#1

339 14 3
                                    

"Break tiga puluh menit. Setelah itu kamu kembali lagi ke sini."

Aku mengangguk. Manajerku berbalik, melangkahkan kaki ke meja rias, seperti biasa pasti dia berdandan. Sebenarnya yang model ini siapa? Aku atau dia, manajerku?

Tidak ingin berlama-lama di tempat ini -tempat para model dimana-mana ada perlengkapan seperti halnya; kamera, gaun, lampu, dan macam-macam- segera kulangkahkan kaki menuju keluar pintu. Salah satu keuntungan untukku adalah di samping tempat kerjaku ada Café. Jadi, kalau istirahat aku biasanya menyempatkan untuk beristirahat di Café itu.

"Oh, Model kita datang!" sambut Aghata, pelayan Café ini yang lumayan mengenalku. Setiap aku datang ke sini pasti dia menyambutku, seolah aku ini adalah tuan putri kerajaan.

Aku berjalan ke Aghata. Di pundak kirinya terselempang lap. "Aghata, please, Dont call me like that."

Aku berpura-pura marah. Kenyataannya aku biasa-biasa saja jika Aghata memanggilku seperti itu.

Aku merasa terjunjung tinggi. "I feel shy ."

Aghata tertawa, pelan. "Yes, I do."

"Aghata, satu orange juice dan antar ke tempat favoritku."

Adalah Kathryn Benardo, tidak mungkin memilih tempat di indoor kalau tempat outdoor saja sangat menyenangkan. Café ini memiliki rooftop. Tempat itu adalah tempat favoritku.

"Siap! Model Internasional!"

Aku mengamini dalam hati.

Pintu kaca Café bergesekan dengan lantai saat aku mendorongnya. Suara nyaring ditimbulkan oleh engsel pintu. Aku melangkah anggun menuju tempat favoritku. Namun langkahku terhenti.

Seorang Laki-laki berdiri di pinggir pembatas rooftop. Dia menunduk, melihat kamera SLR-nya. Dari arah samping memperlihatkan hidung mancung menukik ke bawah, bulu matanya lentik, dan Oh My God figur itu terlihat indah saat sinar matahari yang berwarna jingga menjadi background-nya. Dia seperti lukisan. Lukisan dari pencipta yang Maha Penguasa. Mengalahkan lukisan terkenal lainnya.

Aku mendekat ke arahnya. Layaknya boneka wayang, tubuhku seolah digerakkan oleh orang lain.

"Hai!" Satu kata kuucapkan tanpa ragu sedikitpun. Dia menoleh, tersenyum tipis nyaris tipis sekali, kalau kau rabun dekat mungkin kau tidak mengira dia sedang tersenyum padamu. Karena sapaanku tidak dibalas, aku melanjutkan. "Kenalin, aku Kath." Tanganku terulur ke depan.

Demi Raffi Ahmad digosipin sama Ayu Ting-Ting terus Nagita Slavina minta cerai -apa hubungannya?- Laki-laki itu membalas jabatan tanganku, aku mau teriak tapi aku masih punya urat malu. Tangan besarnya begitu hangat. Aku ingin mendekap tangan itu!

"Aku-"

"Kath! Ini minuman kamu!" Aghata datang dan aku tidak tahu nama Laki-laki itu.

Aku melihat ke Aghata untuk menyuruhnya menaruh minuman pesananku ke meja. Saat aku berbalik, Laki-laki itu sudah raib. Aku ingin nangis.

Aghata! Nyeselin!

Huh! Benar-benar menyebalkan!

***

Mengenalmu adalah hal terindah.

(sayang aku tidak bisa menuliskan namamu, karena aku tidak mengetahui namamu).

Tertanda,

Dear?

Mahal Kita (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang