Bagian 52

210 14 10
                                    


Ku akan menanti

Meski harus penantian panjang

Ku akan tetap setia menunggumu

Ku tahu kau hanya untukku

Bi....

Klik

"Lagu lo kenapa begini amat deh Yel?" keluh Rio risih mendengar hits milik Nikita Willy yang mengalun indah dari radio mobil Iel. Melow sekali.

"Mana gue tau. Itu kan radio bukan kaset. Serah penyiarnya lah mau muter lagu apa," aneh sekali Rio marah-marah seperti itu. Tidak ada sebab yang jelas. "Tapi kayaknya tu penyiar tau banget suasana hati kita Yo. Menunggu," galau mode on. Ya ampun Bang Iel. Dirimu dan Rio sedang dalam perjalanan menuju bandara untuk menjemput Via dan kawan-kawan. Apa itu tidak cukup untuk mematikan perasaan kalang kabut karena merindu itu? Ckck

"Lo kali. Gue biasa aja," preeeeet! Ingat tidak? Siapa ya yang beberapa hari lalu mendadak sensitif hanya karena satu alasan? Eh satu orang? Rio sok tegar.

"Angkat tangan deh sama rasa gengsi lo," gumam Iel.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama karena... yah you know lah. Macica alias macet yang tak pernah absen dari kota ini. "Jam berapa sekarang?" tanya Rio begitu kembali menutup pintu mobil Iel.

"Jam sembilan kurang lima belas menit," berdasar apa yang Via katakan semalam, gadis itu dan ketiga temannya akan mendarat di Jakarta pada pukul 09.00 WIB.

Setelah mengunci pintu mobil, Iel dan Rio bergegas menuju tempat di mana Iel dan Via sepakat untuk bertemu.

"Sebenernya apa sebab musabab lo minta ikut gue jemput Via? Mau modusin Ify lagi?" iseng Iel bertanya pada Rio. Daripada hanya duduk-duduk sembari melongok ke sana ke mari mencari keberadaan gadisnya.

"Aiiiih lu mah sama adek sendiri berburuk sangka terus. Yang mau modusin tu siapa? Gue kan Cuma mau ikut nyambut mereka doang. Apa salahnya?" kilah Rio menatap sang kakak sepupu dengan pandangan sebal.

"Gue kan Cuma nanya. Kalo beneran juga nggak papa kok."

"Apa deh?" gumam Rio memilih memfokuskan diri pada ponselnya.

"Gue denger dia lagi dideketin sama adek kelas lho. Kalo kata Via sih walaupun adek kelas, umurnya lebih tua dari Ify," Iel mencoba untuk memanas-manasi. Siapa tahu berhasil. Agar adik sepupu tercintanya ini melek. Kalau masih ya maju. Jangan bisanya hanya membuat Ify salah mengartikan sikap terus.

"Nggak usah lo bilang juga gue udah tau. Cewek model Ify mana pernah nggak ada yang deketin," Rio memasukkan ponselnya ke saku lantas berdiri. "Lu juga perlu waspada. Lo pikir cewek lo aman? Galak-galak begitu Via punya daya tarik sendiri di mata cowok," glek! Iel terdiam sejenak sementara Rio harus susah payah menahan tawa melihat ekspresi Iel haha. "Gue ke toilet bentar," pamitnya lantas berlalu.

"Kampret. Kenapa malah gue yang kena? Curut emang si Rio," gerutu Iel bingung sendiri.

To: Via

Lu di mana?

Gue udah di tempat kita janjian

Btw kira-kira udah persiapan belum buat melepas rindu sama gue?

Peluk atau cium gitu wkwk

Jidat doang juga gue udah seneng buahaha

"Hahaha ngamuk kali dia bacanya," Iel terkekeh membayangkan ekspresi Via ketika membaca pesan darinya.

Satu Wajah Berjuta IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang