Max.”
Lelaki berlesung pipi itu mendesah. Sejak awal, ia merasa ada yang aneh dengan Yuki. Hanya saja, ia belum berpikiran untuk menanyakannya, mungkin saja itu hanya perasaannya. Tapi melihat tingkah Yuki yang seperti ini, membuat Maxime yakin kalau memang ada sesuatu yang mengganjal pikiran Yuki.
“Yuki, aku temanmu. Kau bisa memercayaiku jika butuh seseorang untuk menampung masalahmu.”
Mata Yuki mengerjap, lalu menatap Maxime dengan tatapan sendu. “Aku merindukan Stefan, Max,” gumamnya pelan.
Untuk sedetik, Maxime bisa merasakan dadanya berubah sesak. Dan detik selanjutnya, dorongan rasa cemburu, mengiring kedua tangannya untuk mengepal erat di atas meja.
“Dia baru pergi 3 hari, Yuki. Kau sudah merindukannya?”
“Aku takut, Max.” Kening Maxime berkerut samar. “Sebelumnya, aku ingin minta maaf. Aku sudah menolak sentuhan tanganmu 2 kali. Maaf, tapi aku melakukannya karena aku tidak mau melanggar janjiku pada Stefan.”
“Janji?”
“Stefan pernah memintaku untuk berjanji, kalau tidak ada laki-laki yang boleh menyentuhku selain ia dan Kak Nuel.”
Maxime menyimak. Meskipun ia sedikit kesal dengan sikap curang dan posesif Stefan, tapi ia mencoba mengerti. Lelaki arogan itu pasti sangat takut kehilangan Yuki.
“Aku ingin menepatinya, jadi aku selalu mencoba menjaga diriku dari sentuhan laki-laki lain.” Perempuan mungil itu mendongak, menatap Maxime hati-hati. “Kau bisa mengerti ‘kan Max? Aku tidak ingin kau salah paham.”
Maxime mengangkat bahunya, lalu tersenyum tulus. “Sebenarnya aku tidak suka janji itu. Tapi mengingat bagaimana menyebalkannya Stefan di mataku, kurasa aku bisa mengerti.” Maxime menghela nafasnya sesaat, lalu bertanya dengan raut wajah penasaran. “Lalu apa kau tidak protes dengan sikap egoisnya itu?”
Senyum Yuki mengembang. Membicarakan Stefan membuat hatinya tenang begitu saja. Ia sendiri bahkan lupa dengan ketakutannya berselingkuh yang tadinya ingin ia ceritakan pada Maxime.
“Mungkin orang lain sering menganggap Stefan laki-laki yang egois dan arogan. Dia jarang sekali tersenyum dan menyapa orang lain. Dia juga kadang membuatku kesal karena sering menyebutku gadis bodoh yang menyusahkan. Dan kau harus tahu, Max, Stefan jarang sekali mengatakan cinta padaku. Perbuatan romantisnya juga masih bisa dihitung jari.” Yuki menggerak-gerakkan jarinya sambil mendengus, sementara Maxime terkekeh geli melihatnya.
“Tapi..” Tatapan Yuki berubah menerawang, membayangkan sosok Stefan berdiri di depannya. “Dialah satu-satunya lelaki yang berhasil mengajariku arti cinta. Cinta yang tulus dan mulia.”
Tangan kanan Yuki menggenggam tangan sebelah kirinya, membayangkan tangan Stefan-lah yang berada dalam genggamannya.
“Stefan mengajariku, bahwa cinta adalah kata yang bermakna dalam. Dan cinta akan lebih terasa istimewa dan indah saat di mana semuanya sempurna. Karena kita tidak akan melupakan setiap momen yang berlalu. Stefan juga mengajariku bahwa hati dan cinta adalah sesuatu yang sakral dan mulia. Sesuatu yang tersimpan aman di dalam hati kita. Terkunci dengan gembok yang hanya bisa dibuka oleh mereka yang menjadi takdir kita. Banyak hal baru tentang cinta yang kudapatkan dari Stefan, dan aku selalu ingin belajar lebih banyak tentang cinta, dengan Stefan sebagai guruku. Karena hanya bersama Stefanlah aku bisa merasakan cinta tulus itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Creamy Bubble Series
Short StoryBolehkah aku mengatakan ini padamu, Stefan? Bahwa hari ini, kau lagi-lagi berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Karena melihatmu dan merasakan kehadiranmu di dekatku, selalu berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Berulang kali. Di setiap harinya...