Bagian 41

355 9 0
                                    

Karena perhatian teralihkan dengan acara 'ngcengin Via' alhasil ponsel Cakka berhasil Iel rebut. Dengan segera ia menghapus video itu dan tertawa keras melihat keteledoran Cakka.

"Lo sih Yo! Keambil kan?" omel Cakka pada Rio. Ia berkesimpulan kalau biang keladinya Rio. Coba saja pemuda itu tidak menggoda Via dan Iel, pasti perhatiannya tidak beralih.

"Lo nya aja yang kelewat pinter. Kalo nggak mau tu Hp diambil Iel, lari kek. Malah diem di tempat," Rio tak trima.

"Nggak Cak. Lo pinter kok. Pinter banget malah," kikik Iel. "Untung lo berontak Vi. Pahlawan lo."

"Cieeeeeeee," ucapan Iel yang sebenarnya tidak sengaja malah mengundang yang lain semakin gencar menggoda.

"Paan sih? Kayak anak TK lo semua!" sewot Via. Haha.

***

"Gue masih kepikiran sama ucapan Patton waktu itu deh. Emang kita kayak gitu ya?" Via yang tadinya tengkurap di atas ranjangnya mengubah posisinya menjadi duduk bersila. Mena tap Ify, Shilla, dan Agni bergantian yang memilih duduk lesehan di karpet lantai kamar Ify.

Ify yang tadinya sibuk dengan novelnya mengangkat wajah. Menghembuskan nafasnya sejenak. Emang lo doang yang kepikiran? "Kalo ada orang yang bilang gitu, berarti menurut dia kita emang gitu," sahutnya tenang. Masuk akal juga.

"Tapi selama ini gue ngerasa fine-fine aja kok sama anak-anak," sahut Shilla.

"Ya mungkin kitanya yang nggak peka," sahut Ify lagi.

"Terus kita gimana nih? Masak iya dianggep nyantai. Masih setahun lagi lho," Agni menatap ketiga temannya yang nampak berfikir. Saling pandang pula.

"Omongin aja di depan kelas. Biar cepet beres."

"Kayaknya enggak deh," tolak Ify halus atas usul Via. "Kemungkinannya Cuma dua. Masalah akan bener-bener beres, atau malah makin gede. Dan jujur gue takut untuk menghadapi kemungkinan yang ke dua."

"Jadi harus tersirat gitu?" tanya Via.

"Boleh," Agni langsung setuju. "Misalkan kayak kita lebih bergaul sama mereka."

"Rolling tempat duduk!" semua mengangguk setuju dengan usulan Shilla. Mereka tersenyum puas dengan diskusi dadakan karena pancingan Via ini. Singkat tapi langsung menemukan jalan baik.

***

"Kak Cakka gue udah follow twitter lo. Minta follbacknya ya? udah gue mention tapi nggak difollback-follback," haduh. Baru saja mengistirahatkan badan setelah iseng-iseng bermain basket. Sudah muncul saja 'Dedek-dedek gemes' nya Cakka.

"Sorry-sorry jarang buka mention yang masuk. BTW lo siapa sih?" ngek!

Gadis manis yang pastinya masih kelas sepuluh itu merengut. "Masak nggak tau sih? Gue anggota tim basket cewek Kak. Baru juga dua hari yang lalu kita kenalan," gerutunya. "Syifa Kak, Syifa," serunya sembari menunjuk-nunjuk diri sendiri. Mencoba mengingatkan Cakka.

Cakka nampak mengingat-ingat hingga... "Astaga! Syifa?! Oh gue inget kok inget," serunya kelewat heboh untuk ukuran cowok. Tapi itu malah membuat Syifa tersenyum senang. "Iya deh nanti gue follback. Emang usernamenya apa?"

"@SyifaRa Kak. S sama R nya huruf besar," Cakka mengangguk-angguk seraya mengingat-ingatnya. Nanti lupa lagi. "Ya udah. Gue duluan ya Kak," pamit Syifa yang diangguki Cakka. "BTW Kak Cakka makin ganteng deh kalo lagi main basket," ucapnya mal-malu sebelum pergi. Untuk ukuran adik kelas, lumayan centil juga ya.

Satu Wajah Berjuta IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang