Kepala Yuki berputar cepat menuju asal suara. “Stef—FAN!!!” Gadis itu sontak melompat berdiri dari tempatnya duduk lantas berlari menghampiri Stefan yang sedang menghadap pelatih.
“Stefan! Ap-apa yang terjadi?” tanya Yuki cemas sambil mengelus pelan sebelah lengan Stefan yang terbalut perban dan dipasang gips. Melupakan keberadaan pelatih yang sebelumnya sedang berbicara dengan Stefan.
“Jatuh dari motor,” jawab Stefan.
“Apa?! Kapan?”
“Kemarin malam.”
“Apa? Kenapa tidak bil—”
“Sudahlah, Yuki. Aku tidak apa-apa. Kau tunggu saja di sana. Aku mau bicara dulu dengan pelatih.”
“Eh, uhm,” Yuki kikuk menyadari kesalahannya. Ia lalu menolehkan kepalanya ke samping dan tersenyum canggung pada pelatih, sebelum akhirnya berjalan menuju tempat duduknya tadi dan menunggu Stefan dengan sabar.
***
“Jadi, kapan tanganmu sembuh?”
“Setelah dua sampai tiga hari.”
Yuki mengangguk-anggukan kepalanya. “Lalu bagaimana dengan latihannya?”
“Selama aku dalam masa pemulihan, Maxime yang akan menggantikan peranku untuk sementara. Aku hanya harus tetap menghafalkan naskahku dan memerhatikan latihan mereka agar saat aku bermain nanti, tidak perlu banyak belajar lagi.”
Yuki sontak kembali mengangguk-anggukan kepalanya. “Hmm, begitu. Baguslah.”
“Apa?”
“Eh?” Mata Yuki mengerjap bingung. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari apa yang baru saja diucapkannya. “Ya ampun!” pekik Yuki sambil cepat-cepat menutup mulutnya. “Astaga, Stefan! Maafkan aku. Aku sama sekali tidak bermaksud berkata begitu. Uhh, maaf.”
“Kalau begitu, apa maksudmu?”
“Itu....” Yuki memainkan jari-jarinya gugup. Ia tidak mungkin ‘kan berkata jujur kalau ia senang karena peran Stefan digantikan untuk sementara? Pacar macam apa dia ini? Tapi...dia ‘kan memang senang, tapi...Stefan ‘kan terluka. Yuki sedih kalau Stefan terluka, tapi dia juga tidak mau Stefan latihan dansa dengan Vanessa. Tapi... aduh, Yuki bingung!
“Yuki?”
“Umm, itu...maksudku, baguslah kalau ternyata waktu pemulihannya tidak terlalu lama. Stefan ‘kan jadi tidak akan tertinggal terlalu banyak, hehe.”
“Hm, ya.”
Dan setelah jawaban singkat itu, Yuki benar-benar merutuki mulut cerobohnya yang suka asal bicara.
Dasar Yuki bodoh. Ceroboh. Egois.
***
Yuki menyandarkan kepalanya ke atas meja belajar sambil mencoret-coret selembar kertas yang tadinya hendak ia pakai untuk menghitung soal matematika. Akan tetapi, alih-alih berkonsentrasi menghitung, pikiran Yuki malah terus-terusan membayangkan hari esok.
Ini sudah memasuki hari ketiga setelah Stefan jatuh dari motor. Itu artinya, besok, luka Stefan sudah sembuh dan ia bisa kembali memainkan peran pangeran. Dan tentu saja, dia juga akan berdansa dengan Vanessa.
Yuki menghela napas berat. Selama tiga hari ini, ia dan Stefan sama-sama mengamati latihan Maxime dan Vanessa. Dan celakanya, itu malah membuat rasa gelisah Yuki semakin menjadi. Setiap gerakan mereka yang nampak memukau dan romantis itu semakin membuat Yuki gigit jari dan gusar ketika membayangkan kalau Stefanlah yang berada dalam posisi Maxime.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creamy Bubble Series
Short StoryBolehkah aku mengatakan ini padamu, Stefan? Bahwa hari ini, kau lagi-lagi berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Karena melihatmu dan merasakan kehadiranmu di dekatku, selalu berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Berulang kali. Di setiap harinya...