Gelap.
Sepi.
Semua terasa asing bagiku.
Setiap mata memandang, yang kutemukan hanya kegelapan. Aku takut. Mencoba berlari, namun ruangan ini tak berujung.
Setetes air mata jatuh.Aku berhenti melangkah. Terduduk lemas tak berdaya di atas lantai yang sama gelapnya dengan ruangan ini.
"Kath...." Tiba-tiba, suara seseorang memanggil namaku. Aku berusaha mencari asal suara itu. Lagi-lagi, aku hanya menemukan warna hitam. "Ada banyak hal yang tidak kamu ketahui selama ini."
"Siapa kamu? Apa maksud dari perkataanmu?" Aku berteriak. Menahan sesak di dada.
"Siapa-pun aku, itu tidak penting bagimu," ucap orang itu. Berusaha menutupi jati dirinya. "Terpenting sekarang, ikuti cahaya terang di belakangmu. Dia akan menjawab maksud dari perkataanku."
Aku segera berbalik. Benar saja, ada cahaya terang di depanku. Cahaya itu nampak seperti cahaya rembulan yang memberiku pencahayaan cukup untuk berjalan mengikutinya. Meskipun tubuhku masih lemas, aku melangkah di belakangnya seraya mendekap tubuhku yang entah-kenapa terasa dingin.
Awalnya semua berjalan mulus, namun tanpa kusadari, tubuhku tersandung sesuatu, hingga terpental ke sebuah lubang hitam, aku menjerit keras. Tubuhku seringan kapas, meluncur indah ke bawah.
***
"Hai!"
Di depanku kini terdapat dua orang, salah satunya membuatku terkejut. Wajahnya mirip denganku. Tubuhnya pun sama persis, hanya saja lebih gendutan daripada sekarang.
Lalu, di depannya berdiri seorang pria tampan yang selama ini aku cintai.
Aku mengedarkan pandanganku, tempat ini tidak asing, aku pernah ke sini, sering lebih tepatnya. Kejadian ini nampaknya pernah terjadi dalam hidupku, tapi aku tidak tahu pasti kapan terjadinya.
"Kenalin, aku Kath." Tangan Wanita sama persis denganku terjulur ke depan yang kemudian di balas oleh Pria di depannya.
Seketika, aku mulai mengingat kejadian ini.
Daniel.
Senyum tipisnya.
Figurnya dengan background sinar matahari.
Lekuk hidung yang mancung.
Aku ingat. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu di kafe langgananku, berdiri kokoh tidak jauh dari tempat kerjaku.
"Aku-"
"Kath! Ini minuman kamu!"
Setelah kejadian ini, Daniel seolah lenyap tanpa jejak, saat itu aku tidak menyadari kepergiannya. Namun di detik ini, aku tahu kemana Daniel pergi, dia berdiri tidak jauh dari Wanita memiliki wajah mirip denganku, tubuhnya tertutup dinding pembatas kafe.
Di sana, Daniel memegang kamera SLRnya, mengarahkan ke arah Wanita Kembaranku, kemudian membidiknya.
Aku tak menyangka dulu Daniel memotretku tanpa ketahuan olehku. Betapa bodohnya diriku ini.
"Daniel...." Aku hendak berjalan menghampiri Daniel, namun tubuhku seolah terjungkal ke belakang, terhempas begitu keras. Aku lagi-lagi menjerit keras.
Tuhan, ada apa ini?
Kenapa aku merasakan keanehan ini?
***
Gelap. Sepi. Kembali aku berada di sini. Di ruangan besar tanpa ujung yang dipenuhi warna hitam. Kepalaku terasa amat pening, rasanya aku ingin kembali ke duniaku, menghirup udara segar, memandang warna-warni sekitar, dan banyak hal lainnya.
"Kejadian itulah yang tidak kamu ketahui," suara aneh itu kembali terdengar.
"Aku sekarang sudah mengerti. Jadi kumohon kembalikan aku ke duniaku. Aku tidak ingin di sini."
"Tidak! Kamu tidak bisa kembali ke duniamu sebelum kamu menyelesaikan permainan ini!"
"Aku tidak ingin bermain-main! Aku ingin pulang!" Aku menggeleng. Air mataku berjatuhan. Semua emosi meluap tanpa bisa tertahankan. "Aku ingin bertemu dengan keluargaku! Tolong!"
"Sudahku bilang, kamu akan kembali ke duniamu jika menyelesaikan permainanmu. Jangan terlalu banyak merengek segera laksanakan sebelum rohmu tidak bisa menyatu dengan tubuhmu."
Aku mengernyit bingung. Apa maksud dari perkataannya? Kenapa rohku tidak bisa menyatu dengan tubuhku? Ini gila!
"Cepat ikuti cahaya itu! Cahaya itu akan membawamu menuju kejadian yang tidak kamu ketahui!" Karena melihat aku terdiam, suara aneh itu kembali berkumandang keras. Tanpa mengulur waktu, aku mengikuti cahaya itu, membawaku kejadian masa lalu yang tak kuketahui.
***
Rumahku. Saat ini aku menginjak lantai rumahku. Terlebih aku tengah berada di depan kamar Daniel, kejadian apalagi ini yang tidak kuketahui.
"Kamu mau kemana? Omong-omong."
Aku segera mengalihkan pandangan ke arah kiri dimana diriku berdiri di sana berhadapan dengan Daniel yang tengah membawa skateboard. Oh aku ingat kejadian ini.
Daniel mengangkat skateboardnya ke udara. "Main." Lalu masuk ke dalam kamar, keluar lagi setelah melihat segelas susu tidak ada dalam genggamannya.
Sekilas senyum tipis terbit, lalu Daniel beranjak dari sana.
"Aku ikut!" seru Wanita sama persis denganku.
Daniel berhenti melangkah. Namun tanpa berbalik apalagi menyahut Daniel melanjutkan melangkah.
"Fix! Dia pasti ilfeel lihat gue tadi!"
Tanpa berdiam diri, aku mengikuti Daniel di belakangnya. Bisa kulihat punggungnya di depanku. Tiba-tiba saja Daniel berhenti di anak tangga terakhir, Daniel memukuli pelan kepalanya.
"Bodoh! Kenapa aku gak ngajak Kath sih?" gumam Daniel. Anehnya, aku bisa mendengar dengan jelas. "Oke. Gimana aku ngajak Kath? Kalo di dekatnya aja aku gugup." Lalu, Daniel melanjutkan langkahnya.
Sekarang aku tahu alasan kenapa dulu Daniel tidak mengajakku. Karena dia merasa gugup setiap kali ada di dekatku, dan jika dulu dia mengajakku bermain skateboard, sudah pasti kita berdekatan. Aku tidak bisa membayangkan betapa gugupnya Daniel saat diriku memaksa ikut bermain skateboard. Terlebih ketika aku jatuh, lantas dia menggendongku.
Aku berdecak, menggelengkan kepala.
"Jadi, ini, yang tidak aku ketahui selama ini."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahal Kita (Completed)
RomanceBiarkan aku memasuki hatimu. Jangan paksa aku berhenti, sebelum aku berkata; "Aku menyerah untuk mencintaimu." Tapi itu mustahil. Karena hati ini diciptakan untuk tetap mencintaimu. Kath mencintai Daniel. Tapi dia tidak tahu, apakah Daniel mencintai...