chapter 42

1.6K 215 29
                                    

Zahra berjalan begitu lambat pagi ini, seakan langkahnya berat melewati lorong lorong Rumah sakit untuk menuju tempat kerjanya. Tapi bukan, dia berjalan ke arah sebuah ruangan seseorang. Hingga ia sampai didepan pintu, ia menghelakan nafasnya sebelum akhirnya masuk kedalam ruang tersebut.

"Permisi "

"Iya... Oh, Zahra ada apa? Masuklah"

Ucap seorang perempuan berambut pendeknya.

Zahra berjalan ke arah meja kerja perempuan tersebut.

"Ada apa Zahra? Apa ada masalah lagi, sampai kau datang sendiri ke tempatku? "

Dia adalah Bu Kim, pimpinan instalasi tertinggi di Rumah Sakit Zahra bekerja.

"Bu maafkan saya sebelumnya, tapi saya ingin menyerahkan ini"

Ucap Zahra to the point dengan menyerahkan satu amplop putih dengan bentuk persegi panjang itu. Zahra hanya tak tahu harus merangkai kata seperti apa selain menyerahkan amplop putihnya.

Bu Kim mengernyitkan dahinya saat sadar amplop apa yang diterimanya. Itu adalah surat pengunduran diri Zahra.

"Ada apa Zahra? Apa mereka memperlakukanmu dengan buruk lagi? "

Zahra menggeleng dengan cepat. Pandangannya masih menunduk kebawah.

"Tidak, tidak bu. Tidak ada sangkut paut dengan mereka."

Bu Kim menghela nafas sebentar, lalu ia berdiri dan menghampiri Zahra. Ia menuntun Zahra kesebuah sofa diruangannya dan mempersilahkan Zahra untuk duduk.

"Apa yang terjadi? "

Ucap Bu Kim bukan dengan nada seorang atasan tapi seperti seorang kakak perempuan.

Zahra menatap sebentar ke arah perempuan dengan wajah cantik itu.

"Saya... Saya hanya ingin mencapai mimpi lain bu. Saya ingin bersekolah lagi"

Bu Kim tersenyum mendengar itu.

"Aku lega mendengar alasan itu. Kau memang sangat berpotensi menjadi seseorang yang luar biasa Zahra. "

"Saya akan menanggung semua denda yang sudah tertera dikontrak"

Bu Kim menggeleng.

"Tidak perlu. Cukup kembali lah kemari saat kau sukses nanti"

***

Mata Zahra tiba tiba memanas dan mulai kabur karna air mata sudah menyelip ingin keluar. Hatinya mulai sesak luar biasa saat mengingat malam malam lalu bagaimana dia menalak suaminya. Ini bukan mimpi. Bukan mimpi ketika ia harus benar benar berpisah dengan suaminya.

"Aku sudah menjadi istri yang durhaka"

Lirihnya berkali kali. Satu amplop lain juga ia genggam begitu erat. Air mata itu mau tak mau akhirnya keluar menuruni pipi Zahra. Tapi secepat kilat juga ia menghapus air matanya. Karena ini masih di area Rumah Sakit, ia tak ingin seseorang melihatnya begitu menyedihkan. Zahra duduk di kursi salah satu lorong rumah sakit. Wajahnya terus tertunduk memandang keramik mengkilat Rumah Sakit. Hingga ia dikejutkan dengan satu pasang kaki yang kini berdiri dihadapannya. Zahra perlahan mengangkat wajahnya dan melihat satu pasang kaki siapa saat ini.

She is -  [Park Chanyeol Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang