"Tiffany!" seru seorang wanita setengah baya, memanggil putri kecilnya. Ia mengitarkan pandangannya ke segala sudut ruangan, berusaha menemukan putri kecilnya.
"Fany-ah..." panggilnya lagi, kali ini wanita setengah baya ini memeriksa kolong kursi dan dalam lemari, mengingat Tiffany suka sekali bermain petak umpet.
"Baaa!" seru Tiffany mengageti Ibunya, Ia memang sengaja bersembunyi di sudut lemari ruang tamu rumahnya.
"Astaga!" lonjak Hwang Hana, memegangi bagian dada, karena jantungnya kini berdetak lebih kencang.
Bocah enam tahun itu terkikik, Ia merasa bangga saat kejahilannya berhasil membuat sang Ibu terkejut.
"Fany-ah! Eomma tak suka kau melakukan itu lagi. Kau mau Ibumu ini mati karena sakit jantung, eoh!?" seru Hwang Hana menasehati Tiffany.
"Maafkan aku, Eomma. Aku hanya ingin bermain" Tiffany merengut menyesal.
Hwang Hana menghembuskan nafas halus, Ia harus sabar menghadapi putri kecilnya ini "Bermain tidak dengan membuat seseorang celaka, Sayang. Kemari, Eomma sisiri rambutmu"
Tiffany memangut dan mendudukan diri di sebelah Ibunya. Dengan telaten Hana menyisiri rambut Tiffany yang sedikit berantakan. Tiffany tersenyum, Ia sangat menyukai momen dimana sang Ibu mengosok rambutnya, seperti saat - saat Ibunya mencuci rambutnya, membelai saat ia akan tertidur, atau saat menyisiri rambut, seperti saat ini. Tiffany merasa nyaman akan sentuhan penuh kasih sayang Sang Ibu di rambutnya.
.
Tiffany mengerjapkan mata, sadar dari lamunannya dan tersenyum. Ia mengingat kenangan masa kecilnya, saat Hwang Hana menyisiri rambutnya. Merawat Tiffany dengan penuh kesabaran.
"Eomma ingat? sewaktu kecil, Eomma selalu menyisiri rambutku sepert ini? Sekarang gantian aku yang akan merawat Eomma" ucap Tiffany terkekeh, dan terus menggerakkan tangannya yang sedang menyisir rambut beruban milik sang Ibu.
Saat ini, Tiffany sedang berada di teras depan, rumah petak milik Hwang Seolin. Ia menyisiri rambut sang Ibu yang sedang duduk di kursi roda. Hwang Hana baru saja selesai mandi, dengan telaten Tiffany merawat dan memenuhi kebutuhan sang Ibu.
Hwang Hana hanya menatap lurus, tanpa ingin bertanya atau menjawab ocehan putrinya. Sudah terhitung satu minggu Hana pindah dan tinggal dengan kedua putrinya. Namun, belum ada tanda - tanda yang berarti akan kesembuhan sang Ibu.
Hana masih sering mengamuk sewaktu - waktu. Jika kesadarannya mulai kembali, dan Ia tak lagi melamun.
Ini membuat Tiffany menghembuskan nafas halus karena tak mendapat respon apapun dari sang Ibu. Ia ingin sekali bercanda dan menceritakan apapun kepada Ibunys, seperti masa kecilnya dulu. Ia merindukan keceriaan dan omelan Hwang Hana.
Tiffany memeluk Hana dari belakang ketika tugas menyisir rambut sudah selesai. Menyalurkan rasa rindunya dengan bergeliat di lengkungan leher sang Ibu. Sedari kecil, Tiffany suka sekali berpelukan. Karena menurutnya berpelukan bisa merasakan dan menyalurkan sebuah kasih sayang.
Lama Ia bersandar di lengkungan leher Ibunya, dan Tiffany menghirup dalam aroma tubuh sang Ibu. Ada rasa kecanduan, dan Ia merasa lapar secara tiba - tiba.
Ia baru sadar jika tubuh sang Ibu mengeluarkan aroma yang menggiurkan, seperti sepotong daging ayam yang dilumuri darah segar, itu lezat.
Tiffany semakin mengendus, dan sesekali menjilat permukaan kulit leher Ibunya. Kenapa tiba - tiba ada rasa ingin menggigit leher keriput itu.
Tiffany mengerjap sadar, dan menjauhkan dirinya dari tubuh sang Ibu cepat. Ia menarik nafas dalam, berusaha menetralisir rasa lapar dan ingin menghisap kulit sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPERA
FantasyAda 3 BAB yang di privat! Tolong lebih pintar memilih bacaan, sesuai dengan umur. OPERA adalah panggung sandiwara. Dimana ada seorang dalang di balik layar yang bertugas untuk menyusun dan mengatur jalannya sebuah cerita. Bagaimana jadinya jika kehi...