Bab 12

548 75 12
                                    

Tiffany mengendap - ngendap, agar langkah kakinya tak terdengar oleh kakak dan Ibunya. Ia berjalan ke arah dapur yang gelap, semua lampu sengaja dimatikan karena memang tak ada aktifitas saat tengah malam seperti ini. Seolin dan Hana pasti sudah tidur dikarnya.

Tiffany membuka perlahan lemari pendingin yang berada di ujung dapur. Ia menghembuskan nafas, dan mengambil daging ayam mentah yang masih membeku. Dengan lahap, Tiffany memakannya satu demi satu potong daging ayam itu.

Semakin lama, rasa laparnya menjadi semakin tak terkendali. Biasanya jika Tiffany sudah memangsa satu ekor kelinci, maka Ia sudah pasti kenyang selama seharian. Namun tidak akhir - akhir ini, karena walaupun Ia sudah memangsa di hutan siang hari, Tiffany tetap merasa lapar pada malam harinya.

Tak jarang, Tiffany tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ia akan menjerit kesakitan karena bulunya yang tumbuh semakin lebat. Pernah juga Tiffany menggigit pelan tangan Seolin, saat kakaknya sedang tertidur. Untung saja Tiffany langsung sadar saat itu, dan segera pergi sebelum keluarganya mengetahui tingkah aneh Tiffany.

Tiffany juga bingung. Jika seperti ini, ia tak bisa lebih lama tinggal di dunia manusia. Jiwa silumannya sudah mulai membuas, dan naluri manusianya sudah mulai terkikis dikit demi sedikit.

Dengan rakus Tiffany melahap daging mentah ini. Jika Tiffany boleh memilih, ia tak menyukai daging ayam beku, karena ia lebih menyukai daging segar yang masih di aliri darah.

Tapi tidak ada pilihan lain, Tiffany harus tetap mengganjal perutnya dengan makanan. Ya, paling tidak ayam beku ini lebih baik, dari pada masakan matang makanan manusia.

"Tiffany"

Tubuh Tiffany mendadak membeku saat suara lirih memanggilnya dari belakang. Apa yang harus Tiffany lakukan sekarang? Bahkan suara yang memanggilnya, adalah suara seseorang yang sudah tiga belas tahun ini ia rindukan. Suara yang begitu lembut memanggil namanya dengan kasih sayang.

"Eomma" Tiffany menoleh dengan cepat, ia mendapati Hwang Hana sedang menatapnya teduh. Wanita paruh baya itu duduk dikursi rodanya, tepat dibelakang Tiffany.

Sejak kapan Hana berada disana? Apakah ia mendapati Tiffany yang sedang memakan lahap ayam mentah itu?.

Jantung Tiffany berdetak lebih cepat, ia takut Ibunya akan mengetahui tingkah anehnya, yang sedang memakan ayam mentah.

Tiffany terus menatap mata teduh sang Ibu. Tatapan mata yang sempat menghilang, tatapa mata yang Tiffany rindukan, tatapan mata yang menunjukan ketulusan dan kasih sayang.

Tiffany terus membeku, diam di tempatnya. Otaknya merespon lambat, bingung tindakan apa yang harus ia lakukan, dan alasan apa yang harus ia katakan.

Sementara Hana terus mendekat ke arah Tiffany. Mengayun pelan kursi rodanya.

Tangan keriput itu terulur menyentuh puncak kepala Tiffany, yang sedang terdiam duduk di lantai. Karena posisi Hana yang berada di kursi roda, ia lebih mudah untuk menggapai puncak kepala putrinya.

Tangan keriput itu terus mengusap sayang kepala Tiffany. Sama sepeti saat Tiffany kecil dahulu. Bibir Hana terus tersenyum, entah apa yang sedang ia pikirkan. Namun sepertinya Hana tak terkejut dengan tingkah menjijikan yang Tiffany lakukan.

"Eomma" ucap Tiffany bergetar, entah kenapa tindakan Hana mampu membuat hati nurani Tiffany sebagai manusia muncul kembali. Air matanya menetes, ia senang jika Ibunya memang sudah pulih dan mulai mengingatnya.

"Teruskan saja makan malam mu sayang, Eomma tak akan mengatakan apapun pada Seolin" entah kenapa Hana berucap seperti itu, seakan ia mengetahui jika Tiffany adalah siluman.

Tangan keriput Hana beralih menghapus bekas air mata di pipi putrinya. Dengan cepat Tiffany memeluk tubuh ringkih Hana. Ia terisak di pelukan Ibunya.

Entah ini adalah tangisan bahagia atau sedih, Tiffany tak sanggup mendeskripsikan. Ia bahagia jika Ibunya sudah pulih, namun ia juga tak rela jika kenyataannya Tiffany bukan lagi manusia seperti Hana, dan itu artinya Tiffany dan Hana tak bisa bersama untuk waktu yang lama.

"Maafkan Eomma" ucap Hana lirih, dan air matanya juga ikut menetes.

Tiffany melepaskan pelukannya, dan menatap Ibunya bingung. "Kenapa Eomma bicara seperti itu?"

"Maafkan Eomma. karena kesalahan Eomma dan Appa, kau jadi seperti ini" Hana semakin terisak.

Tiffany mengerti, mungkin Ibunya ingin menyampaikan teka - teki yang selama ini belum dipecahkan oleh Tiffany "Tolong jelaskan Eomma, ada apa?"

"Dahulu kami hanyalah rakyat miskin, kami membesarkan Leo dan Seolin dengan penderitaan. Kemudian kami memutuskan untuk meminta permohonan di hutan itu, agar kami memiliki kekayaan dan derajat yang tinggi".

Tiffany tetap diam, mendengarkan cerita sang Ibu dengan seksama "Kami melakukan pesugihan. Mereka akan mengabulkan dan membuat kami kaya, tetapi dengan syarat, Eomma akan hamil anak iblis setengah manusia, dan itu dirimu Tiffany"

Tiffany Terkejut jika memang ada yang tak beres dengan hidupnya, dan itu semua karena Hana dan Songwan melakukan pesugihan untuk kepentingan mereka sendiri.

Tiffany ingin menangis, tapi ia berusaha menahannya, masih banyak pertanyaan yang harus di jawab Hwang Hana.

"Mereka siapa?" tanya Tiffany bergetar, sebenarnya ia tak sanggup mengetahui kenyataan yang lebih menyakitkan dari ini, bahwa benar ia bukan anak kandung dari Hana dan SongwanTiffany hanya anak yang dititipkan di rahim Hana, untuk kepentingan pesugihan.

Tapi Tiffany harus tetap kuat, ia tak boleh lemah sekarang karena Tiffany harus memecahkan teka - tekinya. Agar semua jelas, dan ia bisa merebut hak nya kembali.

"Mereka adalah.." ucap Hana menjeda, karena ia harus siap menerima hukuman jika memberitahu hal ini pada Tiffany.

Ya, ini rahasia. Yang harus Hana dan Songwan simpan seumur hidupnya. Tiffany tak boleh mengetahui dalang dari semua ini.

Tetapi Hana sadar, bahwa ia tak bisa menyimpan ini semua. Karena Hana tak mau Tiffany dipermainkan lebih lama oleh 'mereka', yang menjadi dalang dari hidup Tiffany.

Putrinya berhak untuk tau. Tiffany berhak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Cukup Hana dan keluarganya yang menderita, jangan untuk Tiffany. Gadis itu tak tau apa - apa. Ini kesalahan Hana dan Songwan yang terlalu serahkan dan tak mau bersyukur.

Hana menarik nafasnya dan melanjutkan "Mereka adalah Ratu Yieon dan Siwon"

Hati Tiffany nyeri. Air matanya menetes semakin deras. Jantungnya berdetak semakin cepat. Ia tak menyangka dalang dari semua ini adalah Siwon, laki - laki yang ia cintai. Laki - laki yang ia percaya.

Dan apa ini? Kenyataan macam apa ini? Ada apa sebenarnya? Apa tujuan Siwon selama ini?

Bersambung

Reders... Dua part ya ^^
Sepecial nih, karena aku udah lama gak post.. Hehehe

Makasih untuk yang udah partisipasi. Jujur berpengaruh banget buat aku semangat lanjutinnya. Terimakasih..

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang