“Kau tidak apa-apa?” bisik Yuki. “Gombalannya.”
“Eh, ya.” Stefan lagi-lagi menjawab kikuk.
Yuki tersenyum tulus. Berusaha memberi kekasihnya semangat. Walau di satu sisi, ia juga merasa cemas.
“Yuki ....” Stefan bergumam pelan. Mata hitamnya menatap lurus iris kecoklatan Yuki. Dalam. Sangat dalam.
Lagi-lagi hening. Semua penonton benar-benar tak sabar menanti gombalan maut macam apa yang akan keluar dari mulut seorang pangeran sekolah. Apa hanya untuk melihat gombalan mengagumkannya mereka harus sesabar ini?
“Yuki ...” Para penonton semakin gemas melihat sepasang kekasih itu. Sedangkan Yuki, jantungnya terus berdebar-debar menanti kelanjutan kata-kata Stefan.
“Kau .... Cantik.”
Hening.
Hening.
“Eh, hanya itu?”
“Wah, ternyata Stefan tidak pandai menggombal ya.”
“Mungkin karena pasangannya Yuki, dia jadi tidak bisa menggombal.”
“Mungkin karena tidak ada yang bisa digombali dari Yuki.”
“Mengecewakan ya.”
Komentar-komentar para penonton itu berhasil membuat kedua telinga Yuki terasa panas. Bukan hanya itu, kedua matanya juga mulai memanas dan memberat dengan bendungan air mata yang siap tumpah kapan saja.
Hatinya sakit. Perasaannya terluka mendengar komentar-komentar itu. Apa ia dan Stefan memang tidak pantas untuk diakui orang-orang? Apa impiannya untuk jadi pasangan kekasih yang terkenal di sekolah tidak bisa terwujud? Kenapa? Kenapa?
“Oh, mengecewakan sekali. Ternyata Pangeran Sekolah kita gagal di babak pertama. Dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata gombal yang berkaitan dengan profesi,” ucap Jojo.
“Sehingga kepada pasangan Stefan – Yuki, kami mohon maaf. Kalian dinyatakan gugur dan tidak bisa melanjutkan kompetisi ini,” tambah Ahyar.
“Yu .... Yuki !!!”
Tepat setelah Ahyar memproklamirkan kegagalan Yuki dan Stefan, Yuki dengan cepat berlari meninggalkan area kompetisi. Ia tidak sanggup lagi jika terus berdiri di sana sambil mendengar komentar-komentar pedas yang membuatnya semakin tersudut.
Mungkin benar. Ia dan Stefan memang tidak pernah bisa menjadi pasangan yang terkenal dan serasi di sekolah. Banyak siswa-siswi yang tidak merestui hubungan mereka, banyak pula yang menganggap Stefan menembak Yuki hanya karena merasa kasihan. Banyak yang berpendapat mereka tidak pantas bersama. Semua. Hampir semua berpikiran seperti itu. Apa salah, jika Yuki hanya ingin diakui oleh mereka?
Yuki terus berlari kencang tanpa memedulikan sekitarnya. Bahkan panggilan Chika dan Vebby pun tak ditanggapinya. Yuki hanya ingin berlari. Ia ingin menjauh dan menghilang dari semua hal menyakitkan ini.
Seharusnya Yuki tahu. Seharusnya Yuki menyadarinya sejak awal, bahwa ia dan Stefan tidak akan bisa jadi pasangan serasi dan romantis di mata orang-orang. Seandainya Yuki menyadarinya sejak awal dan tidak bersikap utopis untuk mewujudkan impian itu, ia pasti tidak akan terluka. Ia pasti tidak akan sesakit ini. Ia pasti tidak akan menangis sendirian di taman belakang sekolah.
Benar. Yuki sudah lelah. Ia tidak berlari lagi, dan kini ia baru sadar kalau kedua kakinya telah membawanya ke taman belakang sekolah.
“Hiks ... Hiks ...” Yuki menangis. Membiarkan seluruh emosinya tumpah saat itu juga. Semuanya. Tepat di bawah pohon taman yang paling rindang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creamy Bubble Series
Short StoryBolehkah aku mengatakan ini padamu, Stefan? Bahwa hari ini, kau lagi-lagi berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Karena melihatmu dan merasakan kehadiranmu di dekatku, selalu berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Berulang kali. Di setiap harinya...