chapter 11

3.4K 276 4
                                    


Aku menatap kosong pintu apartemen itu, tempat tinggalku sekarang. Tanganku ragu menekan setiap rangkaian angka yang menjadi sandi apartemen itu. Tanganku masih melayang dan juga pikiranku. Aku menerawang, di dalam sana aku begitu bahagia. Didalam sana banyak sekali kehangatan yang kurasakan. Apakah suatu hari nanti aku juga akan kehilangan semua itu? Haruskah aku kehilangan lagi? Atau memang semua yang ia katakan benar, bukan ini tempatku? Lalu dimana tempatku seharusnya?

Kalian semua sudah merenggut kebahagiaanku. Haruskah sampai sejauh itu? Aku tidak tahu, kenapa aku jadi sebodoh ini. Sangat menyakitkan menerima semua kenyataan yang bahkan seperti mimpi bagiku. Kenapa? Sekali lagi kenapa harus aku?

Sampai kapanpun aku tidak akan melupakan ini. Biarkan untuk kali ini aku menjadi jahat. Biarkan aku menyimpan dendam ini. Aku tahu aku sangat berdosa. Tapi semua ini bukankah sudah melewati batasnya? Tuhan, kenapa aku yang harus mendapatkan ini?

Pintu itu tiba tiba terbuka dan menampilkan pria tinggi yang sudah ada dihadapanku sekarang. Aku harus sedikit mendongakan kepalaku karna memang dia yang begitu tinggi. Aku menatap lekat dia. Menatap lekat seseorang yang begitu aku cintai. Apakah dia seseorang yang dikirim Tuhan untuk melindungiku? Dalam hatiku terdalam aku mengamini itu. Setidaknya malaikat bisa membantuku menyampaikan ini kepada-Nya.

Aku tidak sanggup mengingat semuanya. Tidak bisakah aku menjadi lupa ingatan kali ini dan biarkan hanya mengingat sosok didepanku ini.

Apa semua ini adil untukku?

Aku merasa ada kehangatan disekujur tubuhku, saat ia tiba-tiba memelukku. Erat dan semakin erat.

"Kenapa kau menangis? "

Bahkan aku tidak menyadari aku sudah berhasil membasahi pipiku dengan airmataku.

Aku tidak memperdulikan pertanyaannya, karna saat aku mengucapkan sedikit kalimat saja tangisanku akan semakin pecah. Akupun hanya menenggelamkan wajahku didada bidangnya. Merasakan kehangatan yang lebih.

"Tetaplah seperti ini, aku mohon. Tetaplah seperti ini! "

Benar, tangisanku semakin pecah dipelukannya.

Ia mengecup pelan puncak kepalaku yang masih terbalut kerudung.

"Aku akan tetap seperti ini, aku tidak akan kemana-mana "

Tuhan, biarkan satu sosok ini tetap bersamaku. Jangan renggut lagi orang-orang yang aku sayangi. Aku sudah terlalu lelah menerima ini semua. Aku sudah lelah sekarang. Sepertinya aku memang tidak memiliki kesabaran seperti Rasul-Mu. Aku hanya wanita biasa yang sekarang sudah berada diujung kesedihanku.

"Maafkan aku ayah, maafkan aku"

Lelaki yang kini menyandang status sebagai suamiku itu semakin memelukku erat. Entah kenapa tangisanku semakin tidak ingin berhenti disana. Aku terlalu takut membayangkan, sosok hangat ini juga akan meninggalkanku.

Ia memberi segelas air dan mendudukan dirinya disebelahku. Lalu merebut kembali air yang sudah aku teguk dan meletakannya di meja. Sebenarnya aku sekarang diperlakukan seperti seseorang yang sedang sakit parah, bahkan untuk meletakan gelas kosong pun, ia rela melakukannya untukku. Lalu ia menatapku lekat. Aku hanya mencoba menghindari kontak mata darinya.

"Apa yang terjadi? "

Akhirnya pertanyaan yang sangat aku hindari itu muncul. Meskipun aku tahu dia pasti akan menanyakan pertanyaan simpel itu, yang akan memunculkan banyak jawaban.

"Aku sangat merindukanmu, maafkan aku oppa. Aku hanya terkejut tiba-tiba melihatmu dan menjadi kekanakan seperti ini"

Ia menarik daguku pelan.

She is -  [Park Chanyeol Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang