"Yo! Gimana semalem?" Rio memandang masam wajah Cakka. Sepertinya dia tidak suka Cakka membahas tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Martha. Dengan malas Rio mulai berjalan ke arah teman-temannya yang sudah menunggu di bangku Rio.
"Mayanlah. Mayan pipi gue langsung mati rasa kena tampar. Gila! Tenaga tu cewek udah kayak preman tau nggak?" Rio kembali mengelus pipi kirinya yang masih agak sakit karena mendapat tamparan Martha.
"Buat pengalaman Yo. Sekali-kali lo ditampar cewek haha," Iel terkikik bersama Cakka.
"Emang gimana ceritanya?" tanya Alvin.
+++
Rio duduk dengan gelisah di salah satu restoran yang tak terlalu ramai itu. Tak jarang ia melongok ke sana-ke mari. Mengetuk-ketukkan jari ke meja sebagai pelampiasan rasa gugup. Jam tujuh tinggal satu menit lagi. Itu tandanya, tak lama lagi Martha akan datang.
"Hai sayang. Udah lama?" see? Martha terlihat begitu bahagia. Ia begitu antusias dengan malam ini.
"Hah? Enggak. Gue juga baru dateng," bohong! Rio sudah datang dari 20 menit lalu. Dia membutuhkan pasukan keberanian. Karena.... this is his first time. Ini adalah pertama kalinya ia akan memutuskan pacar.
"Ya udah. Kita pesen makan yuk!" siapapun yang melihat raut wajah Martha sekarang, pasti akan berpendapat kalau Martha begituuuuu bahagia. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya.
"Tha?"
"Iya?" Martha memandang Rio penasaran. Menunggu apa yang akan kekasihnya itu katakan.
"Huh," Rio menghembuskan nafas sejenak. Ia nampak gelisah. "Gue nggak tau harus gimana bilang ke lo," Rio menghentikan bicaranya sejenak. Sudah dibilang. Ini tidak mudah. "Eum. Gue boleh jujur nggak?"
"Emang harusnya kamu jujur kan sama aku? Masak pake nanya? Lucu banget sih kamu," sepertinya Martha belum menyadari arah pembicaraan Rio.
"Emmm sejak awal kita pacaran, sebenernya gue nggak ada rasa apa-apa sama lo. Gu..."
"Aku udah tau Yo. Bisa kan nggak usah dibahas?" Martha mulai tidak suka dengan topik pembicaraan Rio.
"No no. Kita harus bahas ini. Gue nggak bisa terus-terusan bohong sama perasaan gue sendiri...."
"Tapi dulu kamu nerima aku Yo. Dan kamu bilang kita coba dulu," potong Martha.
"Iya. Gue tau. Dan kita udah mencobanya. Tapi... nggak bisa. Perasaan gue masih sama."
"Apa sekarang lo mau mutusin gue?" mata Martha mulai berkaca-kaca. Bahkan dia tak lagi menggunakan istilah 'Aku-kamu'. Tunggu. Apa dia marah?
"Sorry kalau ini terlalu menyakitkan buat lo. Gue Cuma nggak mau lo berharap terlalu jauh sedangkan kenyataannya berbanding terbalik. Kemauan lo nggak bisa dipaksa."
"Lo beneran mau mutusin gue?" agak lama sampai Rio hanya bisa mengangguk pelan. "Really? Bahkan disaat hubungan kita baru berjalan lima minggu? Are you kidding me?" kali ini Martha bukan lagi berkaca-kaca. Air matanya luruh juga.
"Gue bener-bener minta maaf banget. Tapi.... gue bener-bener nggak bisa," Rio memang nampak bersalah harus bicara seperti ini pada Martha.
"Biar gue tebak. Apa ini karena cewek itu?" siapa yang dimaksud Martha?
"Cewek itu?" Rio nampak bingung.
"Ify. Iya kan?!" wajah Martha mulai memerah menahan amarah. Tentu saja Ifylah yang akan ia jadikan kambing hitam kejadian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Wajah Berjuta Ingatan
Fiksi RemajaMemisah kata. Menggunakan koma Koma setia sampai titik tak tersisa Ini kisah cinta. Cinta SMA Antara Rionald Stevaditya dan Fifyo Marissa Pertemanan yang mendamba akan sebuah kepastian bernama "Pacaran", hingga sampai pada titik pemikiran bahwa penc...