Rio berjalan keluar gedung sekolah dengan tangan yang asyik mendrible bola basket orange kesayangannya. Dasar maniak basket. Matanya menyipit melihat seorang gadis yang tengah duduk di depan pos satpam dengan mata sibuk melongok kesana-kemari. Letak parkiran dan pos satpam yang tak begitu jauh membuat Rio dapat mengetahui dengan jelas siapa gadis itu. Ia pun langsung menghampiri sang gadis.
"Belum pulang Shill?" Shilla langsung mendongak.
"Belum dijemput," jawabnya lengkap dengan senyuman. Rio hanya mengangguk.
"Mau bareng?" tawarnya karena tak tega juga melihat Shilla sendirian menunggu sedangkan hari sudah mulai sore.
"Nggak ngrepotin?" Rio malah tertawa mendengar pertanyaan Shilla.
"Ya nggak lah. Lo kan temennya Ify. Temen dia temen gue juga kali," jelasnya.
'Jadi karena Ify? Ke-GR-an banget sih gue,' batin Shilla. Akhirnya Shilla pun mengangguk. "Ok deh," ucapnya.
"Lo tunggu sini ya? Gue mau ambil mobil dulu," Shilla kembali mengangguk.
Sambil menunggu Rio datang, Shilla megirim pesan kepada sopirnya agar tak usah menjemput. Tak lama kemudian Rio pun muncul.
"Masuk Shill!" suruh Rio dalam mobil. "Rumah lo di mana?" tanya Rio sambil mulai menjalankan mobilnya.
"Perumahan Pasir Awi no 09 Blok C," jawab Shilla.
"Searah kok sama rumah gue," respon Rio.
"Kok tumben Yo pake mobil?" Shilla memulai obrolan.
"Motor gue dipake adek gue," jawab Rio. Shilla meng-O-kan mulutnya.
***
Agni dan Cakka memutuskan untuk bermain basket malam ini. One by one. Sekedar info, mereka memang sudah berteman sejak SMP, dan itu karena basket. "Break-break!" Cakka meghentikan permainan karena sudah merasa kelelahan.
Agni yang sudah bersiap mengshoot bola terpaksa harus menghentikan permainannya. "Curang lo Cak! Gue mau ngeshoot juga," Agni berjalan menghampiri Cakka sambil mendumel.
"Lo nggak cape apa? Huh huh huh," Cakka mengatur nafas.
"Dikit," jawab Agni singkat. Kini Agni dan Cakka duduk bersebelahan di tengah-tengah lapangan basket komplek rumah Agni.
"Tetep aja judulnya capek," cibir Cakka. Agni tak membalas cibiran Cakka. Dirinya malah sibuk memutar-mutar bola basket di tangannya. Sedangkan Cakka sibuk memperhatikan langit malam. "Gue nggak yakin Ag, kuat ngejomblo," tutur Cakka tiba-tiba. Agni menoleh ke arah Cakka sambil mengangkat alis.
"Kenapa?" tanya Agni langsung.
"Gue Cuma cowok normal yang masih labil. Termasuk pacaran. Gue rasa emang cowok itu spesies yang nggak betah sendiri untuk waktu yang lama. Dan itu normal," jelas Cakka dengan pandangan masih tertuju pada langit malam.
"Itu mah normal versi lo!" seru Agni.
"Bukannya gitu. Sekarang gini deh. Lo survei aja seratus cowok di sekolah. Pasti rata-rata mereka lebih lama punya status berpacaran dari pada jomblo," Cakka terlihat optimis.
"Berarti Rio, Iel, Alvin nggak normal dong? Gue belum pernah denger mereka pacaran," tanya Agni yang membuat Cakka tertawa.
"Lo baru tau? Mereka kan maho akut ha ha ha," jawab Cakka seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Wajah Berjuta Ingatan
Teen FictionMemisah kata. Menggunakan koma Koma setia sampai titik tak tersisa Ini kisah cinta. Cinta SMA Antara Rionald Stevaditya dan Fifyo Marissa Pertemanan yang mendamba akan sebuah kepastian bernama "Pacaran", hingga sampai pada titik pemikiran bahwa penc...