#18

64 6 2
                                    

Aku tidak habis pikir, kukira kedatangan Dean akan membawa bencana bagiku, tapi salah, kedatangannya adalah untuk minta maaf. Dosa yang Dean perbuat padaku terbilang banyak, bagaimanapun juga aku harus memaafkannya.

Setelah mendapat maaf dariku Dean berjanji tidak akan mengganggu hubunganku dengan Daniel. Sejujurnya aku bingung, memang di matanya hubungan aku dan Daniel seperti orang pacaran atau pedekate begitu, padahal dari dua kata itu tidak mendeskripsikan hubungan kita.

Daripada aku berkata jujur kepadanya akan hubungan aku dan Daniel, aku menyetujui saja keputusannya. Lagian aku juga muak setiap ketemu Dean.

Dean langsung berpamitan pulang. Aku juga langsung balik ke tempat pemotreranku. Kasihan Daniel menunggu aku terlalu lama, bisa-bisa dia digoda model-model yang kalah cantik sama aku dan super duper centil.

***

Benarkan dugaanku, Daniel digodain sama model super duper centil dan jelak banget. Aku berlari cepat ke arah dua orang itu, saat sudah dekat aku kaget pakai banget saat tahu model itu ternyata musuh bebuyutanku.

Sebagai wanita pertama dalam hati Daniel, aku tidak diam saja, segera kutarik Model idiot itu menjauh dari sisi Daniel. Enak saja dia main gelenjotan di lengan Daniel, memang dia kira Daniel tiang listrik yang bisa dipegang seenak jidatnya. Awalnya model idiot itu terkejut, tapi saat tahu siapa yang menariknya dia langsung memasang wajah galak seratus delapan puluh derajat berbeda dengan wajah yang ditampilakn saat menatap Daniel.

"Oh, kamu? Kukira siapa tadi. Ngapain kamu di sini? Bukannya kamu ada pemotretan? Pergi sana!" Model idiot itu mencoba mengusirku. Memangnya dia bisa dengan mudah mengusirku? Maaf-maaf saja, aku tidak segampang itu untuk diusir-usir.

"Woi model idiot! Emang kamu kira aku apaan pakai diusir-usir segala! Yang ada sekarang kamu yang pergi dari sini, ngapain masih ngejogrok di sini!" semburku, tak kalah galak darinya.

Dia sempat terkejut mendapat semburan dariku, tapi cepat-cepat model idiot itu menetralkan mimik wajahnya menjadi santai. Dia berkacak pinggang di hadapanku. "Kamu emang pantas diusir! Model cap badak!" Lalu, kepalanya menengok ke belakang. "Aku di sini juga lagi ada urusan sama pacar aku. Jadi, yang pantes pergi dari sini ya kamu, dong. Toh kalo kamu di sini emangnya mau jadi obat nyamuk!"

Apa dia bilang? Daniel itu pacarnya? Yang benar saja! Haduh... emang ya dasarannya model idiot otaknya juga tidak jauh-jauh dari kata idiot.

Terus, Daniel juga diam saja tidak ada pembelaan untukku. Seharusnya saat ini dia membelaku atau setidaknya berpura-pura menjadi pacarku supaya model idiot ini tutup mulut.

Baru saja aku ingin menyemburnya lagi, suara managerku mengintruksi, menyuruhku untuk langsung melakukan pemotretan. Dengan jelas aku melihat wajah Model idiot itu yang mengejekku.

Awas saja nanti!

Daniel juga!

***

Hari semakin sore. Sesi pemotretanku sudah selesai. Dalam sejarah pemotretan baru kali ini aku gagal fokus. Sampai sang fotografer mengomeli sikapku yang tidak konsentrasi. Saat diminta ber-eksen dengan tatapan tajam yang ada aku malah menerawang. Lagi-lagi aku mendapat omelan.

Semua ini karena model idiot itu!!!

Aku selalu memikirkan tidak-tidak soal Daniel dan model idiot itu. Bagaimana kalau mereka ngedate setelah berkenalan? Atau, berciuman di pojok ruangan?

Model idiot yang punya nama Sailena itu sering bergonta-ganti pria. Tak jarang Sailena diajak ke hotel dan melakukan hal yang pasti tidak akan kujelaskan. Aku pernah melihatnya bercumbu bersama model pria di ruang ganti, saat itu aku benar-benar syok, aku sampai tidak jadi berganti baju dan langsung pulang.

Mahal Kita (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang