09

2K 378 18
                                    




Yerin melepas helmnya dan turun dari motor Hanbin. "Makasih udah nganterin." kata Yerin sambil memberi helm beserta jaket Hanbin. Hanbin melihat rumah besar Yerin, "Lo orang kaya ya."

"Kok lo kayak kaget gitu?"

"Ya gak nyangka aja."

"Jadi tampang gue tuh kayak orang kampung?"

"Lo nyadar juga ya."

BUK!

Yerin memukul lengan Hanbin keras membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. "Serah lo deh." Yerin meninggalkan Hanbin.

"EH EH ID LINE DONG!"

"Suara lo toa banget sih. Yerinjung." ucap Yerin lalu membuka pintu gerbang. "Sampai ketemu besok!"

Hanbin memakai helmnya lalu meninggalkan Yerin. Yerin menatap Hanbin sebentar lalu masuk kedalam rumah besarnya.

.

.

"Yer."

"ANJ—Gak usah ngagetin bisa gak?!" ucap Yerin pelan pada Hanbin yang kini ada di depannya. Mereka ada di perpustakaan sehingga mereka tidak bisa berisik.

"Sori sori." Hanbin senyum lebar dan melihat Yerin yang kini membawa bukunya dan berjalan ke meja yang disediakan disana untuk membaca. Hanbin duduk di hadapan Yerin lalu menatapnya.

Yerin membuka buku tulisnya lalu mulai mencatat beberapa kalimat yang membantunya untuk mengerjakan pekerjannya. Hanbin tetap menatap Yerin seksama, lelaki itu membenarkan rambut Yerin yang mulai menutupi wajahnya.

Yerin tersentak kaget dan melihat Hanbin, "Gue cuman ngebantu biar gak risih aja."

"O..oh, makasih." cicit Yerin pelan dan mulai mengerjakan prnya lagi. Hanbin mengeluarkan hpnya lalu memotret Yerin yang sedang sibuk di depannya.

Hanbin tersenyum kecil lalu melihat Yerin yang kini mengemasi bukunya, "Udah selesai."

"Udah."

Mereka berdua berdiri bersama. Hanbin mengambil buku berat dari tangan Yerin dan mengembalikannya ke rak asalnya. Yerin memandang Hanbin lalu menunggunya sebentar.

"Kuy keluar."

Hanbin dan Yerin keluar dari perpustakaan. "Gue balik ke kelas dulu ya."

"Eh Yer."

Yerin berbalik melihat Hanbin. Hanbin terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya pelan, "Mau pulang bareng lagi?"

Yerin mengerjapkan matanya sejenak lalu tersenyum kecil, "Gue hari ini gak bisa. Kapan-kapan aja ya."

"Besok?"

"Oke."

Hanbin tersenyum melihat punggung Yerin yang makin lama makin menjauh. Ia lalu berbalik menuju kelasnya dan duduk di bangkunya. "Hanbin-ssi."

Hanbin menoleh melihat Eunha yang kini berdiri di hadapannya, "Hm?"

"Ini buku yang kemarin dikumpulkan. Udah di bagikan."

"Oh, makasih." jawab Hanbin sambil mengambil bukunya tanpa menghiraukan Eunha. Hanbin melihat nilainya dan tersenyum.

"Dapet berapa?"

Hanbin menaikkan salah satu alisnya, "Kenapa tanya nilai gue?"

"Ngg.. gakpapa, cuman.. maaf ya." Eunha membungkuk beberapa kali. "Woles deh. Gue dapet 95."

"Hah?! 95?"

"Iya kenapa?"

"Berarti sekarang nilaimu paling tinggi di kelas. Aku dapet 90."

"Oh."

"Selamat ya." Eunha tersenyum manis dan dibalas senyuman kecil Hanbin, "Makasih."

"Duluan ya." kata Eunha lalu berjalan balik ke bangkunya. Hanbin mengangguk kecil dan melirik Eunha sebentar.

Tuh anak kenapa tiba tiba.

.

.

Yerin memijit kepalanya sambil membereskan barang-barangnya di meja. "Yerin!"

"Apa?"

Joy duduk di atas meja sambil melihat Yerin, "Lo akhir-akhir ini deket sama Hanbin ya?"

Yerin menaikkan alisnya, "Kenapa emang?"

"Gak papa. Jadi, lo udah ada rasa gak?"

"Rasa apa maksud lo? Asin? Pahit? Sepet?"

"Aduh bukan itu maksud gue bego! Maksud gue rasa kayak perasaan lo ke Wonwoo!" ucap Joy yang membuat pergerakan Yerin terhenti. "Gue masih suka sama Wonwoo."

"Ayolah Yer, lo tau Wonwoo udah milik Eunha. Lo gak bisa milikin dia lagi."

"Kata siapa? Mereka belum nikah. Bisa aja nanti putus."

"Tapi putusnya kapan? 3 bulan? 5 bulan? 1 tahun? Kalo putusnya 3 tahun ke depan lo mau nunggu?" tanya Joy.

Yerin menghela nafas pelan. Joy menepuk bahu Yerin, "Gue cuman pengen lo membuka hati sama yang lain Yer. Sebagai sahabat gue gak tega liat lo yang terpuruk gara-gara si bajingan itu."

"Toh udah ada cowok yang siap ngegantiin Wonwoo buat lo."

"Kenapa bisa lo yakin kalo Hanbin suka sama gue?"

Yerin memandang Joy sebentar lalu mengambil tasnya dan meninggalkan Joy sendirian di kelas. Joy hanya menghembuskan nafasnya kasar.

antagonist; [KH + JY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang