“Sumpah deh ini anak, semenjak kenal kak Elang jadi banyak melamun” keluh Ayu melihat kelakuan temannya yang sejak tadi hanya melamun sambil mengaduk-aduk bakso yang kini sudah dingin karena ulahnya
“apaan sih yu?kamu mau ngomong apa?” jawab Dian lesu “sekarang lo kenapa lagi?” kata Ayu yang peka kalau temannya ada masalah.
“apaan?” jawab Dian masih tidak mengerti. “sekarang ini lo ngelamun karena apa?” Ayu kesal bukan main melihat reaksi Dian yang lambat memahami.
“aku bingung” jawab Dian akhirnya berterus terang. “bingung kenapa?”
“kemaren..” ujar Dian terputus, seperti ragu-ragu tapi ingin cerita. “iya kemaren kenapa?” tanya Ayu sedikit geregetan menghadapi temannya.
“kemaren..” untuk kedua kalinya kata-kata Dian terputus, yang membuat Ayu semakin geram. “AGHH...lo mau ngomong apa sih? Jangan setengah-setengah gitu, gue cekik juga lo” kata Ayu sudah tidak mampu menahan amarahnya.
“kemaren aku ketemu kak Yuni, dan kak Yuni ngomong sesuatu sama aku” mendengar apa yang Dian bilang, Ayu terdiam tak percaya. Ayu mencerna pelan-pelan maksud perkataan Dian. “serius? Kak Yuni ngomong apa?”
“gue berharap kali ini Elang serius sama lo, kayaknya lo anak baik-baik. Kalau Elang gak ada harapan buat serius sama lo, langsung jauhin aja nanti lo patah hati”
“kak Yuni bilang gitu, aku bingung maksudnya apa? waktu aku tanya maksudnya apa, kak Yuni cuman bilang bukan apa-apa. Aku bingung sumpah maksud kak Yuni kemaren apa?” kali ini Dian benar-bena terliat bingung dan frustasi.
“hah serius kak Yuni bilang gitu ke lo?” tanya Ayu yang masih tidak percaya.
“iya, aku dengar dengan jelas kalau kak Yuni ngomong gitu”
“gue rasa selama ini kak Elang gak serius dekatin cewek-cewek bukan karena kak Yuni yang ngehalangin, tapi memang kak Elang aja yang gak mau ngelepas kak Yuni.”
“maksud kamu apa?”
“udah jelas banget kalau kak Yuni mendukung siapa saja yang ada didekat kak Elang, mungkin aja permasalahan selama ini ada di kak Elang. Buktinya kak Yuni bilang gue berharap kali ini Elang serius sama lo, itu kan artinya kak Yuni juga berharap kak Elang punya pacar, cuman kak Elang ya aja yang gak bisa move on”
“jadi selama ini aku Cuma dimainin?”
“gak ada yang tau itu, lo harus tanya langsung ke kak Elang. Kak Yuni juga bilang dengan sangat jelas kalau Kak Elang gak ada harapan serius sama lo, lepas aja nanti lo patah hati artinya lo memang harus mastiin ke kak Elang. Kak Yuni ngomong gitu bukan karena gak suka lo dekat sama kak Elang, kak Yuni Cuma terlalu takut lo bakal sakit hati kalau seandainya nanti kak Elang ternyata gak serius sama lo. Menurut gue sih loh harus tanya kak Elang maksud dia dekatin lo selama ini apa? Kalau memang buat main-main lo harus jauhin kak Elang sebelum lo terluka.”
“jadi aku harus nanya ke kak Elang?”
“that’s right, lo gak akan tau kebenarannya sampai lo sendiri yang nge-chek”
“tapi mana aku berani ketemu kak Elang, aku ngobrol sama kak Elang juga karena kak Elang yang nyamperin aku.”
“yah..lo bisa tanya saat lo ketemu kak Elang lagi, tapi semua keputusan ada ditangan lo. I just giving you a solution”
Entah keberuntungan macam apa yang menghinggapi Dian, saat perjalanan menuju kelas Dian dan Ayu yang memang seperti biasa melewati kelas XII-C ,kelas kak Elang. Mereka tidak sengaja bertemu dengan Elang yang kebetulan sedang nongrong didepan kelas bersama teman cowok yang lain.
“Dian” panggil Elang saat Dian lewat tepat didepannya.
“iya kak?” saut Dian sambil berhenti dan Ayu yang ada didekat Dian hanya turut berhenti mengikuti Dian.
“cie..cie..romeo dan juliet bertemu ! duh gue yang jomblo jadi terharu melihat kedekatan kalian.” Celoteh Doni salah satu teman Elang.
“kak.. lebay banget sih kak” celetuk Ayu tanpa disangka-sangka.
“hahahah syukurin lo diledekin ade kelas, jomblo kok pamer-pamer” ujar BAyu ikut menghakimi temannya
“Hush..hus..berisik amat sih lu pada, gue mau ngomong sama Dian nih.” Dian yang menjadi lawan bicara Elang tampak gugup dan mulai salah tingkah.
“ ya elah ngomong aja kali, sibuk amat lo ngurusin kita” jawab mereka sambil tertawa girang.
“kalau kalian ngomong terus gak kedengaran gue ngomong apa, bego !”
“iya sorry..sorry lanjut aja ngomongnya.”
Akhirnya Elang kembali terfokus pada Dian yang sejak tadi hanya terdiam melihat ulah mereka, yang sesekali juga menggoda Ayu yang berada disampingnya.
“Dian, nanti malam lo sibuk gak?”
“eh..enggak kak, kenapa?”
“Ayok jalan, nanti gue jemput lo. Tenang aja nanti gue yang minta izin langsung sama orang tua lo. Gimana mau kan?” seperti tersambar petir Dian hanya bisa memantung tidak tau harus jawab apa.
“wow gentle banget teman kita boy” celoteh BAyu diiringai tawa dari Doni dan Ayu.
“mau aja, terima..terima..terima” teriak teman-teman Elang.
“terima aja Dian, ini kesempatan lo buat nanya langsung ke kak Elang” bisik Ayu
“apa harus sekarang?”
“kalau gak sekarang kapan lagi, kesempatan gak datang dua kali” bisik Ayu sambil meyakinkan Dian.
“jadi gimana? Mau gak?” tanya Elang sekali lagi. Karena terlalu malu menjawab Dian hanya mengangguk sebagai tanda mau. Jelas aja jawab Dian menimbulkan kehebohan dari teman-teman Elang, semantara Elang hanya tersenyum puas.
***
Suasana malam kali ini sangat mendukung, dilengkapi lampu nan redup yang menghiasi seisi cafe dan lantunan lagu romantis yang semakin mendukung suasana kali ini. Stelah berhasil mendapat persetujuan orang tua Dian kini keduanya sudah duduk berhadapan di salah satu meja cafe yang dipilih oleh Elang.
“jangan bilang ini juga pertama kalinya lo jalan atau nongrong dicafe bareng cowok?” tanya Elang memulai pertanyaan.
“iya kak”
“pantasan aja orang tua lo, tadi senang banget banget waktu gue minta izi ngajak lo keluar”
“hehe..soalnya aku keluar selalu bareng mamah atau papah, gak pernah sama cowok. Kalaupun jalan sama teman itu juga paling Cuma Ayu.”
“wah..gue jadi yang pertama mulu dong? Jadi yang pertama ngelakuin banyak hal buat lo” “iya kak” jawab Dian sangat pelan saking malunya.
“awkward banget suasananya” kata Elang yang juga mulai kebingungan dan salah tingkah. Ia bahkan sejak tadi memutar-mutar hpnya untuk menyalurkan rasa gugupnya.
“sorry kak”
“loh..loh kok lo bilang maaf, lo gak salah”
“kakak bingung nyari bahan pembicaraan kan karena aku, aku diam terus dan Cuma ngomong waktu kakak nanya.” Jawab Yuni merasa bersalah.
“iya sih lo memang benar, tapi lo gak perlu minta maaf. Lagipula itu bukan suatu kesalahan”
“iya kak”
“kok gue gak pernah dengar lo ngomong, pake kata gue, lo? Yang gue dengar selama ini lo selalu ngomong aku kamu.”
“gak papa kak, cuman aku terbiasa ngomong gini aja”
“oh gitu, lo risih gak sih dekat sama gue? Terutama sama perdikat-predikat buruk gue.” Percakapan ini mulai mengarah serius.
“kalau risih sih pasti kak, cuman aku senang kok bisa kenal kakak. Ternyata kakak gak seburuk yang orang-orang bilang.”
“jujur amat sih lo, gue kira lo bakal bilang gak risih” kata Elang disusul tawanya. “heheh maaf kak” sekali lagi Dian mengulang kata maafnya.
“mulai lagi, jangan bilang maaf lo gak salah”
“hehe iya kak, kak aku boleh nanya gak?”
“iya boleh. Lo mau nanya apa emang?”
“hmmm..gak jadi deh kak” kata Dian ragu dan memutuskan untuk mengurungkan niatnya. “tanya aja gak papa, gue bakal jawab kok. Asal jangan tanya tentang pelajaran aja” jawab Elang sadar dengan keraguan Dian, ia bahkan menjawab dengan banyolan untuk membantu mengurangi ketakutan Dian.
“kakak kenapa dekatin aku?” jawab Dian akhirnya.
“gue suka sikap polos lo, dan lo gak kayak cewek kebanyakan yang lebih banyak sandiwaranya. Kenapa lo nanya gini?”
“kemaren aku ketemu kak Yuni, dan kak Yuni bilang sesuatu?” kata Dian sangat hati-hati. “Yuni? Ngomong apa dia?” ekspresi Elang langsung berubah saat Dian menyebut nama itu.
“iya kak, kak Yuni bilang semoga kali ini kakak serius sama aku? Aku gak paham maksudnya kak? Waktu kutanya Ayu dia justru nyuruh aku tanya ke kakak apa alasan kaka dekatin aku? Jadi sebelumnya aku minta maaf kak kalau sudah nanya gini”
“hehe..ternyata Yuni gak main-main ngancam gue”
“maksudnya kak?”
“gue tau alasan Yuni ngomong gitu ke lo, dan alasan kenapa Ayu juga nyuruh lo tanya ke gua. Mereka Cuma mau lo gak patah hati karena gue. Lo tau kan berita yang beredar tentang gue? suka mainin cewek, dan gak bisa lepas dari bayang-bayang Yuni”
“jadi rumor itu benar?”
“gue gak bisa bilang gak, sama apa yang orang-orang bilang tentang gue, apa yang mereka bilang memang ada benarnya. Gue memang gak bisa lepas dari bayang-bayang Yuni. Dia cinta pertama gue dan sahabat gue dari kecil. Akan sangat sulit bagi melupakan dia.”
“jadi kenapa kakak dekatin aku? Kalau kakak belum bisa lepas dari kak Yuni?”
“karena gue pengen nyoba buka hati gue buat orang yang baru dan mencoba melepaskan diri gue dari Yuni. Tapi gak bisa dipungkiri sekarang aja hati gue masih berharap Yuni mau nerima gue lagi.”
“aku jadi paham kenapa kak Yuni selalu Dianggap salah oleh orang-orang yang pernah dekat sama kakak. Kakak selalu bawa-bawa nama kak Yuni dimanapun kakak Berada bahkan disaat kakak sedang mencoba bersama cewek lain. Cewek itu makhluk yang sensitif kak, mereka bisa tersinggung hanya karena satu nama cewek. Mungkin karena itu juga cewek-cewek yang lain jadi mundur dari kakak.” Kata Dian tanpa sadar mulai mengguri Elang.
“gue tau disini gue yang salah, tapi yang memulai gue untuk bicara tentang Yuni kan kalian para cewek juga, jadi disini bukan murni salah gue. Apa salahnya kalau gue gak bisa melupakan orang yang sangat berharga buat gue” Elang mulai tidak senang saat dia mulai disalahkan. Tanpa sadar ia mulai menghajar Dian dengan kata-kata yang menusuk.
“maaf kak, aku jadi buat kakak mengungkit-ungkit kenangan lama.” Dian merasa menyesal dengan apa yang diungkitnya.
“ini bukan salah lo, dari awal gue yang salah”
“kakak cowok pertama yang dekat sama aku, aku Cuma gak mau salah langkah kak..jadi aku nanya kayak gitu Cuma buat mastiin kenapa kakak dekatin aku”
“kakak gak harus melupakan kak Yuni, itu pasti gak mungkin. Setidaknya kakak harus belajar mengikhlaskan kak Yuni kalau memang dia gak mungkin sama kakak.”
“bagi gue melupakan atau mengikhlaskan itu sama-sama sulit. Gue tau kalau lo pasti bingung. Gue minta maaf sama lo juga, karena Cuma bisa memberi harapan tanpa kepastian.”
“maksud kakak apa?”
“tolong beri gue waktu, buat ngelupain Yuni. Gue gak bisa memberi kepastian yang jelas buat lo, tapi sumpah gue pengen serius sama lo”
“kakak nyuruh aku untuk jangan terlalu berharap?” tanya Dian pasrah dan bingung dari maksud pembicaraan Elang yang terlalu berbelit-belit.
“iya” jawab Elang yang turut setuju dengan apa yang Dian bilang. Dian sempat bingung harus merespon dengan cara apa lagi. Semua rasa senangnya selama ini karena telah mengenal Elang terasa hancur begitu saja hanya karena sebuah satu jawaban.
“apa memang dari awal kakak mau mempermainkan ku? Atau memang harus kak Yuni gak ada dulu baru kakak bisa memulai cerita baru?” ucap Dian putus asa dengan suara pelan namun cukup untuk bisa didengar oleh Elang. Baru kali ini Dian merasa marah sekali gus sedih karena merasa selama ini dia hanya dipermainkan.
“sudah malam, gue antar lo pulang” Elang akhirnya mengakhiri pembicaraan itu tanpa peduli apa yang dibilang Dian semantar Dian yang mulai lelah, hanya bisa menuruti ajakan Elang.
***
TBC
Happy Reading :-)
Menerima kritik dan saran
KAMU SEDANG MEMBACA
But, Who I Am?
Teen Fiction"Ketika waktu dan tragedi merubahmu menjadi orang yang berbeda" Seorang anak SMA sepolos Dian tidak pernah menyangka rasa sukanya selama ini kepada kakak kelasnya-Elang terbalaskan, entah keberuntungan macam apa yang menimpanya Elang anak paling hit...