Sudah beberapa hari ini Dio selalu bangun pagi, bukan bangun lebih awal dari yang lain tapi bangun lebih awal dari jam biasa ia bangun bahkan tanpa dibangunkan oleh Abeng. Walaupun seperti biasa tidak terlalu membantu apa-apa saat dicafe.
Setelah bangun Dio langung lari pagi lalu kembali kekamar untuk mandi dan membantu sebentar sampai berakhir disalah satu meja cafe sambil melukis ataupun sekedar duduk bermalas-malasan.
"mau sarapan apa?" tanya Abeng, sementara Dio tidak menjawab matanya melamun kearah jalanan.
"bang" panggil Dio dengan nada pelan, Abeng sadar ada yang aneh pada Dio langsung mengambil posisi duduk berhadapan dengan Dio.
"ada apa?" tanya Abeng pelan. suasana cafe masih sepi belum ada pelanggan bahkan beberapa karyawan juga belum ada yang datang.
"gue mimpi"
"lagi?" tanya Abeng seolah ini bukan kali pertama Dio seperti ini. Do Cuma mengangguk.
"tentang perempuan itu lagi?" tanya Abeng. Dio kembali mengangguk.
"mungkin gak sih kalau dia orang yang sangat dekat sama gue dimasa lalu bang?"tanya Dio.
"Mungkin aja"
"mungkin juga bukan" Abeng menambahkan jawabannya, membuat Dio menatap dengan heran.
"gue suka mimpi itu, seolah gue bisa melihat sebagian cerita tentang kehidupan cewek itu. gue tau semua hal buruk dan baik kehidupunnya dalam mimpi gue. Walaupun gue gak tau dia siapa? Dan gue gak tau itu Cuma bunga tidur atau pertanda lain?"
"tapi mimpi gue rasanya nyata banget bang, padahal Gue gak bisa lihat muka dia dan orang lain yang ada dimimpi gue" Abeng hanya mengelus lembut kepala adik kesayangannya, ia tak berkomentar apa-apa selain hanya tersenyum.
***
Raja merapikan meja bekas tempat pengunjung cafe yang baru pergi dan membersihkan sisa-sisa sampah.
Diam-diam Raja curi pandang kearah Dio yang sedang asik duduk santai kayak dipantai disofa studio tato sambil membaca novel yang tebalnya kayak kitab suci, ia tidak terlalu menghiraukan tatapan pengunjung cafe yang sesekali mengarah kepadanya.
Raja menghampiri Abeng dimeja kasir yang sibuk menghitung uang, "kenapa?" tanya Abeng langsung, padahal Raja tidak berbicara apa-apa.
"gak apa-apa" Raja sedikit ragu ingin mengungkapkan isi hatinya. "ngomong aja, kenapa?" tanya Abeng kembali.
"gak tau ini menurut gue aja atau emang bener, gue rasa muka lo sama Dio dan om Juno gak ada yang mirip?" Abeng diam sebentar lalu tersenyum.
"emang iya" jawab Abeng singkat saja, sama sekali tidak menjelaskan secara detail.
"muka lo lebih kayak orang turunan chainesse, muka om Juno lebih kebarat-baratan sedangkan Dio lebih kayak perpaduan antara indonesia-chainesse tapi tatap beda dari lo."
"itu namanya Variasi" Abeng malah menjawab dengan ejekan.
"malah dibecandain" keluah Abeng. "gue serius bangke" ejek Abeng lagi.
"kata Bang Dino, tinta tato udah datang tuh" Dio datang kemeja kasir menganggu obrolan mereka.
"ambil gih"
"temenin gue yuk Ja" kata Dio, Raja seperti kaget mendengar ajakan Dio. "sendiri aja" Justru Abeng yang menjawab karena Raja Cuma diam.
"gue males naik motor, kalau bareng Raja kan dia bisa didepan"

KAMU SEDANG MEMBACA
But, Who I Am?
Teen Fiction"Ketika waktu dan tragedi merubahmu menjadi orang yang berbeda" Seorang anak SMA sepolos Dian tidak pernah menyangka rasa sukanya selama ini kepada kakak kelasnya-Elang terbalaskan, entah keberuntungan macam apa yang menimpanya Elang anak paling hit...