Suasana ruangan saat ini terlihat sangat tenang diisi oleh beragam orang dari yang tua, muda, perempuan dan laki-laki. Sudah hampir satu jam berlalu orang dengan jas biru dongkernnya itu memimpin rapat siang ini, mereka membahas semua hal penting yang akan mempengaruhi kerja perusahaan nantinnya.
Sementara diluar seorang wanita sudah menunggu selesainya rapat untuk sekedar mengajak sang pemimpin rapat beristirahat.
Tak sia-sia peremuan itu menunggu tak lama setelah itu, pintu ruang rapat sudah terbuka diikuti oleh setiap karyawan yang sudah berhamburan keluar menuju meja kerja mereka masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang tersisa sambil menunggu jam istirahat makan siang.
“Hai pak bos” sapa gadis itu kepada laki-laki yang masih terduduk didepan laptop, sadar dirinya dipanggil ia hanya melempar senyum ramah kepada orang yang menyapanya.
“kerjaan lo udah kelar semua?” tanya laki-laki itu sambil merenggangkan kerah kemejanya agar udara masuk bebas kedalam tubuhnya yang tertutup rapi oleh setelan jas.
“untuk apa gue kemari kalau kerjaan belum selesai” jawabnya sambil duduk disalah satu kursi diruang rapat.
“siapa tau lo kangen sama gue” balasnya percaya diri.
“eh lang, lo udah nyari informasi tentang Dian belum?” tanya Yuni lagi memulai pembicaraan setelah sebelumnya sempat terputus beberapa menit karena Elang yang tampak masih mengoreksi hasil rapat.
Bukannya mejawab Elang hanya terdiam sampai-sampai menghentikan aktivitasnya saat mendengar pertanyaan tak terduga dari Yuni.
“pasti belum” tebak Yuni sekenanya.
“saran gue aja nih yah, sebaiknya lo cari deh info tentang dia. Setidaknya kita harus tau bagai mana kehidupan dia sekarang. Kalau lo masih aja takut entah kapan masalah ini bisa selesai.”“akan gue usahain” jawab Elang akhirnya. Walaupun sebenarnya ia sudah diam-diam menyuruh Sony untuk mencari keberadaan Dian.
“bagus deh, gak enak tau ditunduh jadi penjahat saat kenyataan gak gitu. Ibarat lo dituduh penghianat padahal lo pelindung” kata Yuni berhasil membungkam Elang dengan kata-kata yang terlalu menyinggung.
“lo gak istirahat?” tanya Yuni lagi memecah keheningan yang ia buat.“nanti deh, masih mau menyelesaikan kerjaan. Istirahat juga masih setengah jam, nanti aja pas udah waktunya. Gua keruangan dulu, lo mau tetap disini atau ikut gue?” tanya Elang tenang.
“ikut lah, ngapain juga gua disini” kata Yuni.
***
“Beng, Dio mana?” tanya Bimo kepada abeng yang tampak sibuk menyusun alat-alat distudio tatto.“entah mana gue tau, kenapa?” tanyanya lagi sementara tangan masih bekerja seperti semula.
“ini ada orderan, dari tadi gua gak liat dia kemana sih tu bocah? Bukannya tadi udah lo bangunin tapi kok gak muncul-muncul?” keluh Bimo tanpa sadar yang akhirnya memaksa Abeng memeriksa kondisi adik bungsunya yang tak muncul-muncul.
Benar saja Dio masih membungkus dirinya dengan selimut, bahkan ia tidak memperdulikan terik sinar matahari yang masuk melalui jendela mengenai wajahnya langsung. Ia sama sekali tidak memperdulikan segala hal yang biasanya bisa membuat tidurnya menjadi tidak nyenyak, seperti tirai jendela yang terbuka lebar, dan kamar yang tidak terkunci. Biasanya hal ini akan mempengaruhi kenyenyakan tidurnya, Dio adalah tipe orang yang lebih suka tidur ditempat yang gelap dan tertutup.
Sadar ada hal yang aneh dari adiknya Abeng langsung membuka selimut yang menutupi wajahnya tanpa berteriak seperi biasa ia membangunkan adiknya.
“kenapa lo? Muka sampe pucat gitu?” tanya Abeng lebih halus dari biasanya.“seperti biasa kak” kata Dio lemas.
“ kuat kerja gak hari ini?” tanya Abeng lagi yang sudah paham dengan masalah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
But, Who I Am?
Teen Fiction"Ketika waktu dan tragedi merubahmu menjadi orang yang berbeda" Seorang anak SMA sepolos Dian tidak pernah menyangka rasa sukanya selama ini kepada kakak kelasnya-Elang terbalaskan, entah keberuntungan macam apa yang menimpanya Elang anak paling hit...