SHE IS (prolog)

12.5K 579 5
                                    

Dari sudut gang rumah yang tidak begitu besar dan sederhana dengan pagar putihnya terlihat seorang perempuan membawa tas ranselnya tengah berjalan keluar membuka pagar. Perempuan yang tertutupi kain dikepalanya itu berlari kecil menyusuri gang seolah dikejar oleh sesuatu, menuju halte bus. Bus yang membawanya ke kampus tempatnya mencari ilmu dan gelar sarjananya. Hanya membutuhkan waktu 15 menit ia sampai di sebuah Universitas yang cukup besar. Tertulis disana 'Seoul National University' salah satu universitas terbaik di Korea Selatan. Tentu saja ia adalah salah satu mahasiswa disana karna kepandaiannya lah ia berhasil dengan beasiswa yang ia dapat.

Dia adalah Fatimah Az Zahra, perempuan muslim berasal dari Indonesia. Ia mengambil jurusan Farmasi karna memang sedari kecil ia memiliki cita cita ingin menjadi seorang apoteker dan juga menurutnya orang yang sedang meracik obat itu terlihat keren. Ia sudah 10 tahun tinggal di Seoul karna pekerjaan ayahnya yang memaksanya menetap disana. Ibunya sudah meninggal saat usianya 7 tahun dan kini ia juga harus menerima kenyataan pahit. Sekitar 5 tahun yang lalu terjadi insiden meledaknya sebuah hotel yang cukup besar ditengah kota Seoul. Dengan bukti cukup kuat, hotel sengaja diledakan oleh sekelompok teroris. Ledakan cukup besar hingga memakan puluhan korban jiwa dan ratusan luka luka. Kejadian itulah yang mengakibatkan muslim di Korea menjadi terkucilkan. Semua orang berfikir mereka yang muslim adalah teroris. Itulah yang menyebabkan banyak sekali warga muslim mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan bahkan menelan korban karna kasus pelecehan dan penganiyaan. Tak dapat dipungkiri Zahra juga salah satu korban. Dia saat itu berada di bangku menengah atas. Dia juga satu satunya siswa yang memakai rok panjang dan hijab. Sejak pertama ia memang sering mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan karna ia berbeda menurut teman temannya dan Zahra tak pernah menanggapi itu tetapi hari itu bahkan Zahra tak percaya apa yang sedang ia alami. Sudah dapat dikatakan itu merupakan pelecehan oleh teman temannya karna ia benar benar merasakan penghinaan yang seumur hidupnya ia takkan lupa. Ia benar benar mengingat apa yang terjadi saat itu hingga ia pulang dengan wajah yang lebam, kerudung yang sudah tersibak hingga memperlihatkan rambut hitamnya. Baju yang terkoyak dimana mana.
"Ayah" Hanya nama itu yang bisa ia ucapkan dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Tangisannya terus menderuh menguasai dirinya.
"Ayah! Ayah! Ayah! "
Zahra pulang dengan keadaannya yang compang camping. Dia tak kuasa menahan semua penghinaan itu. Dan orang yang biasa menyambutnya di depan pintu dengan senyum lebarnya kini berubah dengan entah tidak bisa dijelaskan bagaimana seorang ayah melihat anaknya dengan keadaan seperti itu. Air mata itu, air mata seorang ayah yang biasanya sanggup disembunyikan kini sudah mengalir membasahi pipinya. Ia tak kuasa melihat keadaan anaknya dan hanya memeluk erat Zahra.
"Ayah! " hanya itu yang dapat diucapkan Zahra, bahkan ia tak mampu menjelaskan apa yang telah ia alami.

Ayah Zahra yang melihat kondisi anaknya saat itu tentu sangatlah marah. Tentu saja yang dapat ia lakukan adalah mendapat keadilan dengan melaporkan kejadian yang telah anaknya alami ke pihak yang berwenang. Ia menuntut agar ada keadilan disana. Tetapi semua sia sia, tidak ada satu pun bukti yang ia punya. Bahkan orang orang disana tidak percaya dengan setiap ucapan Zahra karna memang harus ada bukti, padahal sudah cukup jelas luka yang ada di setiap tubuh Zahra bisa menjadi bukti. Tapi semua sia sia saja, disana Zahra dan ayahnya seperti semakin mendapat penghinaan.
"Apa karna kami muslim? Kalian memperlakukan kami seperti ini?" kemarahan ayahnya sudah memuncak di tempat itu, tempat dimana seharusnya mendapat perlindungan dan keadilan, kantor polisi.

"Bagaimanapun juga ayah akan terus berjuang untuk mendapat keadilanmu sayang"
"Ayah akan mengembalikan senyuman ceriamu itu"
"Percayalah ayah akan selalu bersamamu"
"Menangislah jika kau ingin menangis, peluklah ayah jika kau bersedih"
"Berjanjilah kepada ayah kau harus bahagia setelah ini !"
Ayah adalah semua alasan Zahra untuk tersenyum dan bahagia. Tidak ada lagi yang menyayanginya selain ayahnya. Tidak ada lagi yang mampu melindunginya selain ayahnya. Tidak ada lagi yang membuat Zahra merasa aman selain berada di sisi ayahnya. Tetapi kalimat itu, kalimat sederhana yang mampu memberikan rasa aman dalam hatinya adalah kalimat terakhir yang harus ia dengar dari ayahnya. Senyuman itu pelukan itu sekarang ia tak bisa menjangkaunya lagi. Lalu apa sekarang Zahra memiliki alasan untuk tersenyum?



Note;
Maaf ya kalau menurut kalian ceritanya aneh, dan juga kata katanya masih belum memenuhi EYD. Hehe
Semoga suka ya... :)
Mohon maklum masih pemula...

She is -  [Park Chanyeol Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang