Satu judul, beda cerita

453 20 0
                                    

Malam itu sudah sangat sepi tanda-tanda aktivitas orang pun sudah tidak ada lagi. Tapi tidak untuk Dio, disaat malam seperti ini job Dio lagi ramai-ramainya. Ini bukanlah pekerjaan yang disukai dan dilakukan banyak orang bahkan mungkin hanya Dio satu-satunya yang melakukan pekerjaan itu.
“Supir Panggilan” itulah yang biasa orang sebut untuk menggambarkan pekerjaan anak yang satu ini. Dia selalu menerima orderan dari jam berapapun kecuali jam 4 pagi kebawah. Pekerjaannya ini hanya dilakukan malam hari, dan hanya orang-orang tertentu yang menyewa jasanya.

Walaupun pekerjaan Dio adalah seorang supir, dio tidak pernah membawa mobil sekalipun untuk menjemput pElanggannya dia hanya berkeliaran menggunakan  motor  kesayangannya. Biasanya orang yang menyewa jasanya lah yang membawa mobil, karena Dio hanya menerima jasa sebagai sopir dan mengantarkan pElangganya ketempat yang dituju menggunakan mobil sipElanggan. Setelah selesai mengantar dio akan pulang dengan berjalan kaki.

Kehidupan malam dunia metropolitan pasti menimbulkan beberapa kondisi yang membuat sesorang tidak bisa menyetir sendiri dan disaat itulah jasa Dio butuhkan.

Malam ini Dio pulang sangat larut mungkin sekitar jam 03:30, sebenarnya ini bukan pertama kalinya buat Dio jadi menurutnya ini hal yang biasa. Tapi anehnya TV ruang tengah rumahnya masih menyala, tidak seperti biasanya.

“lo belum tidur bang?” tanya Dio saat menyadari abangnya masih stay didepan TV.

“lo sudah pulang, telat banget lo?” jawabnya dengan pertanyaan

“lo nungguin gue?”

“gue lagi nonton bola”

“halah...hari ini klub bola kesukaan lu kan gak tanding? Ngaku aja kali kalau lo nungguin gue?”

“kalau lo tau harusnya lo pulang jangan kemalaman, lo gak kasian sama abang lo? Begadang sampe jam segini?”

“gue gak pernah nyuruh lo nungguin gue, kalau lo ngantuk lo tidur aja. Nanti pagi lo malah ngomel ke gue”

“lo gak peka banget sih, lo itu ade gue! Gue khawatir sama lo, lo pulang selalu malam kayak gini kalau ada apa-apa gimana?”

“gue udah biasa kayak gini bang, lo kan tau gue”

“gue tau lo bisa lindungin diri lo sendiri, tapi apa salahnya kalau gue khawatir sama lo”

“kok jadi serius gini sih? Iya deh gue gak bakal pulang terlalu malam lagi. Lo tidur sana duluan bang, besokkan lo harus bangunin gue” katanya sambil meninggalkan abangnya pergi menuju kamar yang dirindukannya sejak tadi.

“kampret lo, gak bisa apa kalau bangun sendiri,Gak perlu gue yang bangunin !” sementara dia tetap berjalan menuju kamar tanpa memperdulikan omelan kakaknya.

***

Suasana cafe kali ini lebih ramai dari biasanya apa mungkin memeng kebetulan karena hari libur? Ya mungkin saja. Setiap karyawan juga tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Hanya satu yang terlihat bermalas-malasan sambil duduk santai disalah satu meja cafe, sambil mengunyah permen karet dia terlihat nyaman dengan posisinya yang merebahkan kepalanya ke meja sambil mendengarkan musik dari earphonenya.

Sedangkan beberapa pelanggan cewek dari beberapa meja yang mereka isi terus memperhatikan gerak-gerik anak pemalas itu, seolah semua yang dilakukannya adalah hal yang menarik.

“itu siapa sih cakep banget?”kata salah satu pelanggan dari kejauhaan dan bertanya pada teman disebelahnya.

“dia anak bungunya om juno, cakep kan? Imut pula” timpal temannya yang turut setuju.

“berarti dia adenya bang Abeng?”tanya temannya yang lain.

“ya iyalah, itu aja lu masih nanya.”

But, Who I Am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang