"DIO"

417 21 2
                                    

7 TAHUN KEMUDIAN...
Suasana Cafe kali ini terlihat masih sepi, palang tanda “BUKA” saja baru dipasang beberapa menit yang lalu. Terlihat beberapa lelaki yang tampaknya merupakan karyawan Cafe sedang sibuk menata dan membersihkan seisi Cafe, lelaki bertatto itu tampak  sibuk membersihkan setiap meja dan dua temannya turut sibuk membersihkan Studio Tatto yang memang gabung menjadi satu dengan Cafe. Serta seorang laki-laki dewasa nan tampan yang tampaknya merupakan pemilik dari Cafe ini.
Dengan Nuansa Hitam putih, Cafe sekaligus Studio Tatto tampak sesuai dengan selera anak muda masa kini, serta dilengakapi beberapa ornamen dan tata letak ruang yang sangat menyesuaikan pada selera anak zaman sekarang yang sangat cocok dijadikan tempat Hangout. Cafe yang dipenuhi oleh pelayan laki-laki ini selalu buka jm 08:30 WIB lebih awal dari Cafe pada umumnya, cafe ini dipenuhi oleh pelayan laki-laki yang tampan walaupun penampilan mereka sedikit seperti seorang preman tapi hal itu tidak mengurangi minat pengunjung untuk datang ke cafe ini.
Satu hal yang membuat cafe ini tampak beda adalah konsepnya. Karena disaat sore menjElang malam tiba semua karyawan akan menggunakan seragam yang sama. Dengan kemeja putih yang tangan nya digulung sesikut serta celana jins hitam dengan diikatkan celemek hitam yang sangat modern karena diikat dipinggang mereka membuat setiap karyawan tampak maskulin dengan seragam yang mereka pakai.
“Ade lo mana? Jam segini belum bangun?” tanya laki-laki yang terlihat paling tua Diantara yang lainnya.
“i don’t know, dad” jawab laki-laki bertatto itu.
“paling masih tidur boss” jawab Bimo teman laki-laki bertatto itu.
“beng, bangunin ade lo ! ini sudah siang, yang lain udah pada kerja tu anak masih aja molor” suruh ayahnya, yang juga merupakan boss dari Cafe ini.
“ogah ah, dad ! ujung-ujungya tu anak gak bakal bangun juga, males gue”
“cepat beng, sebelum bokap lu murka” rayu salah satu dari kedua temannya yaitu Roy
“kenapa gue sih dad? Kenapa gak daddy aja yang bangunin Dio. Itu anak kalau tidur udah kayak beruang lagi hibernasi.”
“mau jadi anak durhaka lo? Cepatin bangunin ade lo ! bilang aja ada orderan bayarannya 3 kali lipat pasti langsung bangun” ujar ayahnya yang jadi ikut geram karena ulah anak pertamanya itu.
“pada akhirnya gue lah yang harus mengalah ! begini lah nasib seorang kakak” ujar anak itu pada diri sendiri sambil mElangkahkan kakinya malas menuju kamar adiknya yang ada dilantai atas.
Bangunan tempat mereka tinggal terdiri dua lantai, pada lantai pertama sebagai Cafe dan lantai kedua menjadi rumah yang ditinggalinya bersama adik dan ayahnya. Setelah beberapa menit akhirnya laki-laki bertatto itu menemukan kunci cadangan kamar adiknya karena wajar saja adiknya selalu tidur dengan kondisi kamar dikunci, jadi satu hal yang wajib sebelum membangunkan adiknya itu adalah mencari kunci cadangan terlebih dahulu.
Saat membuka pintu kamar terlihat jelas kalau adiknya masih mengukir mimpi sambil membungkus tubuhnya dengan selimut. Kondisi kamar sangat gelap karena lampu kamar yang sengaja dimatikan oleh sipemilik kamar. Setelah membuka tirai jendela kamar agar cahaya matahari masuk dan menyengat tubuh adiknya, laki-laki itu bersiap menyemburkan emosinya kepada adiknya yang masih nyaman dengan tidurnya.
“woyyy...bangun ! sudah siang !” teriaknya tepat didepan telinga adiknya sambil menarik selimut yang terlilit rapi ditubuhnya.
“a..apa..an sih bang?” jawabnya sambil menguap lebar
“Bangun bego, sudah siang ! lo dicariin bokap”
“bentar kali, gue masih ngantuk ! tadi malam gue tidur jam 03:00, lo gak kasian sama ade lo ini?”
“lo tu yang harusnya kasian sama gue, setiap pagi dipaksa bangunin lo ! salah lo sendiri nyari kerja yang ngerepotin banget. Nyusahin gue banget sih ini anak”
“ ya elah bang kalau gue gak kerja, emang lu mau ngasih gue uang jajan?” jawabnya tak mau kalah masih bergelut diatas kasurnya tanpa bangun sedikitpun.
“Ogah banget ! Cepat bangun bego !”
“Buset dah, lama-lama bego beneran gua. Lima menit lagi bang”
“gak ada lima menit ! noh ada orderan bayaran 3 kali lipat”
“serius? Oke gue bangun  nih !” jawabnya semangat setelah mendengar nominal uang yang lebih besar dari biasa dia dapat
“Duit aja, lo cepat”
***
Ditempat lain segerombolan lelaki dan gadis yang masih terbilang muda sedang mengadakan Reuni SMA, tempat yang tadinya sepi mulai terisi datu persatu. Reuni kali ini sengaja diadakan disebuah cafe karena memang bukan acara reuni resmi, melainkan reunian yang sengaja mereka buat sendiri.
Setiap orang yang ada mulai menyapa, mengingat masing-masing teman mereka semasa sekolah bahan pembicaraanpun mulai membahas masa-masa SMA. Beberapa dari mereka ada yang berkumpul menjadi satu sesuai dengan kelompok teman mereka semasa SMA. Mereka tidak lupa menceritakan tentang kehidupan mereka sekarang ini, dari yang menceritakn tentang pekerjaan baru, menceritakan tentang pernikahan yang baru terjadi, sampai yang menceritakan tentang mereka yang sudah memiliki anak dan berkeluarga.
“Hai bro apa kabar lo? Ingat gue kan?” panggilnya pada salah satu temannya tidak lupa sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan yang tampak duduk santai bersama seorang gadis cantik nan elegan dengan gaun simplenya.
“ingat lah, mana mungkin gue lupa sama lo” jawabnya menyambut sapaan ramah sahabatnya yang lama tak bertemu.
“Lang..sama gue ingat gak?” panggil yang lainnya dengan ceria.
“lo siapa yah? Kita emang pernah jadi teman?”
“Ah rese ni anak, baru juga 5 tahun gak ketemu gue udah dilupain” keluhnya sok sedih
“hahah becanda ! Lo Doni Irawan teman gue yang paling gila kan?”
“anjir..sejak kapan gue gila?”
“sejak lo dilahirkan kali” jawab temannya yang dari tadi hanya menyaksikan turut mengompori.
“lo jangan ikut-ikutan bay” ancamnya “eh ada nona Cantik ternyata, kenapa diam aja dari tadi? Gak ingat sama kita yah?” goda doni pada gadis yang ada tepat dibelakang Elang.
“hai..kalian apa kabar?” sapa gadis cantik itu dengan suara lembutnnya.
“lo Yuni kan? Iya kan? Gue langsung bisa mengenali wajah lo hanya dengan sekali liat?” ucap Doni bersemangat. Semantara orang yang diajaknya berbicara hanya menggangguk sambil melemparkan senyum manisnya.
“Gue Dengar, lo jadi CEO perusahaan ayah lo?” tanya Bayu pada temannya.
“ya begitu lah, Cuma gue saat ini harapan bokap untuk ngelanjutin usahanya. Tau dari mana lo?”
“sebagai seorang CEO lo harusnya tau siapa saja mitra kerja lo?”
“jangan bilang lo mitra kerja gue?”
“hehe...baru tahun lalu gue menanam saham diperusahaan lo, jadi wajar aja kalau lo belum tau. Gue Cuma melanjutkan usaha bokap sementara waktu, sebelum akhirnya ade gue yang mengambil alih.”
“memangnya lo mau kemana?”
“lo lupa yah, gue ini sarjana kedokteran, jadi gue bakal ngelanjutin itu lah. Lagi pula gue ambil alih perusahan bokap gue karena nungguin ade gue wisuda. Rencananya ade gue bakal wisuda 2 bulan lagi”
“sorry gue lupa, kalau lo ternyata seorang dokter. Lo don kerjaan lo apa?”
“Oh gue, gue gak punya kesibukan ala pembisnis kayak kalian. Cape mikir tau gak sih?”
“terus apaan?” tanya Elang dan Bayu bersamaan
“Tiga bulan yang akan datang, gue mau pergi kepedalaman Kalimantan, ngajarin anak-anak disana yang belum tersentuh pendidikan. Sekaligus mengabdikan diri untuk alam indonesia, mungkin gue gak bakal dapat uang yang banyak kayak kalian tapi setidaknya gue dapat banyak pengalaman” ucap doni bijak, orang yang biasanya lebih suka main-main dan hura-hura. Ucapan Doni kali ini membuat Yuni, Elang dan Bayu terkaget bukan main.
“hah ini serius Doni teman gue? Gak salah? Lo Doni teman gue yang dulu kan?” tanya Bayu tak percaya
“ yehh..walaupun tampang gue gak pernah serius, gue tau saatnya harus dewasa kali. Cape gue senang-senang mulu sesekali membagi kesenangan ke orang yang membutuhkan.”
“wahh..akhirnya temen gue yang satu ini bisa membuat gue terharu” ucap Elang turut serta bahagia
“semoga disana nanti berjalan lancar dan ilmu lo bermanfaat untuk mereka” kata Yuni menambahkan.
“jadi ceritanya ini pertemauan terakhir kita, ini mah sama aja perpisahan” ujar Bayu setelah menyadari sesuatu.
“ ya elah bro gue gak mati kali, gue masih bisa ketemu sama kalian semua. Ya tapi memang sih mungkin bakal butuh waktu yang lama bagi kita bakal bisa ketemu lagi.”
“tapi gak papa lah, ini jalan hidup lo yang menurut gue mulia banget, semoga lo sukses nanti”
“By The way, lo kerja apaan Yun?” tanya Doni akhirnya yang mulai mengganti topik.
“oh gue, gue jadi sekertaris pribadi Elang”
“Memang gak bisa dipisahkan dua orang ini, setiap ada Elang maka disitulah Yuni. Sebaiknya nikah deh lu berdua” ujar Doni lagi.
“apaan sih lo Don? Jangan ngaco” ujar Yuni yang dibalas tawa oleh mereka.
Keseruan mereka terus berlanjut, banyak hal yang mereka ceritakan. Layaknya teman lama yang tidak pernah bertemu setiap hal dan setiap kegiatan saling mereka ceritakan satu sama lain. Saat Yuni sedang asyik bersanda gurau dengan Doni, Bayu terlihat memulai percakapan yang agak serius pada Elang.
“Lang..”
“iya kenapa?”
“Gue dengar kalau orang yang mencoba membunuh Yuni udah ketangkap” kata Bayu yang mulai serius dan Elang pun juga menanggapinya dengan serius dan dijawab dengan anggukan.
“Dan pelakunya bukan Dian?” tebak Bayu dan sekali lagi Elang Cuma menjawab dengan anggukan. “siapa pelakunya?’ tanya Bayu lagi.
“Mantan Karyawan Bokap, dia pernah kerja sama bokap gue tapi karena kinerjanya makin hari makin buruk bokap gue berhentian dia begitu aja, tanpa mau mendengar alasan dari karyawannya”
“setelah sekian tahun gimana caranya dia bisa tertangkap?”
“dia menyerahkan diri kepolisi, dia mengakui semua kesalahannya 7 Tahun yang lalu. Kata polisi dia menyerahkan diri karena selama 7 tahun ini dia selalu dihantui rasa takut dan rasa bersalah dan terus dibayang-bayangi kejaDian itu”
“jadi dia mengakui kesalahannya sendiri?” tanya Bayu dan dijawab anggukan oleh Elang. “gue sempat bicara dengan pelakunya saat dipenjara, gue tanya kenapa dia melakukan itu ke Yuni? Kalau dia dendam ke bokap gue kenapa bukan gue yang di celakain.” Lanjut Elang lagi
“lalu dia bilang apa?”
“dia bilang, kalau dia memang pengen nyalakain gue tapi itu bakal sulit untuk dilakukannya. Menurutnya rasa sakit gue akan lebih parah kalau melihat orang yang gue cintai sakit. Karena itu dia ngelukain Yuni dan bukan gue. Dia juga gak nyangka kalau kejaDian itu hampir membunuh Yuni awalnya dia Cuma berniat untuk manakut-nakuti keluarga gue. Dia juga minta maaf karena baru mengaku sekarang dan dia juga minta maaf karena sudah hampir membunuh Yuni. Dia bahkan meminta maaf sambil menangis, sepertinya dia memang menyimpan ketakutan selama 7 tahun ini.” jawab Bayu “Tapi bay..orang itu juga bilang sesuatu ke gue” lanjutnya lagi.
“bilang apa?”
“dia bilang kalau Dian bukan pelakunya, saat kejadian itu Dian Cuma kebetulan lewat. Saat dia kabur dia sempat melihat kalau Dian memegang pisau itu jadi dia menjadikan dia sebagai pelakunya. Dan karena itu rasa takutnya makin besar karena sudah ngebiarin orang semuda Dian untuk menjadi pelaku dari kejahatannya.”
“lalu?”
“dia juga bilang kegue untuk menyampaikan maafnya ke Dian, dia sudah sempat mencari kabar tentang Dian sebelum mengaku tapi dia gak menemukan jejak apapun.”
“seperti yang dari awal pernah gue bilang, lo harusnya gak menyimpulkan masalah terlalu cepat. Lo lihat sekarang. Dian bukan pelakunya”
“saat itu gue juga bingung bay, gue terlalu dikuasai amarah gue”
“jadi lo mau gimana sekarang?”
“gue juga gak tau”
“lo gak nyari keberadaan Dian, setidaknya lo harus minta maaf”
“gue terlalu takut bay, gue takut Dian gak maafin gue dan Gue malu untuk nunjukin muka gue didepan Dian, setelah apa yang pernah gue lakuin”
“lo takut? Menurut lo bagaimana perasaan Dian setelah pernah Dianggap penjahat. Setidaknya dia harus tau kalau dia bukan pelakunya, bukan hal yang mudah Lang lo hidup dikeadaan lo pernah dituduh menjadi seorang pembunuh. Diusia semuda dia, bisa aja dia depresi atau gak mau bersosialisasi lagi dengan lingkungan sekitarnya.”
“nanti gue pikirin buat nyari Dian”
“lo bukan harus mikirin, tapi memang harus lakuin.”
Nasihat dari sahabat SMA nya itu benar-benar berhasil membuat Elang berpikir ulang tentang kejaDian 7 tahun lalu, kejaDian yang gak akan pernah Elang lupakan sampai mati sekalipun. Terlihat jelas kalau Elang dikuasai rasa bersalah apalagi kalau mengingat sikapnya kepada Dian 7 tahun yang lalu. Selama perjalanan pulang dari Reuni Elang terlihat terus berpikir akan apa yang akan dilakukannya kedepan.
“lo mikirin apa lang? Jangan melamun lo lagi nyetir?” kata Yuni mengejutkan Elang yang sempat melamun saat menyetir.
“Yun menurut lo, gue harus nyari keberadaan Dian?” tanya Elang kembali Fokus kedepan.
“lo nanya gini karena masalah pengakuaan tersangka waktu itu?”
“Bayu bilang, setidaknya Gua nyari Dian untuk bilang kalau memang bukan dia pelakunya”
“lo memang harus nyari Dian, lo harus minta maaf  lang ! gue tau lo dulu berprasangka buruk sama Dian karena gue. Tapi lo memang salah lang, apa lagi untuk orang yang pernah dekat sama lo pasti bakal sakit banget kalau lo gitu sama Dian.”
“tapi gue takut Dian gak maafin gue”
“setidaknya lo mencoba dulu, lo gak akan tau hasilnya kalau lo gak mencoba. Bukannya itu yang selalu lo bilang ke gue”

--Tbc--
Masih belajar jadi terima kritik dan saran, happy reading guys :-)

But, Who I Am?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang