Shilla baru saja keluar dari kamar mandi. Dering ponselnya membuat Shilla yang semula ingin beranjak ke dapur harus mengurungkan niatnya. "Siapa nih?" tanya Shilla karena ada pesan dari nomor asing.
From: O81734xxxxxx
Shill, PR Matematika halaman berapa sih?
Begitulah isi pesan itu.
To: 081734xxxxxx
Maaf, ini siapa ya?
Tak berapa lama kembali ada pesan masuk.
From: 081734xxxxxx
Sorry sorry tadi lupa nulis nama.
Gue Alvin :D
Shilla geleng-geleng sendiri sambil menyimpan nomor kontak Alvin.
To: Alvin
Lo Vin.
Gue kira fans gue :P
PR nya halaman 12
From: Alvin
Berasa artis lo? :V
Lagian sejak kapan fans nanyain PR?
Ok. Thank's Shill :D
To: Alvin
Hehe...
Sejak sekarang kali :P
Sippo :D
***
"Kak Ify kenapa sih? Tumben nggak ngajak perang," gumam Deva yang menangkap keanehan dari diri kakak sematawayangnya. Bayangkan saja? Melamun, geleng kepala dan memukul-mukul pelan kepalanya di balkon kamar. "Amnesia nyahok lo Kak!" seru Deva tiba-tiba dan sudah duduk di samping Ify. Ify hanya melirik sekilas.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Ify jutek.
"Mastiin aja Kakak gue masih waras apa enggak," jawab Deva asal sambil meniup-niup secangkir teh yang ia bawa dari dapur. Cuaca dingin karena jakarta baru saja diguyur hujan, membuat secangkir teh panas terasa begitu nikmat.
"Atas dasar apa lo ngomong gitu?" Ify menatap Deva galak.
"Sekarang gue tanya," Deva menatap Ify. "Diem di balkon sendirian, geleng-geleng kepala nggak jelas, terus mukul-mukulin kepala sendiri, masih bisa dibilang waras?" Deva berdecak sinis.
"Lo mau gue mukulin pala lo?" tawar Ify.
"Nggak deh makasih," Deva malah menyesap nikmat secangkir teh yang dibawanya. "Lo tau nggak Kak? Masalah itu seperti secangkir teh pahit. Nggak akan bisa dijadiin manis kalo nggak diminum dulu. Kalo lo bingung, berapa sendok gula yang harus lo kasih buat ngerubah teh pahit itu jadi manis, lo bisa minta bantuan orang di sekitar lo," Ify menatap Deva dan mendengar dengan seksama setiap ucapan dari Deva. "Dari situ lo juga bisa tau, siapa aja orang-orang yang peduli dan sayang sama lo," Deva membalas tatapan Ify.
"Jujur gue nggak ngerti," ujar Ify.
"Kalo lo emang punya masalah, bagi aja sama gue. Gue adik lo. Nggak perlu lo tanya seberapa sayang dan pedulinya gue sama lo. Sekalipun lo minta gue buat ngabisin teh pahit yang harus lo minum," tutur Deva lembut.
"Elah. Bilang gitu kek dari tadi. Pake berpuitis segala lo," Ify menoyor Deva.
"Sumpah ya? Lo minta ditimpuk tau nggak? Susah-susah ngarang kalimat pencerahan malah lonya nggak paham. Nggak percaya gue lo bintang kelas," Deva berdecak sinis. Sedangkan Ify hanya cengengesan. Ify dan Deva kembali diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Wajah Berjuta Ingatan
أدب المراهقينMemisah kata. Menggunakan koma Koma setia sampai titik tak tersisa Ini kisah cinta. Cinta SMA Antara Rionald Stevaditya dan Fifyo Marissa Pertemanan yang mendamba akan sebuah kepastian bernama "Pacaran", hingga sampai pada titik pemikiran bahwa penc...