Bagian 22

524 6 0
                                    

"Udah Shill. Buruan kita keluar," Shilla mengangguk lalu melepaskan pelukannya. "Jangan nangis lagi dong," Ify mengusap air mata Shilla.

Mereka kembali berjalan menuju pintu keluar. Shilla terus mengamit lengan Ify dengan kuat. Begitupun Via. Ia terus mengamit lengan Agni sama kuatnya dengan Shilla.

***

Sampai di mobil, wajah Shilla dan Via masih terlihat pucat. Bahkan mereka tak mau melepas genggamannya pada Ify dan Agni. "Vi, udah ya ngapit lengan gue nya? Gerah nih," Agni mengibas-ngibaskan tangannya berharap dapat mengurangi rasa gerahnya.

"Nggak mau! Pelit banget sih?" Via justru mengeratkan pegangannya pada lengan Agni.

"Fy," Agni memasang muka melas pada Ify yang duduk bersebrangan dengannya. Posisi Ify juga tak jauh beda darinya.

"Tahan aja Ag, bentar lagi nyampe hotel kok," Ify menguatkan. Agni hanya mengangguk.

"Pokoknya sampe hotel lo harus pijitin tangan gue," todong Agni pada Via.

"Eh gue masih penasaran deh. Kok tadi pawangnya manggil Shilla dengan sebutan 'Mak' ya?" tanya Cakka tiba-tiba. "Emang muka Shilla kayak emak-emak apa?" tanyanya lagi.

"Mak di Bali artinya anak gadis Bli," sahut Bli Sopir yang mendengar percakapan penumpangnya.

"Ooo," semuanya kompak ber'o ria.

"Eh Shill! pita yang dibawa monyet tadi, pita yang lo beli waktu di Spore kan?" Shilla melepas pelukannya dan mengangguk. "Nggak sayang tu? Lucu tauk pitanya," lanjut Ify.

"Sebodo amat deh. Daripada tu monyet nangkring mulu di pundak gue," dumel Shilla yang membuat teman-temannya tertawa.

Obrolan mereka harus berhenti karena Mobil yang mereka naiki sudah sampai di depan hotel.

"Hari ini packing ya? biar besok begitu pulang dari pantai, tinggal istirahat. Lusa kita pulang ikut penerbangan pagi," intruksi Rio begitu mereka sampai di depan pintu kamar. "Oh ya! Hari ini kita makan di resto hotel aja. Pada capek juga kan?" yang lain mengangguk menyetujui omongan Rio.

***

"Gue dulu yang mandi!" seru Shilla langsung berlari mengambil baju ganti dan ngibrit ke kamar mandi.

"Serah lu dah Shill," Ify merebahkan tubuhnya ke kasur. Di sampingnya sudah ada Agni yang rebahan dengan mata tertutup. Walaupun ia tak tidur juga.

"Ah iya!" seru Agni. Ia melirik Via yang tengah memilih baju ganti. "Heh Via!" Via menoleh. "Pijitin nih tangan gue. Sakit ni gara-gara lo," Agni menyodorkan tangannya.

Dengan setengah hati, Via mengangguk lalu duduk di samping Agni dan memijat-mijat tangan gadis tomboy itu. "Satu jam satu juta," jutek Via.

"Wo elah mahal amat," sahut Agni.

"Bodo amat!" Ify hanya tersenyum melihat tingkah lucu teman-temannya.

***

"Besok agenda kita kemana nih?" tanya Cakka sambil menyisir rambutnya yang basah karena barusaja mandi.

"Ke Tanjung Benoa, terus ke Pandawa Beach. Pas ke Pandawa agak sorean biar bisa liat sunset," Rio menaik turunkan alisnya.

"Nggak ke Kuta?" tanya Alvin.

"Alah. Ke Kuta itu mainstream, kalian udah pernah ke sana juga kan? Kalo Pandawa Beach kan pantai baru," jawab Rio.

"Iel lama amat sih mandinya," gerutu Alvin yang sudah berdiri di depan kamar mandi menunggu Iel keluar.

Satu Wajah Berjuta IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang