Bagian 45

456 15 1
                                    

"Sebenernya kalau misalkan nanti gue dianter Deva juga pake motor sih hehe," ayolah. Aku ingin mencairkan suasana.

"Haha. Lo lagi kode biar gue pake mobil aja?" dan Rio merespon dengan menggodaku. Sweet boy.

"Lo pengen banget ya gue mau lo jemput?" sorry. Aku juga bisa merayu.

"Iya," sungguh. Aku bingung. Dia bercanda atau serius? Ekspresinya menunjukk... "Haha. Bercanda sayang," jantungku berdetak sangat kecang sekarang. 'Sayang'? Dan dia mengacak rambutku penuh... sayang? "Udah ah. Yuk," dan sekarang menggandeng. Its not good boy..... for my heart.

***

Perasaan ini bukanlah acara makan malam romantis untuk sepasang kekasih. Tetapi mengapa Ify nampak mempersiapkan penampilan sebaik mungkin? Ia yang bahkan jarang sekali mengenakan rok kini memilih memakai rok pensil berwarna abu-abu tiga perempat dipadu dengan kemeja polos berwarna putih. Rambutnya ia gerai dan juga ia memakai sepatu ber-hak tinggi. Tak lupa merias wajah juga. Dan itu... cantik sekali. "Finish. Nggak menor kan ya?" gumamnya ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Tidak Ify. Semuanya nampak pas. Percayalah.

Drrt drrt drrt

Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan yang masuk. "Rio?" alisnya terangkat. Bingung.

From: Rio

Fy. Kaki lo nggak papa kan?

Seketika ia melihat kakinya yang baik-baik saja. "Rio kenapa sih? Aneh banget," gumamnya lagi.

To: Rio

Enggak.

Kaki gue baik-baik aja kok

From: Rio

Bisa jalan?

To: Rio

Bisalah

From: Rio

Ya udah yuk.

Gue udah di depan rumah lo

"Hah?" Ify kaget juga merona. Sedetik kemudian ia tersenyum malu. "Sweet banget sih," pipi Ify kian merona. Uuuuh lucunya.

To: Rio

Haduh gimana ya ngomongnya

Kayaknya gue nggak bisa deh naik motor

Bukan karena sok ya

Tapi... aduh gue bingung ngomongnya

"Jangan-jangan nanti dia mikir gue matre lagi," Ify nampak gelisah.

From: Rio

Gue minjem mobil bokap kok

"Huh. Okay," Ify segera menyambar tasnya dan keluar kamar. Mamanya sedang ada pekerjaan di luar kota. Dan Deva juga sepertinya sedang sibuk di kamarnya. Tidak usah pamitlah. Toh dia sudah memberi tahu sebelumnya.

Ify menutup gerbang rumahnya tanpa menguncinya karena ia juga tidak akan lama. Ify bisa melihat mobil yang terparkir tak jauh darinya. Mobil dimana Rio menjadi kemudinya. "Sorry lama," Ify berbasa-basi begitu menutup kembali pintu mobil Rio.

Rio melirik jam tangannya. "Kalau menurut gue sih cepet," ucapnya. Ify hanya tersenyum saja. "Pantesan nggak bisa kalo naik motor. Lo pake rok? Nggak biasanya," wajah Ify bersemu merah. Padahal Rio tidak tengah menggodanya.

"Lagi pengen beda aja. Aneh ya?" Rio menggeleng kuat.

"No no no. Cantik kok. Banget malah," nah kalau sekarang, wajar wajah Ify bersemu merah.

Satu Wajah Berjuta IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang