#22

73 3 0
                                    

Ada banyak hal yang tidak kuketahui, ketidaktahuan itu membuatku sadar, selama ini cintaku tidak pernah sia-sia. Dia juga memiliki rasa cinta padaku. Dengan sikap kakunya, Daniel menutupi perasaannya secara apik, membangun tembok yang tak mampu kurobohkan.

"Apa permainan ini segera berakhir? Aku benar-benar ingin kembali ke duniaku, bertemu dengan Daniel," ucapku.

"Masih ada satu kejadian yang membuat dirimu masuk ke dalam permainan ini." Suara aneh itu menyahut.

"Cepat bawa aku ke sana. Aku ingin mengakhiri semua ini."

"Baiklah. Sekarang, pejamkan matamu."

Walaupun ragu, aku tetap menjalankan perintahnya. Kupejamkan mata rapat-rapat seraya merilekskan tubuhku yang sedari tadi menegang.

Layaknya dibawa ke lorong waktu, tubuhku terhempas ke masa lalu. Menjerit sejadi-jadinya.

"Apa lagi ini?" Ketika kaki sudah berpijak pada aspal jalan, aku mengedarkan pandangan, melihat kali ini aku berada di area parkir.

Mobil-mobil berjejer rapi. Dua orang tengah bercakap-cakap di samping pintu mobil.

Daniel dan Model Idiot.

Kenapa aku dibawa ke sini?

Apa aku akan ditunjukan pada kejadian Daniel yang sedang memeluk Model Idiot itu?

"Maaf. Aku nggak bisa balas perasaan kamu." Daniel mengucapkan dengan tegas. Pernyataannya membuat Model Idiot mengernyitkan dahinya.

"Kenapa? Apa aku kurang seksi dimatamu?" Model Idiot mendekati Daniel. Mempertipis jarak di antara mereka.

"Kamu udah seksi-"

"Terus kenapa gak bisa nerima aku?!"

"Tapi, kamu gak bikin aku nyaman."

"Nyaman. Nyaman. Nyaman. Bullshit!" Model idiot mengerang. Emosinya nampaknya mulai tersulut. "Memang kamu kira aku gak sanggup buat kamu nyaman. Aku rela memberikan apa-apa yang kamu minta. Semuanya terserah."

Daniel menghela napas berat. "Sai, aku mencintai orang lain. Yang membuat aku nyaman. Berhenti ganggu aku. Berhenti juga untuk mencintaiku sebelum luka yang kamu terima nantinya semakin parah."

Siapa Wanita yang dicintai oleh Daniel? Kenapa tiba-tiba, paradigma muncul, seakan mengatakan bahwa diriku yang Daniel maksud tadi. Sebentar, aku tidak boleh percaya diri dulu. Takutnya bila itu bukan aku, malah akan mendatangkan luka tsrsendiri.

"Aku tahu, pasti dia, Kath. Apa sih cantiknya dia dibanding aku? Model idiot kayak dia gak pantes kamu cintai!"

Model idiot dia bilang! Hellooo... yang ada dialah model idiot yang sesungguhnya.

"Stop, Sai!" Daniel berdecak kesal. Melengos sebelum menatap Model idiot. "Di luar sana ada banyak pria yang lebih baik daripada aku. Yang bisa membahagiakan kamu. Yang bisa membuat kamu nyaman. Dan yang pasti lebih tampan dari aku. Kamu gak bisa memaksakan orang untuk membalas cinta kamu. Kamu cantik Sai, kamu pantas dicintai pria yang mencintai kamu juga. Berhenti untuk mengejar cinta yang belum tentu bisa kamu dapatkan."

Woah!

Baru pertama kali ini aku mendengar Daniel melontarkan kalimat sepanjang Sungai Niagra.

Model Idiot terdiam lama. Kemudian dia menangis sesegukkan. Tanpa babibu, Model Idiot memeluk tubuh Daniel.

Daniel terkejut, namun sekeras apapun dia mencoba melepaskan pelukkan itu, Model Idiot malah mempererat.

Pantas saja saat itu aku berpikir bahwa Daniel memeluk Model Idiot padahal kenyataannya Model Idiot itulah yang memeluk Daniel.

"Ma-maaf. Aku janji tidak akan menganggumu lagi."

***

"Aku mencintaimu...."

Bisikannya masih segar di otak. Suara lebutnya terputar berkali-kali. Walaupun aku tidak tahu pasti keberadaannya, namun aku yakin, dia ada di sisiku. Menjagaku. Setia menemani.

Ingin sekali aku melihat wajahnya. Membelai rambutnya. Mengelus pipinya. Andai itu bisa terjadi.

Dalam kegelapan, aku menatap kosong dinding gelap di depanku. Terduduk seraya memeluk kedua kaki. Kapan permainan ini berakhir?

Aku ingin secepatnya mengakhir hal aneh ini. Membuka mata lantas membalas pernyataan cintanya.

"Kath...." Mendengar suara aneh itu lagi, aku segera beranjak berdiri. "Kamu sudah menyelesaikan permainan ini. Dan, kamu sudah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui selama ini."

"Ya, aku tahu. Sekarang kumohon bebaskan aku dari sini, aku ingin bertemu dengan dia." Aku berseru. Tak pelak air mataku berjatuhan. Sumpah demi apapun aku ingin bebas dari sini!

"Pejamkan matamu."

Kenapa harus memejamkan mata? Tapi apa boleh buat, kalau tidak menuruti kemauannya aku tidak bisa kembali ke duniaku, dan terjebak di dunia yang entah apa namanya.

Aku memejamkan mata.

Meskipun demikian, aku merasa gelisah. Apa aku bisa bertemu Daniel? Mama Papa? Dan, Gio?

***

Mahal Kita (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang