Semua Keluargaku berkumpul; Papa, Mama, dan Kakak. Tidak ada hujan atau badai tiba-tiba saja Papa mengajak berkumpul di ruang tamu di hari Rabu. Bayangkan saja hari ini aku ada pemotretan. Siapapun yang membuat Papa mengumpulkan Keluargaku di sini, akanku cakar-cakar dia.
"Pa, Kath ada pemotretan. Ya kali, Kath nggak kerja, hari ini, kan, penting banget," keluhku.
Papa menatapku setelah hampir satu jam lalu sibuk memainkan handphone-nya. "Sehari nggak kerja, nggak buat kamu bangkrut, kan? Lagian kita ada tamu."
"Tamu penting emangnya?" tanya Kakakku, bernama lengkap Giolilo Abraham Kamajaya.
Gio mencebik bibirnya, aku tahu mungkin dia marah pasalnya hari inikan dia mau kencan dengan pacarnya yang ... keberapa ya? Oh My God, saking banyaknya aku sampai lupa.
"Penting? Iya. Tamu kita ini adalah anak temen Papa yang sudah meninggal. Kita harus menyambutnya karena dulu Papanya baik sekali dengan Papa." Papa menjelaskan. Sedang Mama menyetujui penjelasan Papa dengan mengangguk mantap.
Aku mendengus pasrah. Mengingat kata-kata Papa; Sehari nggak kerja, nggak buat kamu bangkrutkan. Masalahnya sih bukan itu Papa tapi manajerku pasti mengomel sampai berbusa-busa. Lagian kalau aku tidak kerja, aku mau-mau saja.
For Your Information, Papaku memiliki Perusahaan yang besar, sahamnya ada di mana-mana, belum lagi Mamaku, Mama memiliki toko butik yang sudah terkenal sampai Manca Negara. Kesimpulannya, jika aku pengangguran tidak mengubah hidup Keluarga kami.
"Anaknya sudah ada di depan rumah." Papa mengangkat kepala dari kesibukannya dengan handphone. Paling-paling Papa sibuk main handphone gara-gara berkomunikasi lewat pesan dengan Anak dari teman Papa. "Kalian harus sopan dengan tamu kita. Jangan krasak-krusuk, terutama kamu, Gio."
"Iya." Gio memberengut. Aku tertawa melihat wajah galau Kakakku hari ini.
Papa pergi meninggalkan kita untuk membuka pintu. Aku menunggu sambil membaca majalah.
"Ini dia, si tampan yang kita tunggu-tunggu kedatangannya."Reflek. Aku mendongak, menatap tamu yang dibilang Papa, si tampan.
O-oh.
Ternyata, dia, si ... si, aku susah sekali menyebutnya. Dia itu, yang itu, lho. Ya ampun, kenapa aku jadi kagok? Huh! Dia yang kemarin ada di Ca--
"Kenalin semua, namanya, Daniel Padilla. Anak dari teman Papa."
Yes! Akhirnya aku tahu namanya. Daniel Padilla. Si tampan -sebutan dari Papa- yang membuatku bolos kerja, dan ingin mencakarnya dengan kuku tajamku, urung kulakukan setelah tahu kalau tamu itu adalah si tampan.
Daniel Padilla. Ini sih tamu penting bangettt. Tamu penting untuk masa depanku, maksudnya.
***
Setelah kutahu namamu. Tanpa basa-basi, namamu kupatri dalam hatiku
Tertanda,
Dear Daniel
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahal Kita (Completed)
RomanceBiarkan aku memasuki hatimu. Jangan paksa aku berhenti, sebelum aku berkata; "Aku menyerah untuk mencintaimu." Tapi itu mustahil. Karena hati ini diciptakan untuk tetap mencintaimu. Kath mencintai Daniel. Tapi dia tidak tahu, apakah Daniel mencintai...