Topeng

441 18 2
                                    

Sony duduk tenang disalah satu meja cafe yang bernama Twenty Cafe, ditemani secangkir kopi hitam hangat. Ia seperti sedang menunggu keadiran seseorang yang akan membawa informasi penting. Sesekali lelaki tampan itu memerhatikan jam tangannya memeriksa jam berapa saat itu.

Dari kejauhan lelaki sedang setelan kemeja hitam kotak-kotak dan celana jeans hitam lambat laun mulai berjalan mendekati meja tempat Sony duduk yang dibalas senyuman selamat datang dari Sony.

“lo sudah lama nunggu?” tanya laki-laki yang baru datang itu

“gak juga, gue baru duduk 10 menit disini.” Jawab Sony ramah

“jadi bagaimana perkembangannya?” tanya Sony lagi.

“sebelumnya gue minta maaf, saat ini gue belum menemukan informasi penting tentang perempuan itu. Tapi gue usahakan secepatnya  menemukanya”

“lo gak perlu terburu-buru. Kalau bisa lo cari juga info tentang teman-temannya, apakah dia masih berhubungan dengan teman semasa SMA ya atau teman masa SMP, lacak dia sampai keakar-akarnya.”

“oke serahkan saja urusan ini ke gue,  tapi gue sempat dapat kapar kalau orang tua Dian adalah anak tunggal jadi mungkin akan memakan waktu lama untuk melacak keberadaan mereka karena tidak ada keluarga yang bisa ditanyai.”

“gue percayakan urusan ini ke lo, kalau ada informasi terbaru segera hubungi gue”

“sipp...ngomong-ngomong, Dian itu siapa? Gue dengar dia adalah orang yang pernah dituduh menjadi pembunuh dimasa SMA nya, kenapa lo mencari anak itu?” kata laki-laki itu yang ternyata turut penasaran dengan orang yang bernama Dian.

“Dia orang yang pernah ada dimasa lalu bos gue” jawab Sony singkat sambil menyiratkan senyuman manisnya.

“Dia bukan orang yang jahat, dia hanya korban” ujar Sony lagi membela Dian.

***

Musik di diskotik yang keras mengisi penjuru ruangan, gemerlap lampu diskotik membuat suasana tempat ini makin gemerlap.

Suara yang terlalu keras mengunci setiap percakapan, butuh suara yang keras atau berbicara secara dekat untuk bisa saling mendengarkan kata-kata masing.

Banyak anak-anak muda yang mengahabiskan waktunya di tempat ini, menari-nari bersama, bercanda gurau, membicarakan hal konyol sampai intim, melakukan hal-hal yang terbilang bodoh, ataupun menghilangkan stress.

Tempat ini bukan tempat yang pantas untuk anak muda pada umumnya, tempat ini terlalu liar dan bebas untuk-untuk anak-anak seusia muda.

Hanya anak-anak dengan predikat nakal, liar, broken home ataupun semacamnya yang sering mengisi tempat gaduh ini.

Banyak juga anak-anak dari kalangan atas sekedar menghamburkan uang-uang orang tuanya, ataupun anak-anak yang berlagak kaya tapi sebenarnya bukan orang yang mampu. Tempat ini dipenuhi orang-orang beragam umur dan karakter.
 
Dio menyusuri tempat ini melewati setiap orang yang tampak bersenang-senang, sesekali ada perempuan yang menarik atau menggodanya sekedar mengajak menari bersama.

Dio tidak terlalu memperdulikan kebisingan ditempat ini, ia masih berkeliling mencari seseorang yang telah memesan jasanya. Sesekali menyamakan foto si pemesan dengan orang yang ada disekitar.

“lo yang pesan jasa gue?” tanya Dio pada seorang laki-laki yang sedang duduk santai ditemani perempuan berpakaian seksi dan ketat.

“lo Dio?” tanyanya, laki-laki itu memperhatikan Dio dari ujung kaki sampai ujung rambut lalu tersenyum tipis. 

“iya” jawab Dio singkat sambil mengalihkan pandangan dari laki-laki itu.

“ini kunci mobil gue, lo tunggu gue didepan ! 15 menit lagi gue keluar” kata laki-laki itu lalu melemparkan kunci mobil kearah Dio. Refleks Dio menangkap dan langsung pergi meninggalkan keramaian yang membisingi gendang telingannya.

Setelah memarkirkan mobil didapan diskotik, Dio duduk tenang di meja kemudi sambil mengunyah permen karet.

Dio menatap lurus kedepan, entah apa yang dipikirkannya saat itu. Dio lebih terlihat seperti orang yang susah ditebak. Bunyi benturan pintu mobil yang tertutup menyadarkan Dio dari lamunan, laki-laki itu sekali lagi melihat Dio secara seksama menunjukkan tatapan penasaran kepada Dio.

“lo suka laki-laki atau perempuan?” tanya laki-laki itu tajam berhasil membuat Dio terkejut sampai-sampai menolehkan kepalanya kearah kursi belakang menuju si sumber suara.

But, Who I Am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang