chapter 46

1.6K 226 28
                                    

*bisa sambil didengerin mungkin biar dapet feelnya. Voment ya ;)

~~

Bulan memang akan selalu terang selayaknya dia lampu semesta untuk gelapnya dunia. Tapi kenyataan pahitnya bulan tak pernah setiap waktu bersinar terang apabila ada segumpalan awan dengan atau tanpa sengaja menghalangi si bulan, meskipun saat itu semesta membutuhkannya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain diam ditempatnya sampai awan gelap itu benar-benar pergi. Karena dia percaya bulan akan tetap bulan, awan akan tetap awan dan matahari akan tetap matahari. Semuanya tetap berada diposisinya karena takdir Tuhanlah yang mengatur semua itu sedemikian rupa. Semua akan berakhir keposisinya.

ya, semua akan berakhir diposisinya.

Zahra tersenyum ke arah langit yang masih dan akan selalu mendamaikan semuanya. Dari beberapa menit yang lalu dia masih berdiri diatas balkon dengan semua beban yang ia terima hari ini. Zahra tersenyum dengan pipi basahnya.

"berjanjilah pada ayah kau harus bahagia setelah ini"

Zahra menghela nafas dan menutup matanya sejenak, merasakan hembusan lembut angin malam yang menyapa setiap neuronnya lalu bertugas mengirim sinyal kedalam otaknya. Dan dia berusaha kembali untuk tersenyum.

"aku bahagia, aku benar-benar bahagia. Aku hanya menangis karena terlalu bahagia"

Zahra segera menghapus air mata yang mengalir dipipinya kasar.

***

"OPPA BISAKAH KAU DIAM? AKU LELAH!"

Chanyeol tetap duduk seperti posisi pertamanya didepan layar televisi yang tak menyala. Seolah dia sangat ahli dalam bermannequin. Sejak ia keluar dari kamar, dia masih diam disana dengan pandangan yang benar-benar kosong. Bola mata hitam miliknya benar benar tak memantulkan apapun kecuali biasan wajah Zahra beberapa menit yang lalu. Untuk sepersekian menit Chanyeol menatap pantulan wajahnya yang samar dari layar TV hitam itu. Ia menatap layar itu cukup lama, hingga matanya melirik ke pantulan lain yang sekarang sedang berdiri dibelakangnya. Menatap Chanyeol dengan pandangan yang akhir akhir ini tak bisa diartikan oleh pria itu. Chanyeol mencoba tersenyum hanya untuk sekedar mencairkan suasana yang sedikit menegang dari keduanya. Tapi lagi-lagi wajah dingin Zahra membuat semuanya nampak jelas.

Chanyeol tak melepaskan pandangannya barang satu detikpun dari Zahra. Bahkan sampai gadis itu kini tepat berada disebelah Chanyeol-duduk bersebelahan dengannya. Selanjutnya diam, lagi-lagi kecanggungan luar biasa menyelimuti keduanya.

"Zahra sepertinya pekerjaanmu begitu banyak hari ini?"

Dugaan utama Chanyeol.

Tapi dia salah.

"aku sudah berhenti bekerja"

Jawab Zahra begitu saja, datar. Dan Chanyeol diam, hingga tiga detik selanjutnya ia sadar.

"apa maksudmu berhenti?"

"Oppa, ki- "

"tunggu! kau tak bicarakan apapun tentang ini? Berhenti? Kenapa? maksudmu kau akan berhenti dari pekerjaanmu?"

Zahra menggeleng samar.

"aku sudah berhenti beberapa hari yang lalu"

Chanyeol mengerutkan keningnya tak percaya dengan ucapan Zahra yang terlewat enteng. Bagaimana bisa hal seperti ini dia tak mengetahuinya? Chanyeol mencoba menuntut jawaban dari Zahra, tapi gadis itu lagi-lagi hanya bisu dengan semua aura dinginnya.

"Zahra ?"

"Oppa, sebaiknya tidak perlu membahas tentang pekerjaanku. Ada sesuatu yang harus kita bahas"

She is -  [Park Chanyeol Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang