Bab 14

492 81 17
                                    

Tiffany berlari tergopoh - gopoh memasuki flat kecil sederhana milik kakak perempuannya. Ia tak perduli tentang pandangan prihatin orang - orang, saat melihat penampilannya kini terkesan berantakan dan memprihatinkan.

Entah perasaan gelisah Tiffany bertambah saat melihat sudah banyak beberapa kerabat yang memenuhi halaman rumahnya. Jika mereka akan menjenguk Hwang Hana yang sedang dalam keadaan kritis, kenapa ada tenda yang sengaja disiapkan di halaman sempit depan rumahnya.

Tiffany mengusap air matanya yang terus mengalir sedari tadi, semenjak Hyukjae memberitahu jika keadaan Ibunya tiba - tiba sesak nafas dan meraung kesakitan. Tiffany sempat tak mempercayai kabar itu, karena yang Tiffany tau Hwang Hana dalam keadaan baik - baik saja saat ia meninggalkan Ibunya itu untuk pergi ke kastil Siwon mencari bukti - bukti. Bahkan keadaan Hwang Hana telah lebih baik dari sebelumnya, wanita paruh baya itu sudah bisa mengenali Tiffany dan mengingat semuanya.

Tapi apa sekarang? Baru beberapa jam Tiffany meninggalkan Hwang Hana, dan keadaan sang Ibu sudah drop kembali.

Tiffany mematung di ambang pintu, saat ia melihat ruangan tengah flat kecil ini sudah di tata dengan beberapa tiker yang membentang di lantai. Tiffany melihat Hwang Seolin sedang memunggunginya, ia tau jika kakaknya itu sedang menangis sesegukan, duduk di lantai sedang memeluk tubuh yang terlentang di depannya.

Jantung Tiffany berdetak lebih cepat, aliran darahnya mengalir terlalu bersemangat, hingga membuat kepalanya sedikit pening. Ia takut jika tubuh terlentang kaku di depan Hwang Seolin adalah Hwang Hana. Itu tidak mungkin.

Tiffany berjalan mendekat, dan semakin mendekat. Terlihat wajah yang beberapa jam lalu tersenyum hangat kepadanya. Hwang Hana - ya itu Ibunya, wajah pucat pasih dengan mata terpejam sudah bisa menjawab segala pertanyaan di kepala Tiffany. Bahwa memang benar Hwang Hana sudah mendahului mereka.

"Eomma!!!" pekik Tiffany histeris, air matanya semakin mengalir, nafasnya tersenggal saat ia memeluk jasad kaku itu.

Hwang Seolin terkejut saat Tiffany tiba - tiba sudah ikut memeluk jasad Ibunya. Hatinya semakin teriris, melihat sang adik menangis menyayat hati.

Hwang Seolin memeluk Tiffany, mereka berusaha sama - sama menguatkan. Walaupun kenyataannya mereka berdua sama - sama rapuh tak berdaya.

"Maafkan aku Eomma" sesal Tiffany merutuki dirinya sendiri.

"Tidak sayang, ini sama sekali bukan salahmu" ucap Hwang Seolin, juga berusaha menghentikan segukannya.

Tiffany memandang mata Seolin, meminta penjelasan akan kejadian sebenarnya "Apa yang sudah terjadi, Eonni"

Seolin mengusap air matanya, sebelum menjawab pertanyaan Tiffany "Aku tidak tau, yang jelas saat aku terbangun di pagi hari, Eomma sudah meraung kesakitan dengan nafas yang tak teratur"

"Aku berusaha memeriksanya, namun sepertinya Eomma mengalami sakaratul maut, dan Eomma menghembuskan nafas untuk terakir kalinya" lanjut Seolin pasrah.

"Apa Eomma memiliki riwayat penyakit?" entah kenapa Tiffany merasa janggal dengan kematian Hwang Hana.

"Tidak ada. Hanya gangguan kejiwaan, dan itu tidak mengakibatkan kematian"

Dan lagi, Tiffany mencurigai Siwon yang sudah melakukan ini terhadap Hwang Hana. Siluman bertopeng itu kemarin mengatakan bahwa pria itu akan memberi penderitaan untuk keluarga Hwang karena pengingkaran yang mereka lakukan. Bukan kah Siwon juga pembunuh Hwang Songwan dan juga Leo Hwang. Itu membuat Siwon menjadi tersangka utama dalam kematian Hwang Haana, itu prasangka Tiffany.

Tiffany mendongak ke arah pintu, dan ia melihat tubuh tegap itu sedang memandangnya tajam. Siluman bertopeng itu datang kemari. Untuk apa? Apakah pria itu datang hanya untuk menertawai kematian Hwang Hana?

OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang