Lambat laun membangunkan Dio menjadi rutinitas baru bagi Raja, Juno dan Abeng yang percaya pada Raja terkadang meminta tolong padanya untuk membangunkan Dio, jika mereka sedang sibuk. Bagi Raja ini juga bukan hal yang sulit jadi ia menerima dengan senang hati, walaupun terkadang masih ada sedikit rasa canggung saat melakukan itu.
Sesekali Raja bermalas-malasan dikamar Dio, entah sekedar melihatnya melukis jika kebetulan ia bangun pagi atau sambil menunggu Dio bangkit dari rasa malasnya.
“kenapa lo gak lanjut kuliah? Bakat lo itu sayang kalau dibiarin gitu aja” kata Raja ditengah keheningan Dio yang sedang berkonsentrasi melukis ditempat biasa.
“lo mau bayarin?” ejek Dio dari tempatnya.
“nikah dulu sama gue, ntar gue biayain” ledek Raja.
“kapan kita nikah kalau gitu?” jawab Dio membalas ledekan Raja. Bukannya menjawab Raja malah bingung sendiri harus menjawab apa.
“lo baper?” tanya Dio curiga saat melihat reaksi Raja yang kedapatan salah tingkah. “iya nih” jawab Raja keceplosan.
“astaga” jawab Dio begitu saja, tidak terlalu merespon pernyataan Raja.
“menurut lo, gue orang yang gimana?” tanya Raja mengalihkan pembicaraan. Menghindari rasa malu yang tercipta karena ketololannya.
“ngeselin, sok keren, bertindak semaunya, pikiran lo pendek.” Kata Dio
“jelek semua, gak ada baiknya apa?” tanya Raja sebal “gak ada kayaknya” jawab Dio memancing kekesalan Raja.
“anjirr sumpah” kata Raja menggerutu kesal.
“terus Elang gimana menurut lo?” tiba-tiba saja Raja juga menanyakan tentang Elang.
“gak ada bedanya sama lo, kurang lebih kalian sama” jawab Dio tak memihak siapapun.
“cukup gue yang tau sikap baik kalian, kalian cukup tau kejelekannya aja. Jadi bisa diperbaikin itu kelakuan.” Jawab Dio lagi menjelaskan alasannya tak ingin menyampakain kebaikan mereka.
“iya juga sih, ada benarnya lo ngomong gitu” jawab Raja menyetujui perkataan Dio.
“kapan balik ke london?” tanya Dio
“awal tahun mungkin” jawab Raja.
“lama juga lo disini, tiga bulan kan?” tanya Dio lagi.
“lumayan lah, lebih lama lebih baik, lebih banyak waktu gue bareng lo” ledek Raja.
“najis” jawab Dio singkat.
***
Sejak tadi Elang terus mengotak-atik handphone berharap mendapat respon dari orang yang ditelpon. Sudah hampir 15 menit berlalu, sama sekali tidak membuahkan hasil apa-apa. Ingin menyerah rasanya namun Elang tetap berusaha menguatkan tekadnya untuk tidak menyerah, untuk tetap mencari keberadaan Dian.
Ditelponnya orang lain berharap, medapatkan informasi baru.
“kemana sih lo Dian? Kenapa susah banget buat gue nyari keberadaan lo?!” keluh Elang dalam hati.
“lo manggil gue lang?” tanya Sony saat masuk keruang kerja Elang.
“iya, duduk Son” sambut Elang dengan ramah.
“jadi gimana Lang?” tanya Sony
“teman lo sudah berangkat?” tanya Elang to the point
“hari minggu nanti, dia bakal berangkat. Jadi lo bersabar aja dan berdoa semoga hasilnya memuaskan.” Kata Sony.
KAMU SEDANG MEMBACA
But, Who I Am?
Teen Fiction"Ketika waktu dan tragedi merubahmu menjadi orang yang berbeda" Seorang anak SMA sepolos Dian tidak pernah menyangka rasa sukanya selama ini kepada kakak kelasnya-Elang terbalaskan, entah keberuntungan macam apa yang menimpanya Elang anak paling hit...