Chapter 38: The Truth

1.7K 236 45
                                    

Hi guys, please give a lot of comments. Karena pengen tau apakah gua berhasil mengobrak abrik perasaan kalian? Wkwk.. please di support terus yaa. Happy weekend. Dan selamat membaca!

Pelayan itu mengantarkan diri mereka kedalam ruangan ayah Daniel. Sedari tadi Daniel begitu gugup akan apa yang terjadi. Ia lebih khawatir akan bagaimana perasaan Seongwoo, dari pada khawatir bagaimana reaksi dirinya sendiri mengetahui bila ayahnya adalah sumber masalah kehidupan Seongwoo.

Daniel berjalan dibelakang Seongwoo, entah bagaimana namun ia begitu merasa bersalah. Ia tidak mampu menunjukan wajahnya pada Seongwoo, setelah apa yang mungkin ayahnya telah lakukan terhadapnya. Namun keinginan untuk tetap bersama Seongwoo sangatlah besar dalam hati Daniel. Bila Seongwoo memberikan kesempatan, masih maukah Seongwoo menerima Daniel, anak dari seseorang yang telah menghancurkan hidupnya?

Daniel tidak tau seberapa buruknya ayah Seongwoo berkontribusi terhadap penderitaan Seongwoo yang selama ia alami, tapi ia tau ada kemungkinan Seongwoo akan membenci dirinya ketika memang hal-hal menjadi buruk.

Pelayan itu membuka pintunya, "maaf, pesan dari tuan untuk hanya membiar kan Seongwoo masuk."

"Ne?" Daniel tersentak. "Tapi aku juga harus tau,"

"Mohon maaf tuan muda, tapi kata ayah anda, anda tidak diijinkan masuk."

Oke, Daniel sangat benci bagaimana ayahnya memerlakukan dirinya dan Seongwoo. Dia benci bagaimana ayahnya itu bisa seenaknya menyembunyikan kebenaran, merahasiakan begitu banyak hal yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Don Millis sama sekali tidak berkooperasi dengan Daniel, ia malah menahan Daniel dan menuntun Seongwoo masuk. Daniel tidak bisa melihat kepergian Seongwoo begitu saja.. Daniel berusaha menahan tangan Seongwoo, ia menggenggam tangannya berusaha untuk meminta sang kekasih membawa dirinya bersamanya, untuk masuk ke dalam menemui kebenaran. Daniel mau ada disana, disisi Seongwoo saat sang ayah akan mengungkapkan segalanya. Ia setidaknya mau menebus kesalahan ayahnya, ia mau memastikan dirinya bisa menjadi tempat bersandar bagi Seongwoo.

Namun apa yang Daniel harapkan tidak terbalaskan sebagaimana yang diharapkan oleh orang yang kini sudah mulai berjalan meninggalkannya. Tangan Seongwoo yang saat ini dia genggam, perlahan di lepaskan oleh Seongwoo dengan lembut, tanpa kata, tanpa kontak mata. Seongwoo meninggalkan Daniel begitu saja masuk ke dalam ruangan ayahnya itu. Sampai tidak ada lagi ruang yang menyatukan mereka. Mereka kini berada di dua sisi yang berbeda.

"Seongwoo.." panggilan Daniel melayang begitu saja di tengah atmosfer ruang udara yang mencekat.

Daniel tertegun terdiam, melihat dirinya ditinggalkan oleh Seongwoo tanpa ada belas kasihan atau memastikan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Daniel merasaa... hampa.

...

"Terima kasih kau sudah mau berkoperasi, berkat kau kita bisa benar-benar mempunyai alasan untuk menangkap mereka." itu kata sambutan pertama ayah Daniel kepada Seongwoo yang berdiri disana.

Ruangan kerja ayahnya itu besar, dengan ada motif tradisional Korea yang menghiasi. Disana namun begitu hening, hanya ada ayah Daniel, dirinya, dan Don Millis yang sekarang menyikapkan sebuah kursi untuk Seongwoo duduk.

Saat ini ada jarak yang cukup jauh antar Seongwoo dan meja ayah Daniel itu. Di ruangan tengah yang berbentuk bundar itu, Seongwoo duduk tepat di tengah lingkaran itu, yang dibawahnya dihiasi karpet besar bermotif kerajaan Korea. Sedangkan ayah Daniel sedang duduk di meja kerja. Posisinya tepat ada di depan Seongwoo namun berada di ujung dari bentuk lingkaran ruangan itu, membuat jarak antara kursi Seongwoo sekarang dan tempat dimana ayah Kang Daniel sedang terduduk.

Morphine | OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang