Sayup - sayup Tiffany membuka kelopak matanya pelan. Ruangan serba putih dengan berbagai alat medis menyambut penglihatan remang - remang gadis cantik ini.
Bibirnya bergerak menjadi sebuah gunakan ketika tenggorokannya tak mampu untuk mengeluarkan sebuah suara. Matanya mendelisik ke sekitar ruangan, mencoba mencari bantuan karena tubuhnya linu untuk di gerakan.
"Dok! Pasien sudah sadar" ucap seorang perawat yang menghampiri ranjang Tiffany. Dengan gerakan cepat perawat itu memeriksa tekanan darah dan infus gadis itu.
"Selamat pagi nona, anda membutuhkan sesuatu?" perawat itu dengan ramah tersenyum, setelah memeriksa tubuh Tiffany.
"Ha.. Haus" ucap Tiffany parau, mencoba untuk mengucapkan sesuatu.
Perawat itu mencoba membantu menyanggah kepala Tiffany untuk bisa duduk di kepala ranjang yang sudah disanggah dengan bantal, ia menyodorkan segelas air putih yang diminumnya secara perlahan.
Tiffany melirik pergelangan tangannya yang di perban. Ada rasa penasaran dalam hatinya, kenapa Tiffany bisa berada di sebuah rumah sakit, bukankah dia sedang di sandra oleh siluman - siluman buas itu.
Astaga! jika Tiffany mengingat kejadian mengerikan itu, tubuhnya bergetar menandakan ia benar - benar traumah.
Siwon, bagamana dengan pria itu. Tiba - tiba hatinya menjadi resah, teringat akan keadaan siluman bertopeng itu yang tidak kalah memprihatinkan seperti dirinya.
"Selamat pagi" sapa seorang dokter cantik berumur dua puluh sembilan tahun ini, memamerkan senyumnya.
Suara itu membuat Tiffany mengerjapkan mata dan menghilangkan lamunan singkatnya. Tiffany menatap ke sumber suara, bertapa terkejutnya ia mendapati wajah yang tak asing untuknya.
"Un.. Unnie!" ucap Tiffany bergetar, sungguh ia tak menyangka di pertemukan lagi dengan kakak perempuannya.
Mata mereka saling bertatapan, dokter itu tak kalah terkejutnya ketika pasien yang tak memiliki identitas ini memanggilnya dengan sebutan kakak. Apakah benar gadis itu adalah adik kecilnya yang hilang belasan tahun lalu.
"Ti..Tiffany?" ucapnya ragu. Tangannya bergerak memeluk tubuh ringkih adiknya yang bergetar karena tangisannya.
Hwang Seolin, adalah nama dari dokter berambut hitam pekat ini. Ia anak kedua dari pasangan suami istri Hwang Songwan dan Hwang Hana.
Seolin membelai wajah pucat adik kecilnya yang saat ini sudah tumbuh dewasa. Benar, gadis cantik ini adalah adiknya. Terlihat jelas dari tatapan mata Tiffany yang terlihat sendu, penuh kerapuhan disana.
Tiffany memandang kakak perempuannya dengan pandangan gelisah. Pandangan yang tak pernah berubah walaupun tiga belas tahun mereka tidak bertemu. Tiffany kecil yang selalu ketakutan akan tatapan orang - orang disekitarnya, tatapan rapuh saat semua orang menjauhi dan menganggap dia adalah gadis kecil yang gila.
"Jangan takut sayang. Unnie tak akan menjauhimu lagi" ucap Seolin menggenggam jari Tiffany kuat.
Ia sangat menyesali tingkahnya dulu yang sering membentak dan menjauhi adik kecilnya. Saat itu, Seolin yang masih duduk di sekolah menengah selalu menganggap adik tujuh tahunnya itu adalah orang gila, terlihat dari Tiffany sering berbicara dan tertawa sendiri dengan imajinasinya.
Tiffany menatap mata sang kakak, mencoba mencari ketulusan di sana, dan benar senyum Seolin yang tak pernah ia dapatkan waktu kecil, kini senyum tulus itu tertuju untuk dirinya. Tiffany ikut tersenyum, merasa senang ia bisa kembali bertemu dengan keluarganya.
"Dimana Eomma dan Appa? Lalu kak Leo juga, aku merindukan mereka"
Tubuh Seolin menegang, senyum yang ada di bibirnya hilang dalam sekejap. Air matanya menetes begitu saja, ketika adiknya ini bertanya tentang kabar ayah, ibu dan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPERA
FantasyAda 3 BAB yang di privat! Tolong lebih pintar memilih bacaan, sesuai dengan umur. OPERA adalah panggung sandiwara. Dimana ada seorang dalang di balik layar yang bertugas untuk menyusun dan mengatur jalannya sebuah cerita. Bagaimana jadinya jika kehi...